BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Shad Ayat 63-70

Tafsir Surah Shad Ayat 63-70

Tafsir Surah Shad Ayat 63-70 berbicara tentang kebenaran dari kisah-kisah yang telah disampaikan oleh Muhammad melalui wahyu yang diturunkan. Bahwa jangan sesekali orang-orang yang ingkar itu heran jika hal tersebut benar-benar terjadi, sebab sewaktu di dunia Allah dan Rasul-Nya telah memperingatkan betapa pedihnya siksaan neraka.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Shad Ayat 59-62


Ayat 63

Selanjutnya mereka saling bertanya sesama mereka, “Apakah karena telah kita ejek dan perolok-olokkan sewaktu di dunia, sehingga mereka tidak masuk neraka ini, sedang mereka adalah orang-orang yang tidak pantas diejek dan diperolok-olokkan. Atau mereka sebenarnya telah masuk bersama-sama kita ke dalam neraka, tetapi kita tidak melihat mereka.”

Demikianlah keadaan orang-orang kafir di dalam neraka, mereka saling salah menyalahkan, saling tuduh-menuduh, bahkan mereka saling bertengkar antara yang satu dengan yang lain.

Ayat 64

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa semua yang diceritakan itu benar-benar akan terjadi, tidak diragukan sedikit pun. Orang-orang kafir itu akan selalu bertengkar sesama mereka di dalam neraka nanti.

Ayat 65

Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah bahwa dirinya adalah rasul Allah yang menyampaikan janji dan ancaman-Nya kepada manusia.

Ancaman-Nya ialah azab pedih yang akan ditimpakan kepada orang-orang yang menyalahi perintah-Nya sebagaimana yang telah ditimpakan kepada orang-orang sebelumnya, seperti kaum ‘Ad, Samud, dan sebagainya.

Selanjutnya Rasulullah saw menyatakan bahwa dia hanya pemberi berita dan bukanlah tukang sihir sebagaimana yang mereka tuduhkan dan bukan pula orang pendusta.

Ia bukanlah seorang yang berkuasa atas manusia, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:

فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ  ٢١  لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ  ٢٢

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (al-Gasyiyah/88: 21-22).

Allah menerangkan tugas seorang rasul dan batas-batas kemampuannya. Dia menerangkan ajaran yang harus disampaikan kepada orang-orang kafir yaitu: Tidak ada satu pun Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya.


Baca Juga: Kitab Tanwirul Qari’ Karya Kyai Mundzir Nadzir: Menggali Wejangan Sang Kyai dan Warisan Budaya Metalurgi


Ayat 66

Dialah Tuhan yang tidak dapat ditandingi oleh siapa pun. Tuhan Yang Maha Esa Mahaperkasa, Mahakuasa, menguasai, mengatur, mengawasi, dan memelihara kelangsungan hidup segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Dialah Tuhan Yang Maha Mengampuni segala dosa-dosa hamba yang dikehendaki-Nya.

Ayat 67-68

abi Muhammad diperintahkan untuk mengatakan kepada orang-orang musyrik bahwa berita tentang rasul atau utusan Allah yang memberi peringatan kepada manusia dan berita keesaan dan kekuasaan-Nya, adalah berita yang sangat besar faedahnya bagi seluruh manusia.

Berita itu dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan, dapat menunjukkan kepada manusia jalan yang lurus, jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mau mengerti bahkan mereka berpaling dari agama Allah.

Ayat 69-70

Selanjutnya Rasulullah diperintahkan Allah menyatakan kepada orang-orang musyrik Mekah bahwa seandainya Allah tidak menurunkan wahyu kepadanya, tentu ia tidak akan mengetahui para malaikat yang selalu tunduk dan patuh kepada Allah.

Ia juga tidak akan mengetahui pembicaraan yang dilakukan para malaikat, Iblis, dan Adam di hadapan Allah. Malaikat dan Adam tunduk dan patuh kepada Allah, sedang Iblis ingkar dan durhaka kepada-Nya.

Pada akhir ayat ini Rasulullah menegaskan lagi tugas yang diberikan Allah, “Aku ini hanyalah seorang rasul yang memberi petunjuk dan peringatan, bukanlah seorang yang dapat memaksa manusia masuk agama Islam.”

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Shad 71-76


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...