BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 48-51

Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 48-51

Pada Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 48-51 ini menjelaskan beberapa hal. Diantaranya, menjelaskan tentang hamparan bumi yang dipenuhi rezeki serta isi perut bumi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Juga tentang penciptaan Allah terhadap hal-hal yang berlainan dan bertentangan, serta perintah untuk tidak menyekutukan Allah swt. Melalui Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 48-51 kita dapat mentafakkuri segala sesuatu yang telah Allah ciptakan di bumi ini.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 47


Ayat 48

Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt membentangkan bumi berupa hamparan dengan maksud untuk dihuni oleh manusia dan hewan. Dijadikan-Nya bumi penuh rezeki dan bahan pangan, baik berupa binatang-nya, tumbuh-tumbuhan maupun yang lain-lain yang terpelihara keabadian-nya sampai hari Kiamat. Demikian juga Allah swt menjadikan dalam perut bumi barang-barang tambang yang tampak dan yang tidak tampak yang semuanya diperuntukkan bagi manusia. Dengan isi bumi itu manusia dapat mendirikan bangunan-bangunan, membuat perhiasan dari emas, perak, dan batu-batu permata lainnya. Kemudian setelah itu manusia membuat alat perang, kapal laut, pesawat terbang dari bahan besi dan dari barang tambang lainnya.

Pada akhir ayat ini Allah menyatakan kekuasaan dan keindahan ciptaan-Nya dengan mengatakan, “Betapa bagusnya apa yang telah Kami jadikan, dan betapa indahnya apa yang telah Kami ciptakan.”

Ayat 49

Selanjutnya Allah swt menerangkan bahwa Dia menciptakan segala macam kejadian dalam bentuk yang berlainan dan dengan sifat yang bertentangan. Yaitu setiap sesuatu itu merupakan lawan atau pasangan bagi yang lain. Dijadikan-Nya kebahagiaan dan kesengsaraan, petunjuk dan kesesatan, malam dan siang, langit dan bumi, hitam dan putih, lautan dan daratan, gelap dan terang, hidup dan mati, surga dan neraka, dan sebagainya. Semuanya itu dimaksudkan agar manusia ingat dan sadar serta mengambil pelajaran dari semuanya, sedangkan Allah Maha Esa tidak memerlukan pasangan.

Dengan demikian hanya Allah yang tidak membutuhkan yang lain. Sehingga mengetahui bahwa Allah-lah Tuhan yang Maha Esa yang berhak disembah dan tak ada sekutu bagi-Nya. Dia-lah yang kuasa menjadikan segala sesuatu dan Dia pulalah yang kuasa untuk memusnahkannya, Dialah yang juga kuasa menciptakan segala sesuatu berpasang-pasang, bermacam-macam jenis dan bentuk, sedangkan makhluk-Nya tidak berdaya dan harus menyadari hal itu. Penjelasan mengenai Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan menurut kajian ilmiah dapat dilihat pada penjelasan Surah Asy-Syu’ara/42: 11.


Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 33-35: Tanda-Tanda Kekuasaan Allah Swt di Muka Bumi


Ayat 50

Oleh sebab itu, hendaklah manusia meminta perlindungan kepada Allah dan berpegang kepada-Nya dalam segala urusan dan masalah dengan menaati segala perintah-Nya dan bekerja untuk tujuan taat kepada-Nya. Allah swt selanjutnya akan menyiksa orang-orang yang tidak menaati perintah-Nya.

Pada akhir ayat ini Allah memerintahkan rasul-Nya agar menegaskan bahwa ia mendapat amanat untuk menyampaikan kepada manusia, dan Allah swt akan membalas dengan siksaan kepada mereka atas segala pelanggaran-pelanggaran terhadap perintah-Nya, sebagaimana Allah swt menurunkan siksa-Nya kepada umat-umat yang terdahulu.

Ayat 51

Kemudian Allah swt dalam ayat ini melarang manusia menjadikan sesuatu sembahan di samping-Nya. Karena segala sesuatu selain Allah tidak patut disembah. Pada akhir ayat ini Allah swt memerintahkan kepada rasul-Nya agar menegaskan bahwa ia sesungguhnya pemberi peringatan yang sebenarnya dari Allah, untuk menyampaikan peringatan akan adanya siksaan Allah bagi siapa saja yang menjadikan suatu makhluk sebagai tujuan ibadat dan disembah. Dalam ayat yang sama artinya Allah swt berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (al-Kahf/18: 110)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surat Adz-Dzariyat Ayat 52-56


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penafsiran Esoterik Peristiwa Eksodus Nabi Musa as. dalam Tafsir al-Alusi

0
Peristiwa eksodus adalah peristiwa meninggalkan tempat asal; kampung halaman, kota, atau negara. Dalam kisah Nabi Musa, ayat yang menjelaskan tentang peristiwa ini salah satunya...