Kaum revisionis merupakan kesarjanaan baru yang muncul sekitar pada tahun 1970-an. Kesarjanaan ini merupakan salah satu kelompok yang menentang untuk menerima penjelasan tradisional misalnya tentang sejarah awal Islam untuk diterima begitu saja. Dengan kata lain, kelahiran kaum revisionis berhasil mencari celah untuk melemahkan narasi tradisional tentang Islam yang sudah melekat dan mengakar kuat dalam umat Muslim.
Diantara tokoh revisionis yakni John Wansbrough dengan dua karya fenomenalnya Quranic Studies dan The Sectarian Milieu, Michael Cook dan Patricia Crone dengan karyanya Hargarism, dan John Burton dengan karyanya The Collection of the Qur’an. Dalam buku Kontroversi Islam Awal karya Mun’im Sirry dijelaskan bahwa meski ditulis oleh orang yang berbeda, namun keempat karya tersebut sebenarnya berisi tentang penjelasan kemunculan atau sejarah awal Islam yang sangat berbeda dengan penjelasan tradisionalis yang dipahami oleh umat Muslim.
Tak berhenti sampai di situ, kajian kaum revisionis juga berusaha membahas mengenai ontetisitas Al-Quran. Berbagai teori pro dan kontra lahir sebagai respon atas penelitian terhadap Al-Quran tersebut. Mulai dari pendapat bahwa Al-Quran hanyalah ‘karangan’ yang dibuat oleh orang-orang yang hidup setelah Muhammad sampai berbagai argumen yang diajukan oleh sarjana muslim dan beberapa orientalis untuk menyanggah tuduhan kaum revisionis terkait otentitas Al-Quran. Salah satunya disampaikan oleh Fred Donner.
Sekilas tentang Kaum Revisionis
Pada asalnya, istilah revisionis merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut sebuah pendekatan yang menganggap sumber-sumber tradisional tidak dapat dipakai untuk merekonstruksi sejarah awal Islam. Sebagai gantinya, pendekatan ini menawarkan pendekatan metodologis atas sumber-sumber tradisional sejarah awal Islam.
Dalam Sejarah Sosial dalam Studi Islam karya Akh. Minhaji terdapat beberapa prinsip yang dimiliki pendekatan ini, pertama, sumber tertulis tidak dapat menjelaskan apa yang benar-benar terjadi. Kedua, saksi mata adalah orang yang mengetahui apa yang ditulis yakni terkait penggambaran suatu peristiwa, namun hal ini masih memungkinkan adanya perbedaan pemahaman dan penafsiran dengan peristiwa yang sebenarnya disebabkan oleh pengalaman dan pengetahuan orang tersebut. Ketiga, tak jarang terjadinya reduksi kata-kata dalam proses penggambaran suatu peristiwa. Keempat, sebuah karya tulis sebenarnya hanya menyajikan suatu fakta atau peristiwa yang terjadi berdasarkan sudut pandang penulis. Kelima, berbagai problem terdapat dalam bukti atau sumber tertulis seperti terpisah-pisah atau tersisa serpihan-serpihan yang tidak lengkap. Keenam, selain bukti-bukti internal, bukti eksternal merupakan hal yang perlu dibaca ketika melakukan penelitian. Singkatnya, pendekatan revisionis bertumpu pada kritik teks atas Al-Quran dan literatur Islam lainnya, pembuktian literatur Islam dengan data yang semasa, serta pengambilan kesimpulan berdasarkan data semasa yang ditemukan.
Baca Juga: Mengenal Kesarjanaan Revisionis dalam Studi Al-Quran
Sekilas tentang Fred Donner
Fred McGraw Donner atau Fred Donner dilahirkan di Washington D.C. Ia merupakan seorang sarjana yang berasal dari Amerika. Adapun riwayat pendidikannya yakni dimulai dengan studi oriental studies di Universitas Princeton, kemudian ia juga sempat mengambil kajian Arab di MECAS atau Middle East Centre for Arab Studies, studi filologi oriental di Universitas Friedrich-Alexander, dan kembali ke Universitas Princeton untuk melanjutkan studi doktoralnya.
Donner dikenal sebagai seorang orientalis yang mendalami kajian Islam. Hal ini dibuktikan dengan semangatnya yang mengkaji literatur yang ditulis ilmuwan Muslim klasik untuk kemudian diterjemahkan agar dapat dibaca lebih banyak orang lagi. Diantara karya-karya Donner yakni Narratives of Islamic Origins, Muhammad and the Believers: At the origins of Islam, dan The Early Islamic Conquest, dan The History of al-Tabari.
Baca Juga: Mengenal Tokoh Revisionis John Wansbrough, yang Mempertanyakan Kemurnian Al-Qur’an
Problem otentitas Al-Quran dan tanggapan Fred Donner
John Wansbrough terkenal sebagai salah satu tokoh yang meragukan otentisitas Al-Quran. Salah satu tesisnya yang terkenal adalah ia mengatakan bahwa Al-Quran tidak muncul di masa awal Islam dan disahkan oleh Nabi Muhammad melainkan berasal dari kaum Muslim yang hidup setelah wafatnya Rasulullah saw. Narasi dalam kitab-kitab sejarah maupun ulumul Quran yang memuat bagaimana proses diturunkannya Al-Quran kepada Rasulullah saw. dengan tegas ditolak oleh Wansbrough dan tidak dapat dijadikan sebagai bukti sejarah, sebab menurutya proses dokumentasi Al-Quran secara sempurna baru terjadi dua abad setelah Muhammad meninggal dan berasal dari luar Arab yakni Irak atau Syiria.
Menanggapi hal tersebut, Donner dalam karyanya Narratives of Islamic Origin menuliskan bahwa berbagai hipotesis Wansbrough terkait Al-Quran hanya membuat masalah di kalangan sejarawan yang berasal dari komunitas awal yang percaya. Sebab Wansbrough mengganggap Al-Quran serta literatur Islam lainnya sebagai hasil dari polemik konflik dan politis antar-konfesional yang biasanya mungkin terjadi di negara Kristen, Yahudi, dan Zoroaster. Namun, sebenarnya ia tidak dapat benar-benar menjelaskan tesisnya itu dengan lebih jelas dan tepat misalnya terkait siapa yang membuat Al-Quran tersebut, kapan, dan dimana tempat hal tersebut terjadi.
Pendapat lain dari Wansbrough yakni terkait varian bacaan atau qiraat dalam Al-Quran yang selama ini telah dipahami oleh orang-orang Muslim. Ia mengatakan bahwa qiraat merupakan proses pengeditan tekstual atau residu parafrasa atas gagasan-gagasan dalam Al-Quran. Donner mengatakan bahwa pendapat Wansbrough ini sangatlah lemah. Sebab lagi-lagi ia hanya mengatakan bahwa proses dalam pembuatan Al-Quran maupun hal yang berkaitan dengannya dilakukan oleh ilmuwan atau komunitas tertentu. Hal ini tentu sangat mencurigakan sebab dua pelaku yang disebut Wansbrough terlalu samar sehingga tidak dapat diketahui, apakah dilakukan oleh inidvidu, atau kelompok mana yang terlibat dalam peristiwa yang disebutkan oleh Wansbrough.
Selain itu, dalam Kontroversi Islam Awal karya Mun’im Sirry dijelaskan bahwa Donner menentang lima argumen Wansbrough yakni: Pertama, sejak dulu Al-Quran merupakan kitab suci berdasarkan ditemukannya ayat Al-Quran di masa awal Islam. Kedua, perbedaan bacaan atau qiraat tidak terkait dalam proses kanonisasai Al-Quran. Ketiga, kelemahan pendapat Wansbrough terkait Al-Quran terlihat pada saat ia tidak menjelaskan mengenai siapa pemilik wewenang dalam mnetapkan standar pada teks Al-Quran. Keempat, terdapat perbedaan yang jelas baik dari segi bahasa maupun konten antara Al-Quran dan hadis, yang menjadi petunjuk bahwa Al-Quran datang lebih awal dibanding hadis.
Simpulan
Menurut Fred Donner, tuduhan Wansbrough tentang otentisitas Al-Quran tak dapat dibuktikan. Sebab, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dengan membandingkan Al-Quran dan hadis, diketahui bahwa Al-Quran telah fixed menjadi sebuah korpus di masa Nabi Muhammad saw dan ini berarti Al-Quran dapat dijadikan sebagai bukti sejarah awal Islam. Selain itu, metode komparasi yang digunakan Donner secara implisit menunjukkan bahwa hadis merupakan sesuatu yang baru muncul setelah Rasulullah wafat, dikarenakan pembahasan di dalamnya mengenai permasalahan yang muncul setelah Nabi Muhammad meninggal dunia. Wallahua’lam.