BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al A'raf ayat 48-51

Tafsir Surat Al A’raf ayat 48-51

Tafsir surat Al A’raf ayat 48-51 berbicara tentang dialog penghuni A’raf dan penghuni neraka dan penyesalan atas apa yang telah mereka lakukan di dunia. Selain itu dalam Tafsir surat Al A’raf ayat 48-51, khususnya dalam ayat 51  membahas tentang orang-orang kafir dan turunnya kitab Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.

Ayat 48

Ayat ini menerangkan dialog penghuni A‘raf dengan penghuni neraka yang terdiri dari orang-orang yang sombong dan takabur pada masa hidup di dunia. Orang-orang yang merasa mulia karena kekayaan dan hartanya yang banyak, merasa bangga hidup di dunia, memandang hina terhadap orang-orang mukmin yang miskin dan lemah, yaitu lemah kekuatan dan lemah kedudukan, dan sedikit pengikutnya. Mereka selalu membanggakan, bahwa siapa yang hidup kaya dan mulia, serta berkuasa di dunia, itulah orang-orang yang akan berbahagia di akhirat dan terhindar dari azab Allah. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍ اِلَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآ  ۙاِنَّا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ   ٣٤  وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ   ٣٥  

Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, “Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.” Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (dari pada kamu) dan kami tidak akan diazab.” (Saba/34: 34-35)

Penghuni A‘raf mengenali mereka dengan tanda-tanda yang ada pada mereka, seperti yang bermuka hitam dan berdebu serta tanda-tanda yang dapat dikenal semasa hidup di dunia, seperti pemimpin Quraisy dan golongan-golongannya yang menjadi musuh Islam, dan selalu menindas dan menganiaya orang-orang Islam, di antaranya Abu Jahal, Walid bin Mugirah, A¡ bin Wail dan lain-lain.

Penghuni A‘raf mengatakan kepada mereka, “Tidakkah dapat menolongmu dari siksaan api neraka harta kekayaanmu yang banyak, kesombonganmu terhadap orang-orang mukmin yang kamu anggap lemah. Tidak adakah faedah dan pahala yang kamu harapkan, sehingga kamu terlepas dari siksa yang pedih.”


Baca Juga: Mengenal Kuliner Neraka dalam Al-Quran, dari Buah Zaqqum hingga Shadid


Ayat 49

Ayat ini menerangkan kelanjutan pembicaraan penghuni A‘raf dengan mereka yang tersebut di atas. Ketika pembicaraan ditujukan kepada golongan orang mukmin yang mereka anggap lemah, miskin dan hina dan yang pernah mereka siksa dulu seperti Shuaib, Bilal dan Keluarga Yasir.

Lalu diajukan pertanyaan kepada mereka dengan nada mencela dan menghina, “Inikah orang-orang yang kamu katakan dulu, bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat dari Allah, sampai kamu berani bersumpah dan berlagak sombong sambil menghina mereka? Bagaimana kenyataannya sekarang, merekalah yang beruntung dan mendapat rahmat dari Allah, sedang kamu meringkuk dalam neraka menerima segala macam azab dan siksaan Allah.

Kemudian sesudah percakapan itu, Allah mempersilahkan penghuni A‘raf masuk ke dalam surga, sesudah tertahan sementara di tempat yang bernama A‘raf itu. Allah mempersilahkan, “Masuklah ke dalam surga, kamu tidak usah merasa takut dan sedih di dalamnya. Begitulah keadaan orang-orang yang durhaka dan sombong semasa hidup di dunia, mereka di akhirat akan dihina dan dicela bukan saja oleh penghuni surga, tetapi juga oleh penghuni A‘raf yang menunggu keputusan dari Allah untuk masuk ke dalam surga.

Ayat 50

Ayat ini menerangkan, bahwa penghuni neraka meminta tolong kepada penghuni surga agar diberikan sedikit air atau makanan kepada mereka sebagai rezeki dan pemberian Allah kepada penghuni surga. Penghuni neraka sudah sangat haus dan lapar, karena panasnya api neraka.

Maka  dengan tidak malu-malu mereka minta tolong kepada penghuni surga agar diberi air dan makanan, sebenarnya mereka sudah tahu, bahwa permintaan mereka tidak akan berhasil, bahkan hanya untuk menambah siksaan saja kepada mereka. Maka permintaan mereka mendapat jawaban yang cukup menyedihkan perasaan mereka, menambah haus dan lapar mereka.

Penghuni surga menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan air dan makanan bagi orang-orang kafir, sebagaimana Allah mengharamkan mereka masuk surga dan menambah pedih siksaan neraka bagi mereka. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas:

يُنَادِى الرَّجُلُ أَخَاهُ فَيَقُوْلُ يَا أَخِي أَغِثْنِيْ فَإِنِّيْ قَدِ احْتَرَقْتُ فَأَفِضْ عَلَيَّ مِنَ الْمَاءِ. فَيُقَالُ: أَجِبْهُ، فَيَقُوْلُ: إِنَّ الله َحَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِيْنَ

(رواه ابن جرير عن ابن عبّاس)

“Bahwa seorang penghuni neraka memanggil kawannya,”Wahai saudaraku, tolonglah aku, sesungguhnya aku telah terbakar, maka berikanlah sedikit air kepadaku. Maka dikatakanlah kepada saudaranya (yang diminta pertolongan) itu. Jawablah permintaan itu. Maka saudaranya membacakan ayat ini, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir.” (Riwayat Ibnu Jarir dari Ibnu ‘Abbas)

Ayat 51

Ayat ini menerangkan, siapakah orang kafir yang telah diharamkan Allah minum dan makan makanan yang diberikan kepada penghuni surga. Mereka itulah orang-orang yang semasa hidup di dunia, mengaku beragama tapi hanya sekadar berolok-olok dan bermain-main saja. Mereka tidak beragama dengan maksud untuk mensucikan jiwanya dan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah di akhirat nanti. Mereka beragama hanya sekadar nama saja, tetapi amal perbuatan mereka bertentangan dengan ajaran agama. Malahan kadang-kadang mereka menjadi penghalang berlakunya ajaran agama dalam masyarakat.

Mereka sudah tenggelam dalam buaian kenikmatan hidup di dunia.  Mereka hanya mengikuti hawa nafsu, bersenang-senang dan bergembira dengan tidak memperdulikan halal haram, yang hak dan yang batil. Mereka tidak seperti orang-orang beriman, menjadikan dunia ibarat kebun untuk dapat ditanami dengan kebaikan-kebaikan yang hasilnya dapat dipetik nanti di akhirat.

Karena sudah terbenam dalam gelombang keduniawian, dibuai dan diayun oleh kesenangan sementara, sedang kesenangan yang selama-lamanya mereka lupakan. Pantas kalau pada hari Kiamat Allah melupakan mereka, tidak menolong mereka, karena semasa hidup di dunia mereka lupa kepada Allah, seolah-olah mereka tidak akan pulang ke kampung yang abadi.

Maka pada hari Kiamat Allah membiarkan mereka dalam api neraka yang menyala-nyala, karena mereka tidak mau berbuat amal saleh semasa hidup di dunia, tidak percaya akan hari akhirat dan mereka selalu membantah dan mendustakan ayat-ayat Allah yang disampaikan oleh Rasul-rasul-Nya bahkan mereka menentang Rasul-rasul Allah itu.

(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

Angin sebagai Tentara Allah: Tafsir Fenomena Meteorologi dalam Alquran

0
Alquran menyebutkan fenomena alam tidak hanya sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, tetapi juga sebagai pengingat akan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Salah satu elemen alam yang...