Mauidzah hasanah didefinisikan dengan pengajaran yang baik melalui penyampaian tutur kata dan perilaku yang lembut, sejuk dan mendamaikan. Baik tidaknya cara menyampaikan materi memang penting bagi pemahaman siswa. Karena itulah pendidik harus membudayakan mauidzah hasanah dalam proses belajar mengajar.
Konten atau isi pelajaran jika tidak ditopang dengan penyampaian yang baik; penuturan pendidik yang meneduhkan, maka pesan materi pelajaran tidak membekas dalam kalbu siswa. Justru yang ada, mereka enggan menerimanya.
Sayangnya, institusi pendidikan kita masih ditemui beberapa pendidik yang arogan, gemar menghujat, memaki, tidak sabar dan menihilkan potensi peserta didik. Karenanya Allah swt dalam firman-Nya QS. An-Nahl [16]: 125, mengingatkan kita untuk menyampaikan sesuatu dengan cara yang baik:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl [16]: 125)
Baca juga: Rambu Berdebat dalam Al Quran dan Hadis
Tafsir Surah An-Nahl Ayat 125
Pada pembahasan ini akan concern pada metode selanjutnya yaitu mauidzah hasanah. Redaksi mauidzah hasanah dapat diartikan dengan nasehat, wejangan, pitutur, pengajaran dan pendidikan yang baik. Para mufassir berbeda-beda dalam menjelaskan kata mauidzah. As-Suyuthi misalnya dalam Tafsir Jalalain mendefinisikan mauidzah dengan muwa’adzah aw al-qaulur rafiq (perkataan yang lembut). Sedangkan Ibnu Katsir menafsiri mauidzah hasanah sebagai peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga diharapkan mereka akan mengingat Allah swt.
Adapun At-Thabari menyebutnya dengan al-‘ibrul jamilah (perumpamaan yang indah) yang bersumber dari Al Quran sebagai argumentasi dalam proses penyampaian. Sementara, Muhammad ‘Ali As-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir memaknainya dengan luthfin wa layyinin (perkataan yang halus, ramah lagi lembut).
Di sisi lain, Al-Baghawi dalam Tafsir Al-Baghawi menafsirkannya dengan ad-du’a ilallah bi targhib wa tarhib (mengajak kepada jalan Allah dengan motivasi dan ancaman).
Penafsiran senada juga disampaikan oleh Ibnu Asyur dalam At-Tahrir wat Tanwir. Mauidzah hasanah dimaknainya dengan perkataan yang mendamaikan jiwa manusia sebab dilakukan dengan cara-cara yang baik. Mauidzah hasanah juga dapat diartikan peringatan yang baik yang mampu menyentuh akal dan hati.
Definisi yang lain mengatakan mauidzah hasanah diartikan dengan memberi petunjuk yang membawa spirit kepada kebenaran. Selain itu, menunjukkan bahaya dari perbuatan buruk, yang mengesankan bagi pendengarnya. Tidak ada metode yang paling baik kecuali yang disampaikan dengan ahsan (yang lebih baik).
Baca juga:Tafsir Tarbawi; Mengulik Metode Tanya-Jawab Ala Rasulullah Saw.
Membudayakan Mauidzah Hasanah
Sudah jamak kita pahami bahwa materi yang bagus harus dikemas dengan baik dan semenarik mungkin. Begitu juga dalam konteks pendidikan, materi pelajaran yang baik harus dikemas dengan penuturan yang lembut pula. Dan yang penting pula, harus diiringi dengan perilaku baik.
Melalui metode mauidzah hasanah, pendidik dapat membimbing dan mengarahkan siswa pada hal-hal positif melalui penanaman nilai-nilai agama dan norma yang berlaku . Inilah yang menjadi salah satu lantaran mereka memiliki pengetahuan untuk memilah dan memilih mana yang baik serta mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Baca juga: Tafsir Tarbawi: Story Telling, Metode Pendidikan Islam Paling Ampuh
Pendidikan Islam tidak hanya mengaksentuasikan transfer of knowledge (ilmu pengetahuan), melainkan transfer of value (nilai). Sehingga, pendidikan Islam mempunyai distingsi pada aspek nilai kejujuran, kebaikan, kesopanan, integritas, tanggungjawab, dan kepemimpinan. Pendek kata mencetak peserta didik yang berakhlakul karimah.
Karena itulah, tujuan yang mulia itu harus dibarengi dengan metode penyampaian yang baik pula (mauidzah hasanah). Melalui prinsip mauidzah hasanah diharapkan dapat memberikan sumbangsih pendidikan yang ramah terhadapan siswa, dan kita sebagai manusia pada umumnya. Wallahu a’lam.