BerandaTafsir TematikTafsir Surat Al-Baqarah Ayat 45-46: Khusyuk dalam Al-Quran

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 45-46: Khusyuk dalam Al-Quran

Umat Islam dalam menjalankan ibadah pasti sudah mengenal istilah khusyuk. Bagi masyarakat Indonesia, kata khusyuk selalu dikaitkan dengan shalat dan doa. Secara umum yang mereka ketahui, khusyuk ialah melakukan ibadah dengan kerendahan hati, tekad yang bulat serta senantiasa mengingat Allah. Namun jika dipahami lebih dalam, maka khusyuk tidak hanya terkait pada dua hal tersebut. Berikut ini penjelasan khusyuk dalam Al-Quran

Dalam Bahasa Arab, khusyuk bukan melulu soal shalat dan berdoa. Khusyuk sendiri berarti menundukan pandangan ke bumi lalu memejamkan mata dan melirihkan suara. Pengertian ini lebih pada perilaku fisik seseorang. Adapun ayat yang membahas khusyuk dalam Al-Quran terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 45 yang berbunyi:

وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ

“Dan minta tolonglah (kepada Allah) dengan Sabar dan Shalat, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”

Baca juga: Tafsir Surat An-Nisa Ayat 36: Allah Tidak Menyukai Sifat Sombong dan Angkuh

Sabar dan shalat adalah kunci pertolongan

Melalui Al-Quran, Allah memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk menggapai kebaikan dunia dan akhirat yang didambakan. Dua cara yang ditawarkan oleh-Nya ialah dengan kesabaran dan shalat. Mengenai kesabaran, Ibn Kathir mengutip beberapa pendapat diantaranya dari Mujahid yang mengatakan bahwa sabar bermakna puasa. Al-Qurthubi juga mengatakan hal yang sama. Ia mengaitkan dengan penyebutan bukan ramadhan sebagai bukan kesabaran. (Ibn Kathir, Tafsir al-Quran al-Adzim, 1:251)

Ibn Kathir juga mengutip riwayat ibn Hatim dari Umar ra yang berkata:

الصَّبْرُ صَبْرَانِ: صَبْرٌ عِنْدَ الْمُصِيبَةِ حَسَنٌ، وَأَحْسَنُ مِنْهُ الصَّبْرُ عَنْ مُحَارِّمَ الله

“Sabar terbagi menjadi dua, yakni sabar ketika mendapat musibah adalah baik, dan lebih baik lagi adalah bersabar dalam menahan perbuatan yang diharamkan Allah”

Quraish Shihab mengatakan bahwa beberapa ulama memahami ayat diatas merupakan tuntunan kepada kaum muslimin yang taat. Ayat tersebut memerintahkan untuk meminta pertolongan dengan sabar yakni menahan diri dari rayuan yang menuju pada kehinaan. Juga dengan shalat, yakni mengaitkan jiwa dengan Allah serta memohon kepada-Nya dalam menghadapi segala kesulitan dan beban. (Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 1:221)

Baca juga: Tafsir Surat al-Ma’un ayat 4-7 : Celakalah Mereka yang Lalai dari Sholat

Adapun kata ‘sabar’ dalam ayat tersebut dimaknai Quraish Shihab sebagai menahan diri dari suatu yang tak berkenan di hati dan tabah. Ia juga mengutip pendapat Imam al-Ghazali yang mendefinisikan kata sabar sebagai kemantapan hati dalam melaksanakan perintah agama dan menghadapi bujukan nafsu. Sedangkan shalat ialah sarana untuk mengingat dan memuji Allah atas limpahan rahmat-Nya. Dengan mengingat Allah dan karunia-Nya, maka akan mengantarkan seseorang untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Selain bisa dimaknai “mintalah pertolongan kepada Allah dengan jalan sabar dan shalat”, ayat tersebut juga bisa dimaknai “jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kamu”. Ini memiliki arti bahwa jadikanlah ketabahan dan shalat sebagai sarana untuk meraih berbagai kebaikan.

Makna khusyuk

Pada ayat tersebut ditutup dengan “sesungguhnya itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. Menurut Quraish Shihab, kedua hal (sabar dan shalat) ialah suatu yang sulit untuk dipraktikan kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Penggunaan dlamir ha pada lafad إِنَّهَا, bukannya huma (dlamir tasniyah) menunjukan bahwa antara sabar shalat merupakan satu kesatuan. Ini bermakna bahwa saat menjalankan shalat/berdoa, maka senantiasa dibaringi dengan kesabaran.

Dalam Tafsir Ibnu Kathir, disebutkan beberapa riwayat yang menjelaskan definisi khusyuk. Ibn Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud khusyuk ialah orang-orang yang tulus dijalan Allah, Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah orang-orang mukmin sebenarnya, sedangkan Abu ‘Aliyah mengatakan bahwa khusyuk ialah takut kepada Allah.

Baca juga: Tafsir Surah Al-Kahfi Ayat 50-51: Tidak Ada Peluang untuk Menyekutukan Allah

Adapun makna khusyuk menurut Quraish Shihab adalah ketenangan hati. Ia lebih lanjut menerangkan bahwa khasyi’in ialah mereka yang menekan kehendak nafsunya dan membiasakan dirinya menerima dan merasa tenang menghadapi ketentuan Allah serta selalu mengharapkan kesudahan yang baik. Ia bukan orang yang terperdaya oleh rayuan nafsu dan ia adalah yang sudah mempersiapkan dirinya untuk menerima dan mengamalkan kebajikan.

Ayat tersebut bukannya membatasi khusyuk hanya dalam shalat, melainkan berkaitan dengan segala aktivitas menusia. Jika kekhusyukan itu dikaitkan dengan shalat, maka ia menuntut manusia agar menghadirkan kebesaran dan keagungan Allah dalam hatinya sekaligus menunjukan kelemahan dihadapan-Nya.

Dalam praktiknya, Quraish Shihab menerangkan bahwa terdapat beberapa tingkat khusyuk. Puncak kekhusuyukan ialah ketundukan dan kepatuhan tiap anggota badan, pikiran dan haati secara keseluruhan hanya menuju kehadirat Allah. Sedangkan peringkat terendah ialah sekedar pengamalan yang tulus kepada-Nya walau diselingi oleh pikiran yang cenderung negatif.

Dampak kekhusyukan dalam kehidupan

Ali As-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir menerangkan bahwa Allah mmberi cara untuk mengalahakan hawa nafsu dan syahwat, menghilangkan kecintaan pada kekuasaan dan rakus terhadap harta benda. Cara tersebut yakni dengan sabar dan shalat. Memang cara tersebut diakui berat, namun tidak bagi mereka yang khusyuk dalam menunaikannya. Pelaksanaan shalat sungguh berat karena ia tidak hanya tunduk secara fisik dan  merendahkan diri di hadapan-Nya, melainkan juga disertai penghayatan dan kehadiran hati.

Kekhusyukan dalam shalat akan memberikan kekuatan bagi seorang dalam menghadapi permasalahan di kehidupannya. Kesabaran dan shalat merupakan dua hal yang mutlak guna meraih sukses. Dalam shalat jika dilakukan dengan khusyuk, maka seseorang mukmin dapat mencurahkan seluruh kegelisahan dan kesedihan kepada Tuhannya dengan memohon pertolongan.

Baca juga: Inilah Amalan Agar Mudah Bangun Untuk Ibadah Shalat Malam

Hasil dari khusyuk dan mengahadap kepada Allah dengan ketawadlu’an ialah rasa ringan, ketenangan dan selalu merendahkan diri karena takut kepada-Nya dan penghayatan ini juga mengantarkan akan kesadaran bahwa ia akan kembali kepada Allah swt. Wallahu ‘alam[]

Muhammad Anas Fakhruddin
Muhammad Anas Fakhruddin
Sarjana Ilmu Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Metodologi Fatwa: Antara Kelenturan dan Ketegasan

Metodologi Fatwa: Antara Kelenturan dan Ketegasan

0
Manusia hidup dan berkembang seiring perubahan zaman. Berbagai aspek kehidupan manusia yang meliputi bidang teknologi, sosial, ekonomi, dan budaya terus berubah seiring berjalannya waktu....