Tafsir Surat Al ‘Alaq Ayat 8-19

tafsir surat al a'laq
Tafsiralquran.id

Setelah pada pembahasan yang telah lalu dijelaskan mengenai proses penciptaan manusia dan proses memperoleh pengetahuan, selanjutnya Tafsir Surat Al ‘Alaq Ayat 8-19 menjelaskan mengenai ancaman bagi orang-orang yang durhaka kepada Allah swt.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al ‘Alaq Ayat 1-7


Dalam Tafsir Surat Al ‘Alaq Ayat 8-19 ini juga dijelaskan mengenai kasus pelarangan salat di Masjidil Haram. Kasus ini terjadi antara Nabi Muhammad swa sebagai orang yang dilarang dan Abu Jahal sebagai orang yang melarang. Allah swt mengecam keras orang-orang yang melarang pelaksanaan ibadah di Masjidil Haram.

Selain itu dalam Tafsir Surat Al ‘Alaq Ayat 8-19 ini juga dipaparkan mengenai tantangan Allah swt kepada orang-orang kafir, termasuk Abu Jahal, untuk mendatangkan bala bantuan ketika Allah swt mengutus malaikat Zabaniah agar membasmi mereka. Pada akhir pembahasan, Allah swt menegaskan agar umat muslim tidak merasa takut sedikitpun untuk melaksakan ibadah.

Ayat 8

Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa mereka yang durhaka itu akan kembali kepada-Nya. Mereka pasti mati dan akan berhadapan dengan-Nya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Bila mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, berarti mereka nanti akan tahu, bahwa mereka akan diazab dan menyesal. Dalam ayat lain, Allah berfirman mengenai bagaimana keadaan yang akan dialami para pendurhaka itu:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظّٰلِمُوْنَ ەۗ اِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيْهِ الْاَبْصَارُۙ  ٤٢

  مُهْطِعِيْنَ مُقْنِعِيْ رُءُوْسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ اِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ ۚوَاَفْـِٕدَتُهُمْ هَوَاۤءٌ ۗ    ٤٣

Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. (Ibrahim/14: 42-43)

Ayat 9-10

Allah bertanya kepada Nabi Muhammad, yang maksudnya meminta beliau memperhatikan orang yang melarang manusia melakukan salat. Orang yang dilarang adalah Nabi Muhammad saw untuk melakukan salat di Masjidil Haram. Sedangkan yang melarang adalah Abµ Jahal. Ia mengancam Nabi saw dengan kata-kata:

قَالَ أبو جَهْلٍ: لَئِنْ رَأَيْتُ مُحمَّدًا يُصَلِّي عِنْدَ الكَعْبَةِ لَأَطََأَنَّ عَلَى عُنُقِهِ. فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: لَئِنْ فَعَلَ لَأَخَذَتْهُ الْمَلاَئِكَةُ.

(رواه البخاري عن ابن عباس)

Abµ Jahal berkata, “Jika saya melihat Muhammad salat di Ka’bah, saya akan lindas-lindaskan tengkuknya (ke tanah).” Ketika hal itu sampai kepada Nabi saw., beliau bersabda, “Jika itu ia lakukan, malaikat akan menghajarnya.” (Riwayat al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas)

Ayat 11-12

Selanjutnya Allah meminta Nabi Muhammad memperhatikan, seandainya orang yang dilarang salat di masjid itu membawa hidayah dan membimbing orang kepada iman, dan mengajak orang kepada ketakwaan, yaitu mengerjakan kebaikan dan kebenaran. Tindakan itu pasti lebih baik, karena pasti menguntungkan dirinya dan masyarakatnya.

Orang yang berperilaku seperti itu adalah Nabi Muhammad sendiri. Itu adalah dua perilaku yang bertolak belakang dan bertentangan seperti siang dan malam: yang pertama jahat dan membawa kepada kejahatan, dan yang kedua baik dan membawa kepada kebaikan.


Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Tentang Tafsir Ilmi: Pengertian dan Perkembangannya


Ayat 13-14

Selanjutnya Allah meminta Nabi Muhammad memperhatikan orang yang melarang orang beribadah itu, yaitu Abµ Jahal sebagai contoh, apakah jika ia memandang Allah dan ajaran-ajaran-Nya dusta, lalu berpaling, dan tidak mau menggubrisnya. Ia tidak tahu bahwa Allah melihat perbuatannya itu. Tidak demikian halnya, Allah mengetahui setiap perbuatan dosanya itu dan akan memberikan balasannya.

Ayat 15-16

Allah mencela orang yang melarang orang beribadah di dalam masjid, dengan contohnya Abµ Lahab. Allah mengancam bahwa bila mereka tidak menghentikan perbuatannya, Allah akan mencabut ubun-ubunnya, yaitu menarik nyawanya sehingga mati seketika. Hukuman itu dijatuhkan padanya karena ubun-ubun itu adalah denyut kehidupannya, sedangkan denyut kehidupannya itu selalu penuh kebohongan dan dosa.

Ayat 17-18

Allah mempersilakan mereka yang sewenang-wenang dan melarang orang melakukan ibadah itu untuk meminta bantuan kelompok mereka.

Ayat ini khususnya ditujukan kepada Abµ Jahal, yang dikenal sebagai pemimpin terbesar orang-orang yang menentang Nabi saw di Mekah. Allah mengancam bahwa bila Abµ Jahal memanggil teman-teman komplotannya untuk meminta tolong, maka Allah akan memanggil malaikat-malaikat Zabaniyah, yaitu para penjaga neraka yang sangat bengis.

Artinya, ia di dunia akan celaka dan di akhirat akan masuk neraka. Ancaman itu kemudian terbukti, yaitu pada tahun kedua setelah umat Islam hijrah ke Medinah, terjadi Perang Badar, di mana Abµ Jahal sebagai pemimpin Quraisy mati terbunuh. Dan di akhirat nanti ia pasti masuk neraka.

Ayat 19

Allah meminta Nabi saw atau siapa saja yang ingin beribadah agar tidak takut dan tidak mematuhi ancaman orang yang melarang mereka beribadah. Mereka diminta untuk tetap melaksanakan ibadah dengan tekun, terutama salat, dan menggunakan masjid untuk melaksanakannya. Dalam ayat lain, Allah berfirman:

وَلَا تُطِعِ الْكٰفِرِيْنَ وَالْمُنٰفِقِيْنَ وَدَعْ اَذٰىهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيْلًا   ٤٨

Dan janganlah engkau (Muhammad) menuruti orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah engkau hiraukan gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung. (al-Ahzab/33: 48)

Di samping salat, umat Islam diminta pula mengerjakan ibadah-ibadah sunat lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya, baik itu berupa salat-salat sunat maupun zikir-zikir, dan sebagainya.


Baca setelahnya: Tafsir Surat Al Qadr Ayat 1-2


(Tafsir Kemenag)