BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Shad Ayat 71-76

Tafsir Surah Shad Ayat 71-76

Tafsir Surah Shad Ayat 71-76 menceritakan kembali kisah penciptaan manusia, dimana Malaikat dan Iblis sama-sama heran kenapa Allah menciptakan makhluk yang bernama ‘manusia’ itu. Perbedaan keduanya adalah, Malaikat senantiasa taat kepada Allah, sementara Iblis justru bersikap angkuh dan menolak perintah-Nya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Shad Ayat 63-70


Ayat 71

Pada ayat ini dijelaskan bahwa para malaikat dan iblis mengajukan pertanyaan kepada Allah setelah Dia menyampaikan kepada malaikat bahwa akan menciptakan seorang manusia dari tanah. Pernyataan mereka mengenai faedah adanya manusia yang akan diciptakan Allah itu. Pertanyaan ini diterangkan dalam firman Allah:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah/2: 30).

Mengenai penciptaan manusia dari tanah, dijelaskan disini bahwa berdasarkan kajian ilmiah bahan penciptaan manusia adalah tanah, disebut lebih persis pada ayat ini yaitu tanah liat. Istilah liat biasa dipakai untuk menamai butiran tanah dengan ukuran paling kecil, diameter di bawah 0,5 mikron (= 1/2000 mm). Istilah liat juga biasa dipakai untuk menamai jenis mineral pembentuk butiran tanah paling kecil ini.

Karena ukurannya yang kecil, liat bila dimasukkan ke dalam air akan bersifat koloidal: tidak melarut tetapi tersebar merata dan sulit dipisahkan dari air. Sebagai mineral, liat adalah sekelompok alumino-silikat hidrat yang strukturnya berlembar. Karena strukturnya, partikel liat mempunyai muatan elektrik.

Sifat-sifat mineral liat lainnya adalah plastis, tetapi plastisitas ini menghilang apabila dipanaskan sampai temperatur tertentu karena struktur mineral berubah.

Pemanfaatan liat secara tradisional didasarkan pada sifat-sifat fisiknya, antara lain karena mudah dibentuk dan mengeras jika dipanaskan, sehingga umum dipakai sebagai bahan pembuat barang gerabah atau tembikar dan keramik.

Pemanfaatan liat secara modern lebih didasarkan pada sifat kimia-fisiknya, umumnya dipakai sebagai bahan katalis pada reaksi-reaksi kimia.

Karena sifat-sifat kimia-fisik yang dimilikinya, liat merupakan bagian tanah yang paling mungkin memiliki peran besar pada proses terbentuknya awal kehidupan di muka bumi termasuk penciptaan manusia (lihat  juga al-An’am/6: 2, Fathir/35: 11; al-Hijr/15: 26-28-33; al-Mu’minun/23: 12, 14; as-Shaffat/37: 11)


Baca Juga: Hakikat Penciptaan Manusia dalam Surah al-Dzariyat ayat 56


Ayat 72-74

Allah menyampaikan kepada malaikat bahwa apabila Ia telah menyempurnakan kejadian manusia dan meniupkan roh ke dalam tubuhnya, mereka diperintahkan untuk sujud kepada Adam, sebagai tanda penghormatan kepadanya.

Pada ayat ini diterangkan salah satu proses penciptaan Adam, yaitu dari tanah. Para malaikat bersujud menghormatinya, karena taat kepada Allah, kecuali Iblis. Ia enggan menghormati Adam, sehingga ia termasuk makhluk yang tidak taat kepada Allah. Pembangkangan Iblis terhadap perintah sujud kepada Adam telah disebutkan dalam firman-Nya:

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ  اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir. (al-Baqarah/2: 34)

Ayat 75-76

Allah berkata kepada Iblis, “Hai Iblis, apa yang menyebabkanmu enggan sujud menghormati Adam, makhluk yang telah Aku ciptakan sendiri dengan kekuasaan-Ku? Aku sendirilah yang menciptakan Adam itu, bukan makhluk-Ku yang menciptakannya.

Kenapa kamu berlaku angkuh dan sombong. Apakah kamu telah merasa dirimu lebih tinggi dan lebih terhormat di antara makhluk-makhluk yang telah Aku ciptakan, sehingga kamu berpendapat bahwa kamu berhak dan berwenang berbuat apa yang kamu inginkan?”

Iblis menjawab dan memberikan alasan pembangkangannya. Ia mengatakan bahwa ia lebih baik daripada Adam karena Allah menjadikannya dari api, sedang Adam dari tanah. Menurut Iblis, api lebih baik daripada tanah karena sifat api selalu meninggi dan tanah selalu di bawah.

Padahal, materi asal itu tidak bisa dijadikan indikator kemuliaan makhluk. Kemuliaan itu tergantung pada ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Percakapan di atas disebutkan dalam firman Allah:

قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”(al-A’raf/7: 12)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Shad 77-88


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...