BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al Baqarah Ayat 49-50

Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 49-50

Setelah pada pembahasan yang lalu berbicara mengenai himbauan agar Bani Israil kembali ke jalan yang benar dengan cara mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah swt, pada Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 49-50 berbicara mengenai pertolongan Allah swt kepada Bani Israil atas penindasan terhadap Bani Israil.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 46-48


Dalam Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 49-50 ini juga dijelaskan mengenai asal muasal Bani Israil. Mulai dari asal pertama, transimigrasinnya, sifat-sifat dan wataknya yang cerdas dan pekerja keras.

Selanjutnya Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 49-50 berbicara mengenai pertolongan Allah swt keapada Bani Israil atas penindasan Fir’aun. Pertolongan Allah swt tersebut melalui diutusnya Nabi Musa as untuk menyelamatkan Bani Israil.

Ayat 49

Peringatan lain kepada Bani Israil tentang nikmat Allah yang lain, yaitu mereka telah diselamatkan dari kesengsaraan yang mereka alami, akibat kekejaman Fir’aun, raja Mesir, pada waktu Bani Israil bertempat tinggal di sana.

Orang pertama dari kalangan Bani Israil yang masuk ke Mesir ialah Nabi Yusuf. Kemudian saudara-saudaranya datang pula ke sana dan tinggal bersamanya. Selanjutnya, mereka memiliki banyak keturunan di sana, sehingga dalam masa + 400 tahun (dari masa Nabi Yusuf sampai dengan Nabi Musa) jumlah mereka telah mencapai ratusan ribu orang. Penduduk asli semakin terdesak, karena Bani Israil itu giat bekerja dan memiliki pikiran yang lebih cerdas.

Di samping itu, mereka sangat mementingkan diri sendiri, karena mereka masih tetap menganggap diri mereka sebagai syabullah al-mukhtar. Sebab itu, mereka tidak mau bersatu dengan penduduk asli, dan tidak mau bekerja sama dan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Melihat keadaan yang demikian, penduduk asli negeri itu semakin khawatir, sebab apabila Bani Israil itu semakin banyak jumlahnya, maka mereka akan menguasai keadaan dan penduduk asli akan semakin terdesak. Oleh sebab itu, mereka berusaha untuk melemahkan kekuatan Bani Israil.

Mula-mula dengan mewajibkan kerja paksa kepada mereka. Kemudian semakin meningkat dengan pembunuhan anak-anak lelaki mereka, dan hanya anak-anak perempuan mereka yang dibiarkan hidup. Sekitar peristiwa ini bandingkan dengan Kitab Keluaran i.16 ; perintah Fir’aun kepada para bidan.

Penyiksaan dan penderitaan Bani Israil tergambar dalam Keluaran i.22, dan pada beberapa bagian lagi dalam Perjanjian Lama. Fir’aun memerintahkan kepada setiap suku rakyatnya untuk membunuh setiap lelaki Bani Israil, walaupun anak-anak kecil mereka.

Penderitaan yang dialami Bani Israil itu merupakan ujian bagi mereka karena mereka telah melupakan nikmat-Nya dan telah melakukan bermacam-macam dosa. Kemudian Allah swt mengampuni dan menerima tobat mereka, dan dikaruniakan-Nya pula nikmat yang besar, yaitu diselamatkan dari kesengsaraan yang mereka alami dari kekejaman Fir’aun. Tetapi rahmat ini pun merupakan ujian bagi mereka, apakah nantinya mereka akan mensyukuri nikmat itu, atau tidak.

Umat Islam dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari kisah Bani Israil itu. Allah swt, mula-mula telah melimpahkan bermacam-macam nikmat-Nya kepada umat Islam, sehingga umat telah bersatu di bawah panji-panji Islam dan hidup dalam persaudaraan yang kukuh, serta berhasil membangun negara Islam yang kuat. Tetapi kemudian terjadilah perpecahan di antara umat Islam, sehingga Allah swt mendatangkan malapetaka kepada mereka.

Khilafah Abbasiyah di Bagdad diruntuhkan oleh bangsa Tartar. Kemudian terjadi Perang Salib dalam waktu yang panjang sekitar 200 tahun. Sementara itu bangsa-bangsa barat menyusup ke negeri-negeri Islam, menguasai sumber-sumber kekayaan mereka sehingga umat Islam di mana-mana menjadi lemah.


Baca juga: Jangan Menghina dan Pilih Kasih Terhadap Non Muslim! Ini dalil Larangannya


Ayat 50

Dalam ayat ini disebutkan nikmat lain yang diberikan kepada Bani Israil, yaitu Allah telah menyelamatkan mereka ketika meninggalkan Mesir di bawah pimpinan Nabi Musa a.s. dari kejaran Fir’aun bersama tentaranya.

Setelah Allah mengangkat Musa menjadi Rasul, Dia memerintahkan agar menyeru Fir’aun dan kaumnya untuk beriman kepada-Nya, menuntut Fir’aun agar membebaskan Bani Israil yang berada di negeri itu, dan menghentikan kekejaman yang dilakukan terhadap mereka. Sebagai jawabannya, Fir’aun memperhebat siksaan dan kekejamannya terhadap Bani Israil dan memerintahkan rakyatnya untuk meningkatkan kerja paksa yang ditimpakan kepada mereka.

Kemudian Allah memberikan berbagai mukjizat kepada Musa a.s. dan saudaranya, Nabi Harun, antara lain tongkat Nabi Musa yang dapat berubah menjadi ular dan dapat menelan ular-ular yang dijelmakan oleh para pesihir yang dikerahkan Fir’aun untuk melawan mukjizat Nabi Musa a.s.

Melihat kenyataan itu, para pesihir itu pun mengakui kekalahan mereka, lalu menyatakan beriman kepada Tuhan. Akhirnya Fir’aun mengusir dan mengejar-ngejar mereka. Maka berangkatlah mereka meninggalkan negeri itu di bawah pimpinan Nabi Musa a.s., sedangkan Fir’aun dan bala tentaranya mengejar mereka.

Ketika mereka sampai di tepi Laut Merah yang membatasi kota Suez dengan Semenanjung Sinai, Allah memerintahkan Nabi Musa agar memukulkan tongkatnya ke laut. Lalu Musa a.s. melakukannya. Maka terbelahlah air laut dan terbentanglah dua belas jalur jalan raya yang akan dilalui Nabi Musa a.s. bersama pengikut-pengikutnya yang terdiri dari dua belas rombongan, sehingga selamatlah mereka sampai ke seberang.

Sementara itu Fir’aun bersama rombongannya terus mengejar mereka. Tetapi ketika mereka sampai di tengah-tengah laut itu, air laut kembali bertaut, sehingga mereka semuanya tenggelam ditelan air laut. Kejadian itu disaksikan oleh Bani Israil yang telah selamat sampai ke seberang.

Terbelahnya laut merupakan salah satu dari berbagai mukjizat Nabi Musa a.s. untuk membuktikan kepada manusia bahwa Allah adalah Mahakuasa. Dialah yang menciptakan alam ini dan Dia pula yang menetapkan undang-undang alam yang berlaku sepanjang masa, dan Dia berkuasa pula mengubah atau membatalkan undang-undang alam tersebut apabila dikehendaki-Nya.

Hukum alam yang berlaku pada air ialah bahwa air sebagai salah satu benda cair tidak dapat terpisah tanpa adanya benda lain yang memisahkannya. Undang-undang inilah yang diubah dan dibatalkan-Nya ketika terbelahnya air laut itu. Air laut tersibak dan berdiri seperti dinding-dinding yang tegak lurus tanpa ada sesuatu yang menahannya, sehingga terbentanglah jalan di antara dinding-dinding tersebut.

Demikian besarnya nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada Bani Israil. Mereka telah dibebaskan dari kekejaman Fir‘aun dan rakyatnya. Kemudian mereka diselamatkan pula ketika menyeberang laut. Sesudah itu mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri tenggelamnya musuh-musuh mereka di tengah laut yang tentu saja menggembirakan hati mereka. Sepatutnyalah mereka mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.


Baca setelahnya: Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 51-55


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....