Tak terasa kita sekarang sudah memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Itu artinya kita akan dihadapkan suatu kemuliaan yang dimiliki bulan Ramadhan yakni malam lailatulqadar.
Malam lailatulqadar adalah suatu malam yang dinilai oleh Alquran lebih baik dari seribu bulan. Malam yang dimuliakan oleh Allah karena pada malam ini Allah Swt. awal menurunkan kalamnya (Alquran) dimuka bumi.
Malam lailatulqadar adalah malam yang penuh berkah, dimana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan penuh kebijaksanaan. Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Dukhan: 3-5:
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةٍ مُّبٰـرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنۡذِرِيۡنَ فِيۡهَا يُفۡرَقُ كُلُّ اَمۡرٍ حَكِيۡمٍۙ اَمۡرًا مِّنۡ عِنۡدِنَاؕ اِنَّا كُنَّا مُرۡسِلِيۡنَ
Artinya: Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam, dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar disisi kami. (QS Al-Dukhan: 3-5)
Baca Juga: Keunikan dan Rahasia Lailatulqadar
Malam tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. pada bulan Ramadhan sebagaimana yang tercantum dalam QS Al-Baqarah: 185 serta dalam malam qadar tercantum dalam QS Al-Qadar: 1.
Quraish Shihab dalam karyanya Wawasan Al-Qur’an mengatakan bahwa malam tersebut adalah malam mulia. Tidak mudah diketahui betapa besarnya kemuliaannya. Hal ini diisyaratkan oleh adanya pertanyaan dalam bentuk pengagungan yaitu:
وَمَا اَدْرَىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Artinya: Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (QS Al-Qadr: 2).
Menurut M. Quraish Shihab pemakaian kata-kata ma adraka dalam Al-Qur’an berkaitan dengan obyek pertanyaan yang menunjukkan hal-hal yang sangat hebat, dan sulit dijangkau hakikatnya secara sempurna oleh akal pikiran manusia.
Kata ma adraka sendiri terulang dalam Al-Qur’an sebanyak tiga belas kali. Sepuluh diantaranya mempertanyakan tentang kehebatan yang berkaitan dengan hari kemudian. Kesemuanya merupakan hal yang tidak mudah dijangkau oleh akal pikiran manusia, kalau enggan berkata mustahil dijangkaunya.
Itu artinya begitu mulianya malam lailatulqadar ini, sehingga Allah Swt. tidak mau jika malam mulia tidak dipertemukan hamba yang mulia pula. Allah Swt. sengaja merahasiakan malam ini, bahkan kekasihnya Rasulullah Saw. pun tidak mengetahuinya secara pasti. Akan tetapi Rasulullah Saw. hanya memprediksi bahwa lailatulqadar jatuh sepuluh terakhir pada bulan Ramadahan.
Apakah ada tanda secara khusus Datangnya Lailatulqadar?
Hal ini masih diperdebatkan oleh kalangan ulama. Yang jelas Rasulullah Saw. tidak menjelaskan secara spesifik mengenai kebenaran tanda-tanda fisik material yang mempertanyakan kehadiran malam lailatulqadar seperti: membekunya air, heningnya malam, dan menunduknya pepohonan dll. Kalaupun toh ada hadis Rasulullah Saw. yang menjelaskan semacam itu menurut M. Quraish Shihab perlu dipertanyakan kesahihanya.
Rasulullah Saw. tidak mengajarkan kepada umatnya melihat tanda malam lailatulqadar dengan tanda berupa fisik material. Akan tetapi Rasulullah Saw. mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mempersiapkan diri, menyucikan diri dan berdoa agar dipertemukan malam kemuliaan itu.
Menurut Quraish Shihab, seandainya ada tanda-tanda fisik material, maka itu pun takkan ditemui oleh orang-orang yang tidak mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa guna menyambutnya. (M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, hal. 541).
Kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh lailatulqadar tidak mungkin akan diraih kecuali orang-orang tertentu saja. Tamu agung yang berkunjung ke suatu tempat, tidak akan datang menemui setiap orang dilokasi itu, walaupun semua orang mendambahkanya. Bukankah ada orang yang sangat rindu atas kedatangan kekasih, namun ternyata sang kekasih tidak sudi mampir?.
Prediksi Rasulullah Saw. Tentang Malam Lailatulqadar
Sebuah hadis riwiyat Aisyah ra. yang menjadi pijakan bagi para ulama prihal lailatul qadar sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا, قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يُجَاوِرُ فِيْ اْلعِشْرِ الاَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ, وَيَقُوْلُ تَحَرُّو لَيْلَةَ القَدرِ فِيْ العَشْرِ الاَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya: Dari Aisyah ra pula, bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Carilah lailatul qadar itu dalam malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan ramadhan.” (HR. Bukhari).
Hadis riwayat Aisyah ini tergolong hadis yang shahih dan yang meriwayatkanya adalah Imam Bukhari, selain itu hadis ini menjadi pijakan para ulama dalam berpendapat mengenai malam lailatulqadar.
Akan tetapi malam ganjil dari sepuluh malam terkhir Ramadhan tidak ada yang tau pasti kapan terjadinya. Apa malam 21, malam 23, malam 25, malam 27 dan malam 29 semua rahasia Allah Swt. dan kita sebagai hamba hanya bisa mencari dan terus mencari malam kemuliaan tersebut.
Mendapat Malam Lailatulqadar Ala Quraish Shihab
Dalam karyanya Wawasan Al-Quran M. Quraish Shihab memberi penjelasan yang sangat gamblang mengenai lailatulqadar. Akan tetapi penulis menarik tiga point yang relevan, yang bisa menjadi pijakan agar kita mendapat malam lailatul qadar. Adapun 3 point tersebut sebagai berikut:
- Menyucikan jiwa
Malam kemuliaan tidak akan didapatkan oleh jiwa yang kotor. Itulah mengapa malam ini hadir pada bulan Ramadhan terakhir, diharapkan seorang hamba pada penghujung Ramadhan jiwa sudah bersih disebabkan puasa serta peribadatan yang dilakukan sejak awal Ramadhan.
- Mempersiapkan diri dalam menyambutnya
Salah satu praktik mempersiapkan diri dalam menyambutnya adalah dengan sering I’itikaf di masjid lebih-lebih malam hari. Inilah yang diajarkan oleh Rasulullah saw. dalam I’itikaf juga dianjurkan untuk memperbanyak doa dan bacaan-bacaan lain yang dapat memperkaya iman dan takwa. Nabi Saw. selalu melakukan i’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Juga dalam rangka mempersiapkan diri adalah dengan melakukan shalat malam baik itu shalat isya’ berjamaah, shalat tarawih, shalat tahajud dll.
Baca Juga: Menilik Hakikat Puasa Lewat Perang Badar
- Doa agar dipertemukan
Riwayat mengatakan bahwa pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah Saw. sering melakukan I’itikaf dan disanalah Rasulullah Saw bertadarus dan merenung sambil berdoa. Salah satu doa yang diucapkan Rasulullah Saw. adalah doa sapu jagat.
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنۡيَا حَسَنَةً وَّفِى الۡاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan perihalalah kami dari siksa api neraka (QS Al-Baqarah: 201).
Doa ini bukan sekedar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan akhirat, akan tetapi lebih memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan yang dimaksud, karena doa mengandung arti permohonan yang disertai usaha.
Tiga tips ini adalah sebuah ikhtiar hamba dalam mendapatkan malam kemuliaan. Diharapkan dengan ikhtiar kita menggapai malam lailatulqadar ini, kita bisa meraih malam penuh keberkahan. Aminn ya rabbal alamin. Wallahua’alam