Pendidikan Islam merupakan tonggak peradaban Islam. Hampir sebagian besar peradaban di dunia ini disumbang oleh pendidikan Islam. Terutama di zaman kejayaan Islam pada Dinasti Abbasiyah. Ilmuwan muslim kelas dunia lahir di zaman ini seperti al-Khawarizmi (penemu angka nol), Ibnu Haitsam (penemu optik), Ibnu Sina (bapak kedokteran). Semangat pendidikan Islam tergambar dari firman-Nya QS. Al-Mujadalah [58]: 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan” (Q.S. al-Mujadalah [58]: 11)
Baca juga: Tafsir Tarbawi: Pendidik Wajib Saring Sebelum Sharing Informasi
Tafsir Surah Al-Mujadalah Ayat 11
Dalam Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul karangan as-Suyuthi menyebutkan bahwa Ibnu Abi Hatim dari Muqatil mengisahkan ayat ini turun pada hari Jumat di mana datang seseorang dari suku Badar di majelis Rasul saw. Para sahabat tidak berkenan memberikan tempat duduk di dekat Rasulullah saw kepadanya. Melihat hal demikian, Rasul saw berdiri dan mempersilahkan orang tersebut duduk. Maka turunlah ayat di atas.
Pada ayat di atas pula terdapat redaksi yang menunjukkan pentingnya pendidikan, yakni yarfa’illah alladzina amanu minkum wal ladziina uutul ‘ilma darajat. Al-Baidhawi dalam Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil menerangkan bahwa Allah swt akan mengangkat derajat di antara mereka khususnya para ulama (ilmuwan dan cendekiawan) sebab apa yang telah mereka kumpulkan dari ilmu dan amalnya.
Baca juga: Tafsir Tarbawi: Lika-Liku dalam Menuntut Ilmu
Tidak jauh dari al-Baidhawi, al-Tsa’laby menjelaskan dalam al-Jawahirul Hisan fi Tafsiril Qur’an bahwa jumhur ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Sebagian yang lain menyatakan bahwa Allah swt akan mengangat derajat keduanya secara bersamaan. Sedangkan yang dimaksud derajat dalam ayat ini, Ibnu Asyur dalam at Tahrir wat Tanwir menafsirkannya sebagai makna kiasan (raf’an majaziyyan). Derajat di sini bermakna karamah (kemuliaan).
Ibnu Katsir menyatakan bahwa menurut ulama ahli qiraat, kata al-majlis ada yang dibaca dalam bentuk tunggal maupun jamak. Qatadah mengatakan asbabun nuzul ayat ini berkenaan dengan majelis dzikir. Di mana jika para sahabat melihat ada seseorang dari mereka yang baru datang, mereka tidak memberikan kelapangan tempat duduk di hadapan Rasulullah saw. Lalu, Allah swt memerintahkan kepada sebagian dari mereka memberikan kelapangan tempat duduk untuk sebagian yang lainnya.
Dalam versi yang lain yakni Muqatil bin Hayyan, ayat ini diturunkan pada hari Jumat, sementara itu Rasulullah saw saat itu berada di suffah (serambi masjid) sedangkan di tempat itu sudah penuh.
Baca juga: Beda Derajat Orang yang Berilmu dan Tidak Berilmu
Semangat Pendidikan Islam
Ayat di atas memberikan semangat bagi umat Islam untuk semakin cinta terhadap ilmu pengetahuan. Sebab hanya dengan ilmu sebagaimana kata Imam Syafi’i, yang dapat mengantarkan kita meraih dua hal yakni dunia dan akhirat. Saya teringat dalam syair Ta’limul Muta’allim,
تَعَلَّمْ فَإِنَّ الْعِلْمَ زَيْنٌ لِأَهْلِهِ # وَفَضْلٌ وَعُنْوَانٌ لِكُلِّ الْمَحَامِدِ
وَكْنْ مُسْتَفِيْدًا كٌلًّ يَوْمٍ زِيَادَةُ # مِنَ الْعِلْمِ وَاسْبَحْ فِيْ بُحُوْرِ الْفَوَئِدِ
“Belajarlah, karena ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, juga keutamaan baginya serta tanda setiap hal yang terpuji. Belajarlah setiap hari untuk menambah ilmu yang telah kau miliki, lalu berenanglah dalam lautan keutamaannya”
Wallahu a’lam[]