BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al An’am Ayat 157-159

Tafsir Surat Al An’am Ayat 157-159

Tafsir Surat Al An’am Ayat 157-159 melanjutkan pembahasan yang telah lalu, yakni membahas mengenai hikmah diturunkannya Alquran. Adanya hikmah ini sebagai bentuk penolakan atas keangkuhan orang-orang Yahudi yang membangga-banggakan kaumnya.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 152-156


Setalah dijelaskan mengenai hikmah diturunkannya Alquran, Tafsir Surat Al An’am Ayat 157-159 ini mengingatkan orang-orang yang berani mendustakan Alquran. Allah juga menegaskan bahwa mereka yang mendustakan Alquran akan mendapat siksa yang bertubi-tubi.

Tafsir Surat Al An’am Ayat 157-159 diakhiri dengan pembahasan mengenai banyaknya perselisihan antara umat yang disebabkan oleh terpecahnya umat. Hal itu juga menimbulkan permusuhan di antara sesamanya.

Ayat 157

Permulaan ayat ini adalah kelanjutan dari ayat 156 yang menerangkan sebab-sebab diturunkannya Alquran agar kaum musyrikin Mekah tidak mengatakan:

“andaikata diturunkan kepada kami kitab sebagaimana diturunkan kepada kedua golongan (Yahudi dan Nasrani) sebelum kami, dan kami diperintahkan ataupun kami dilarang menuruti isinya serta dijelaskan kesalahan-kesalahan kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, sebab kami lebih cerdas dan lebih sungguh-sungguh dalam melaksanakan hukum-hukum Allah ini.”

Perkataan serupa itu selalu diucapkan oleh orang-orang Arab jahiliah sebagaimana dikisahkan oleh Allah dalam Alquran antara lain dalam Surah Fatir/35 ayat 42. Tetapi orang yang mengatakan demikian, setelah petunjuk atau peringatan datang sebagaimana mereka minta, mereka tidak mempedulikannya bahkan mereka tambah ingkar dan sesat.

Oleh karena itu, pada ayat ini Allah menyudutkan mereka dengan pernyataan, “Kalau benar apa yang kamu katakan, maka sesungguhnya telah datang kepadamu kitab dari Tuhanmu yang membawa kebenaran dengan keterangan yang lengkap dan dengan dalil-dalil yang kuat, tentang akidah, ibadah, muamalah, fadhilah, akhlak, dan hukum syariat yang diperlukan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan Khalik dan hubungan manusia dengan sesama manusia, sehingga apabila manusia mematuhinya ia akan hidup aman dan damai bahagia dunia akhirat.”

Setelah Allah menjelaskan bagaimana besarnya petunjuk yang dibawa oleh Alquran, maka Allah memperingatkan akibat mendustakan Alquran dengan firman-Nya yang berbentuk pertanyaan, “… maka siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling dari padanya? …”

Selanjutnya akhir ayat ini menegaskan bahwa Allah akan memberikan siksa yang bertubi-tubi kepada orang yang berpaling dari ayat-ayat-Nya dan menyelewengkan maknanya.

اَلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ زِدْنٰهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوْا يُفْسِدُوْنَ

Orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan demi siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan. (an-Nahl/16: 88);

Ayat 158

Secara ringkas ayat tersebut menerangkan sikap orang-orang musyrik yaitu mereka tidak akan mau beriman, bahkan dengan cara menantang, meminta atau menunggu salah satu dari tiga perkara; yaitu: Pertama,  kedatangan malaikat untuk mencabut nyawa mereka sebagaimana mereka sarankan kepada Nabi Muhammad saw.

Kedua, datangnya siksaan Allah sesuai dengan permintaan mereka untuk mempercepat datangnya siksa yang disebut Alquran sebagai ancaman bagi mereka. Ketiga, datangnya tanda-tanda hari Kiamat.

Oleh karena semua permintaan itu hanyalah menunjukkan pembangkangan yang terus berlanjut, maka pada akhir ayat ini Allah memperingatkan mereka dengan ancaman, ”Katakanlah hai Muhammad kepada mereka: Tunggulah apa yang kamu tunggu itu dan kami pun menunggu apa yang akan kami peroleh kelak.” Ini diterangkan dalam firman Allah:

اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَتْلُوْنَهٗ حَقَّ تِلَاوَتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ ࣖ

Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi. (al-Baqarah/2: 121)


Baca juga: Tafsir Fiqh: Mengenal Al-Jashash dan Ahkam al-Quran-nya


Ayat 159

Ayat ini menerangkan bahwa berpecah-belahnya umat Islam menjadi bermacam-macam golongan dan kelompok yang sangat fanatik, maka akan menimbulkan perselisihan dan permusuhan akibat perbedaan paham dan pendapat.

Masing-masing merasa benar sendiri, masing-masing mencari jalan untuk menang bukan untuk mencari kebenaran, baik dengan cara mempergunakan hadis-hadis yang tidak patut dipergunakan, dan menakwilkan Alquran menurut selera dan kemauannya sendiri. Orang seperti ini berada di luar tanggung jawab Nabi Muhammad tetapi urusan Allah untuk memberi balasan yang sewajarnya.

Menurut sunatullah di dalam dunia ini, bahwa dua pihak yang berkelahi akan menjadi mangsa bagi pihak ketiga yang mencari keuntungan. Ini adalah balasan di dunia dan mereka akan merasakan balasan lainnya di akhirat setimpal dengan apa yang mereka perbuat.

Menurut Tafsir al-Maragi, sebab-sebab perpecahan di kalangan umat Islam dalam pemahaman agama yang mengakibatkan kelemahan mereka dalam urusan dunia ada lima yaitu: ;

  1. Pertentangan (perebutan) kekuasaan dan ini terjadi semenjak permulaan Islam sampai sekarang.
  2. Fanatik kebangsaan (rumpun keturunan), karena setiap bangsa dan rumpun keturunan (ras) tidak senang dikuasai oleh yang lain.
  3. Fanatik mazhab dan pendapat tentang pokok agama dan cabang-cabangnya.
  4. Fatwa agama menurut pikiran dan selera saja. Karenanya banyak orang yang berani memberikan fatwa di dalam agama Islam, padahal ia belum bisa mengambil suatu hukum dari Alquran dan hadis.
  5. Usaha dan tipu daya memecah belah dari kelompok musuh-musuh Islam, sehingga banyak hadis maudµ’ (palsu) disebabkan mereka yang dapat mempengaruhi umat (pemimpin Islam) mempergunakannya sebagai dalil-dalil agama Islam.

Baca setelahnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 160-163


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...