Tradisi Santri Pesantren Zainul Hasan Menyambut Nuzul Al Quran

Nuzul Al Quran
Peringatan Nuzul Al Quran di Pesantren Zainul Hasan Genggong

Bulan Ramadhan selalu memiliki ciri khas tersendiri. Beberapa keistimewaan yang terkandung di bulan ini di antaranya adalah adanya peristiwa Nuzul Al Quran dan Lailatul Qadar, dua peristiwa istimewa dalam Islam. Selain itu, di bulan ini juga semua kitab samāwī diturunkan, yakni Zabūr, Taurāt, Injīl dan Alqur’an. Mengenai Nuzul Al Quran dan Lailatul Qadar, disebutkan dalam al-Qur’an, yakni:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”

Peristiwa Nuzul Al Quran dalam ayat diatas disimpulkan bersamaan dengan malam Lailatul Qadar yang jika kita lihat dalam beberapa referensi akan mengarah pada 1/3 terahir di bulan ramadhan, atau 10 terahir dibulan Ramadhan. Namun demikian, peristiwa ini juga sering diperingati pada 17 Ramadhan. Kita tidak akan membahas mendalam tentang perbedaan ini, karna sudah banyak kajian atau artikel yang membahas lebih spesifik.

Baca Juga: Anatomi Singkat Tafsir bi al-Imla’

Sebelum melanjut, mungkin saya akan mengatakan bahwa asumsi dasar dari tulisan ini adalah sebuah kesepakatan bahwa Alquran diturunkan pada bulan Ramadhan, dan itu sudah kesepakatan tanpa perdebatan. Termaktub dalam al-Quran QS al-Baqarah [2] 185, yakni:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”

Memperingati sebuah kejadian dahsyat, tidak diharuskan mengikuti dengan hari yang pas, karna sebuat pelajaran yang bisa kita dapat dari peringatan tadi juga tidak terikat waktu dan tempat (Baca: al-Anwār al-Bahiyyah, 8). Memperingati kejadian dahsyat juga bermanfaat (mampu melembutkan) hati seorang mu’min (QS. Al-Dzaririyat [51] 5). Meskipun, memperingati dengan waktu yang pas akan menjadi nilai lebih.

Memperingati sebuah kejadian dahsyat sudah seringkali dilakukan oleh kaum santri, tidak terkecuali peristiwa Nuzul Al Quran ini. Salah satu pesantren di Jawa Timur kali ini bisa menjadi sorotan, Pesantren Zainul Hasan Genggong ini rutin mengadakan peringatan Nuzul Al Quran setiap bulan Ramadhan yang dikemas dengan nama Lailatul Qiro’ah. Peringatan ini biasanya di selenggarakan pada 10 Ramadhan atau juga terkadang 15 ramadhan, tepatnya sebelum para santri pulang liburan ramadhan ke rumah masing-masing. Acara ini biasanya diawali dengan acara haul al-Marhūmah Ny.H. Himami Hafsawati, istri dari khalifah kedua di Pesantren tersebut di sore hari dan peringatan Nuzul Al Quran di malam hari.

Acara ini dikemas begitu menarik, berbeda dengan acara yang biasanya terisi dengan tahlil, yasin, maulid dibāī dan lainnya, acara Lailatul Qiroah yang diselenggarakan di Pesantren ini selalu mengundang para Qiroah yang memang berbakat dalam bidang al-Qur’an, baik bacaan ; suara dan lainnya. Bakat tadi terbukti, karna Pesantren ini selalu saja mengundang mereka yang memang terbukti juara dalam bidang Qira’ah tingkat Wilayah, Nasional bahkan terkadang Internasional.

Ustadz Maulana Mahfudz Sholehuddin S.Ag, (Juara 1 MTQ Nasional) dan Ustadzah Firdausi Nuzula (Juara 1 MTQ Jatim) turut memeriahkan acara Lailatul Qira’ah yang dilaksanakan kemarin, 11-April-2022 M/10-Ramadhan-1443 H. Penampilan bacaan Alquran dari para juara ini selalu menjadi ciri khas bahwa acara ini adalah dalam rangka memperingati turunnya Alquran. Selain itu, KH. Ma’ruf Khazin (Ketua Aswaja NU Center) beserta beberapa Kiai dan Habaib lain juga ikut memeriahkan acara tahun ini.

Baca Juga: Kiai Zaini Mun’im dan Naskah Tafsirnya

Dalam ceramah agama yang disampaikan oleh KH. Ma’ruf Khazin, dzikrā (peringatan) dengan pengemasan seperti ini merupakan implementasi sunnah Nabi. Beliau juga mengutip sebuah hadits dari kitab Shahih Bukhari nomor 4582, yakni :

 قالَ لي النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: اقْرَأْ عَلَيَّ، قُلتُ: آقْرَأُ عَلَيْكَ وعَلَيْكَ أُنْزِلَ؟ قالَ: فإنِّي أُحِبُّ أنْ أسْمَعَهُ مِن غَيرِي

“Nabi bersabda kepadaku: “Bacakanlah al-Quran padaku.” Saya kemudian berkata: “Ya Rasulullah, adakah saya akan membaca al-Quran untuk anda, sedangkan al-Quran itu diturunkan kepada anda?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab: “Saya senang sekali jika mendengar al-Quran itu dari orang lain.”

Menurut KH. Ma’ruf Khazin, dari hadits ini kemudian Imam al-Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Sharh al-Muhażżab mengatakan bahwa setiap majlis disunnahkan dibacakan ayat-ayat al-Qur’an oleh orang-orang yang suaranya merdu, bagus, indah dan nikmat didengarkan.

Semoga dibulan ramadhan kali ini kita diberi keberkahan puasa, keberkahan Alquran hingga mampu menemui ramadhan berikutnya. Amin