Sehat dalam Islam bukan hanya merupakan sesuatu yang berhubungan dengan fisik, melainkan secara psikis (jiwa). Maka, Islam memperkenalkan konsep “al-Shihah wa al-fiyat”. Jauh dari sebelum Islam memberikan konsep tersebut, Islam sangatlah memperhatikan terhadap akhlak. Sehingga pengaruh akhlak terhadap kesehatan pun sangatlah berdampak.
Keadaan ini telah terbukti dari sebuah misi Rasulullah SAW yaitu dalam haditsnya dari Abu Hurairah ra., Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُ تَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus menjadi Rasul hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR.Bukhari, al-Baihaqi, dan Hakim).
Akhlak dan Kesehatan
Banyak orang tidak menyadari indikator adanya sebuah ketimpangan akhlak pada diri manusia adalah sumber dari penyakit. Pada prinsipnya, semua penyakit muncul akibat dari perilaku yang disengaja maupun tidak disengaja oleh si pelaku.
Baca juga: Doa Nabi Ayyub as dalam Al-Quran untuk Kesembuhan Penyakit
Seperti halnya rumusan yang dipaparkan oleh Ustadz Danu, bahwasannya, semua penyakit muncul akibat seseorang sering mengumbar hawa nafsu sehingga Allah SWT menurunkan peringatan agar manusia kembali ke jalan yang benar, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.
Karena sebuah nafsu akan menyebabkan timbulnya penyakit hati maupun fisik. Allah SWT berfirman atas dasar hubungan akhlak (nafsu manusia) dengan kesehatan yang mana berkaitan dengan penyakit. Dalam QS.Yunus [10]:57
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya; “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit (yang berbeda) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan Allah SWT menyebutkan karunia-Nya yang telah diberikan kepada makhluk-Nya dengan menurunkan Al-Qur’an dengan tiga fungsi, yakni Pertama, peringatan terhadap perbuatan-perbuatan yang keji. Maksudnya adalah dari kebimbangan dan keraguan, yaitu sebagai penyembuh penyakit yang bersumber di dalam dada.
Kedua, petunjuk dan yang Ketiga, sebagai rahmat. Dengan mengamalkan akan diperoleh petunjuk dan rahmat dari Allah SWT. dan sesungguhnya hal itu hanyalah diperoleh bagi orang-orang mukmin dan orang-orang yang percaya serta meyakini apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an.
Baca juga: Kemuliaan Manusia dalam Al-Quran dan Kaitannya dengan Hak Asasi Manusia
Allah SWT meletakkan dua hal dalam hati manusia, yaitu ruh dan nafsu. Disini ruh senantiasa cenderung membawa manusia tunduk dan patuh kepada firman-Nya, sedangkan nafsu akan cenderung membawa manusia mengikuti kesenangan duniawi tanpa memperhatikan firman-Nya.
Karena hati merupakan pusatnya nafsu-nafsu yang ada dalam tubuh manusia. Hati akan memerintahkan otak dengan menggerakkan orang tubuh manusia sebagai penyalur keluarnya nafsu tersebut. Nafsu yang tidak baik bila dijalankan terus menerus akan menumpuk menjadi dosa di mata Allah SWT.
Sistem yang sempurna dalam kehidupan manusia dengan memaksa manusia tunduk dan patuh atas firman-firman-Nya, agar kembali ke jalan yang benar. Jalan yang benar itu tidak lain dan tidak bukan adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Paksaan Allah SWT berupa adzab atau musibah yang menimpa manusia, berupa penyakit, kecelakaan, dsb.
Sedangkan di dalam tafsir al-Misbah M. karya Prof. Quraish Shihab menerangkan dengan menyebutkan bahwa kata Syifa’ biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan digunakan dalam arti keterbebasan dari kekurangan. Penyakit yang ada di dalam dada dan al-Qur’an merupakan rahmat bagi orang-orang yang beriman, yakni al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian selain kerugian disebabkan oleh kekufuran mereka sendiri.
Keistimewaan dan fungsi al-Qur’an dalam tafsirnya sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa para ulama’ memahami hal tersebut, bahwa ayat-ayat al-Qur’an dapat juga menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani. Mereka merujuk kepada sekian riwayat yang diperselisihkan nilai dan maknanya.
Baca juga: Disimpan British Library, Beginilah Potret Empat Al-Qur’an Kuno dari Jawa
Masih pada Tafsir al-Misbah menuliskan ada riwayat Ibn Mardawih melalui sahabat Nabi SAW, Ibn Mas’ud ra, yang memberikan bahwa ada seseorang yang datang kepada Nabi SAW mengeluhkan dadanya, maka Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau membaca al-Qur’an.”
Dengan itu, hidup menurut al-Qur’an pada dasarnya adalah hidup dengan cara mengekang atau melawan hawa nafsu yang selalu mengendalikan hati, pikiran dalam langkah manusia. Hidup dengan menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk akan berada di jalan yang lurus dan dapat mengangkat derajat manusia.
Sebagaimana, memohon kepada-Nya, maka Allah SWT akan menyembuhkan penyakit seseorang sebagaimana firman yang telah dipaparkan diatas sebagai penyembuh penyakit di dalam dada, petunjuk, dan rahmat bagi yang beriman. Menjadikan akhlak yang Qur’ani, tidak terbebani dengan menjalankan sepenuh hati, agar kesehatan terus membersamai.
Wallahu’alam