Setelah menjelaskan dua golongan sebelumnya berikut karakteristik masing-masing, Allah Swt. kemudian menerangkan tentang golongan ketiga, yakni orang-orang munafik. Tidak seperti golongan mukmin dan golongan kafir yang hanya dijelaskan dalam beberapa ayat saja, karakter orang munafik dipaparkan dalam lebih banyak ayat, yakni 13 ayat, dari ayat ke-8 sampai ayat ke-20.
Menurut Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi, dengan ini Allah Swt. ingin menunjukkan betapa potensi bahaya yang ditimbulkan oleh orang-orang munafik terhadap agama dan umat Islam lebih besar daripada orang kafir [Tafsir al-Sya’rawi, juz 1, hal. 146].
Dibandingkan terhadap orang kafir harbi atau mereka yang jelas-jelas memerangi kaum muslimin, tindakan antisipasi dari perlawanan dan bahaya yang datang dari orang-orang munafik biasanya kurang diperhatikan. Sebab, secara lahiriah, mereka ada di barisan umat Islam. Namun, sejatinya mereka tak lain hanyalah orang kafir yang sengaja masuk Islam untuk merongrong kekuatan agama dari dalam. Merekalah serigala berbulu domba.
Baca juga: Tiga Golongan Manusia dalam Surah Albaqarah (Bag. 1)
Fenomena kemunculan orang-orang munafik di zaman Rasulullah dimulai setelah beliau hijrah ke Madinah dan memiliki kekuatan serta otoritas. Sedangkan ketika beliau masih berada di Makkah, para musuh beliau tidak perlu melakukan kamuflase menjadi muslim untuk menghancurkan Islam dan melindungi diri dari hukum Islam, sebab mereka adalah mayoritas.
Dalam hal ini, Allah Swt. berfirman:
{إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ (1) اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ } [المنافقون: 1، 2]
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, ‘Kami mengakui bahwa engkau adalah rasul Allah.’ Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar rasul-Nya; dan Allah maha menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Sungguh betapa buruk apa yeng telah mereka kerjakan.” (Q.S. Almunafiqun [63]: 1-2).
Baca juga: Tafsir Surah Almunafiqun Ayat 1-4: Sifat dan Perilaku Orang Munafik
Sejatinya, Rasulullah saw. mengetahui sebagian besar orang-orang yang terjangkit kemunafikan tersebut. Di antara orang-orang munafik yang telah melakukan banyak tindakan yang merugikan umat Islam adalah Abdullah bin Ubay bin Salul yang disebut-sebut sebagai pentolan orang-orang munafik.
Meski Rasulullah saw. mengetahuinya, beliau tetap memperlakukan mereka secara manusiawi seperti muslim lainnya, padahal mereka berhak mendapatkan sanksi dan hukuman. Pernah suatu ketika sahabat Umar bin Khattab naik pitam hingga hendak berniat membunuh Abdullah bin Ubay bin Salul, Beliau saw. lantas bersabda:
دَعْهُ لاَ يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ
“Biarkan dia, jangan sampai orang-orang mengatakan bahwa Muhammad membunuh sahabatnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sikap yang diambil Nabi saw. terhadap orang munafik ini kemudian menjadi pedoman dalam ilmu fikih untuk menghukumi sesuatu sesuai dengan apa yang tampak. Dalam hadis yang lain, Nabi bersabda:
نحن نحكم بالظاهر والله متولي السرائر
“Kita menghukumi sesuai dengan yang tampak. Sedangkan Allah Swt. yang mengurusi hal-hal yang tersembunyi.” [al-Ibhaj fi Syarh al-Minhaj, juz 6, hal. 2623].
Meskipun hadis ini diingkari oleh sebagian ulama, tetapi substansi makna hadis ini diakui dalam syariat. Bahkan, dalam kitab Sunan-nya, Imam al-Nasai membuat satu bab berjudul باب الحكم بالظاهر (bab tentang memutuskan hukum sesuai dengan yang tampak) dan meriwayatkan beberapa hadis semakna dengan hadis di atas.
Dalam hal ini, orang-orang munafik tampil sebagai orang muslim sehingga dihukumi sebagai muslim yang berhak dijaga jiwa dan hartanya. Meskipun demikian, Rasulullah saw. tidak mau mensalati jenazah orang yang sudah diketahui bahwa sebagai munafik. Hal ini juga dilakukan oleh sahabat Hudzaifah al-Yamani sebagai shahib sirri Rasulillah (juru kunci rahasia-rahasia Rasulullah), karena beliau-lah satu-satunya sahabat yang tahu daftar orang-orang munafik.
Begitulah kondisi orang munafik di zaman Rasulullah saw. Mereka sebenarnya kafir, tetapi tampil sebagai orang muslim.
Deskripsi munafik dalam surah Albaqarah
Dalam ayat ke-8 surah Albaqarah, Allah Swt. menjelaskan bahwa orang munafik adalah orang-orang yang mengaku telah beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir, tetapi sejatinya mereka tidak benar-benar beriman. Secara lahiriah, status sosial mereka adalah muslim karena mereka memang mengucapkan dua kalimat syahadat. Akan tetapi, syahadat yang diucapkan bertentangan dengan isi hati mereka yang sejatinya menyimpan kekufuran. Keimanan yang mereka tampakkan hanya sebagai kamuflase.
Dalam ayat-ayat berikutnya, Allah Swt. menyebutkan bagaimana perilaku yang mereka lakukan ketika berinteraksi dengan kaum muslim. Guna menutupi kebusukan hatinya, di hadapan orang muslim mereka mengatakan, “Kami orang beriman!”. Akan tetapi di belakang, pada saat berkumpul dengan dengan para komplotannya, mereka berkata, ”Hei, kami masih tetap bersama kalian. Tadi itu hanya sebatas pencitraan dan kamuflase saja.”
Kemudian di ayat 9, Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka ingin menipu dan mempermainkan Allah dan orang-orang beriman dengan sok beriman agar mendapat perlindungan di bawah naungan Islam. Akan tetapi, mereka sejatinya menipu diri mereka sendiri, sebab kelak di akhirat mereka akan disiksa dengan siksaan yang sangat pedih [Al-Tahrir wa al-Tanwir, 1, hal 276].
Hadis tentang tanda-tanda munafik
Sebagai tambahan, dalam satu hadis, Rasulullah saw. menjelaskan apa saja ciri-ciri orang munafik. Beliau saw. bersabda:
آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Tanda-tanda orang munafik ada tiga; ketika ia berkata, ia dusta; ketika berjanji, ia ingkar; dan ketika dipercaya (diberi amanah), ia khianat (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sebagian ulama menganggap muskil hadis di atas. Pasalnya, ciri-ciri orang munafik yang disebutkan oleh Rasulullah saw. di atas dapat ditemukan hampir dalam diri setiap orang muslim. Di sisi lain, ulama sepakat bahwa orang yang masih membawa iman dalam hatinya tidak dihukumi sebagai orang kafir atau orang munafik yang kekal di dalam neraka.
Baca juga: Alegori Keadaan Orang Munafik dalam Surah Albaqarah Ayat 17-20
Menurut Imam al-Nawawi, munafik dalam hadis di atas memiliki konotasi makna yang sedikit berbeda dengan munafik yang diterangkan dalam Alquran.
Orang-orang yang memiliki karakter di atas disebut sebagai munafik, atau lebih tepatnya mirip dengan orang-orang munafik. Dikatakan mirip karena ketiga sifat tersebut persis dengan tindakan yang dilakukan orang-orang munafik pada masa Rasulullah; lain di luar, lain di dalam. Dari sini, Imam al-Nawawi menegaskan bahwa yang dimaksud orang munafik dalam hadis di atas bukan munafik yang diancam dengan neraka tingkat paling bawah [Syarah al-Nawawi ‘ala Muslim, juz 2, hal. 47].
Dengan demikian, munafik yang disebutkan dalam surah Albaqarah adalah orang yang menampilkan keislaman tetapi sebenarnya di dalam hatinya bercokol kekafiran.
Itulah tiga golongan yang disebutkan dalam Q.S. Albaqarah. Mudah-mudahan kita sesantiasa diberi taufik untuk tetap istikamah dalam keimanan serta dapat memperoleh manfaat dari petujuk-petunjuk Alquran.