BerandaTafsir TematikTafsir Tematik SurahUnsur Keindahan Linguistik Ayat-Ayat dalam Surah Attakwir

Unsur Keindahan Linguistik Ayat-Ayat dalam Surah Attakwir

Terletak di urutan yang ke-81 dalam susunan Alquran, surah Attakwir merupakan salah satu surah yang tergolong ke dalam surah–surah Makkiyah dan terdiri dari 29 ayat. Surah Attakwir merupakan surah yang menjelaskan tentang peristiwa–peristiwa besar yang terjadi pada hari kiamat. Pada hari itu, setiap manusia akan mengetahui apa saja yang sudah dikerjakannya saat masih di dunia.

Surah Attakwir memiliki keistimewaan tersendiri yang menjadi ciri khasnya. Nah untuk itu, agar dapat mengetahui keistimewaan tersebut, seseorang harus memahami terlebih dahulu ilmu–ilmu yang mempelajari kaidah bahasa Arab.

Ilmu yang dimaksud baik ilmu nahu-saraf yang mempelajari struktur dan susunan kata dalam sebuah kalimat serta bentuk dan perubahan kata, ataupun ilmu balaghah, yang membahas tentang tata cara mengolah kata atau susunan kalimat bahasa Arab yang indah dan memiliki arti yang jelas. Di antara keistimewaan surah Attakwir yaitu sebagai berikut.

  1. As-Syartu wa al-jawaabu

Di antara yang menjadikan surah Attakwir menarik adalah bahwa di dalam surah Attakwir terdapat banyak sekali kalimat syarat yang beruntun dari ayat pertama hingga ayat ketiga belas. Kemudian, disusul dengan satu kalimat jawab saja pada ayat keempat belas untuk melengkapi runtutan syarat tersebut. Selain itu, di dalam surah Attakwir juga ada keserasian sajak akhir ayat yang semuanya tersusun rapi.

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ (1) وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ (2) وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ (3) وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ (4) وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ (5) وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ (6) وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ (7) وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ (8) بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ (9) وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ (10) وَإِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ (11) وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ (12) وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ (13) عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحْضَرَتْ (14)

“Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan, dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh, dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka, dan apabila langit dilenyapkan, dan apabila neraka Jahim dinyalakan, dan apabila surga didekatkan, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya. (Q.S. Attakwir [81]: 1-14).

Baca juga: Serba-serbi Seputar Surah Alfatihah

Dapat dipahami dari sini, isi kandungan surah Attakwir banyak menggunakan syarat beruntun untuk menggambarkan banyaknya peristiwa di hari kiamat. Jarang sekali ditemui di dalam Alquran adanya syarat beruntun, yang diakhiri dengan satu jawab saja. Kemudian, apabila semua peristiwa itu sudah terjadi keseluruhan, maka setiap manusia akan segera mengetahui apa saja yang telah dikerjakannya selama di dunia. Hal ini seperti yang diungkapkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya:

وقوله: { عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحْضَرَتْ } هذا هو الجواب، أي: إذا وقعت هذه الأمور حينئذ تعلم كل نفس ما عملت وأحضر ذلك لها

“FirmanNya: (عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحْضَرَتْ) ini adalah jawab (dari runtutan syarat di ayat–ayat sebelumnya), yaitu apabila telah terjadi semua peristiwa ini, maka pada hari itu setiap jiwa akan mengetahui apa saja yang telah dilakukannya, dan didatangkan peristiwa tersebut kepadanya.” (Tafsir Ibnu Katsir, juz 7, hal. 335).

Banyaknya peristiwa yang terjadi pada hari kiamat yang disebutkan dalam surah Attakwir, membuat Wahbah Zuhaily menulis dalam tafsirnya tentang surah Attakwir ayat 1-12 yaitu Tafsir Al-Munir. Beliau membagi peristiwa tersebut menjadi dua, yaitu enam ayat pertama berisi peristiwa yang awal datangnya hari kiamat sebelum rusaknya dunia. dan enam ayat selanjutnya berisi peristiwa kiamat itu sendiri (hancurnya dunia).

  1. Syaj’u

Selain syarat yang beruntun, pola dalam penyusunan kata di akhir kalimat juga sangat indah, setiap akhir ayat memiliki kesamaan kata كُوِّرَتْ, انْكَدَرَتْ, عُطِّلَتْ, حُشِرَتْ, سُجِّرَتْ, زُوِّجَتْ, سُئِلَتْ, قُتِلَتْ, نُشِرَتْ, كُشِطَتْ, سُعِّرَتْ, أُزْلِفَتْ, أَحْضَرَتْ yang menjadikannya sangat serasi jika dibacakan; dan juga menggambarkan keindahan lafaznya. (Tafsir Al-Munir, juz 30, hal. 81).

Baca juga: Keistimewaan Surah Ala’la: Surah Favorit Rasulullah

  1. Jinas

Imam Ashobuni menulis dalam kitabnya, Shofwatu At-Tafaasir berbagai keindahan balaghah surah ini. Selain yang sudah dijelaskan di atas, Imam Ashobuni menambahkan adanya jinas. Menurut beliau, di dalam surah Attakwir terdapat jinas naqis, di ayat فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ (15) الْجَوَارِ الْكُنَّسِ (16) yaitu antara lafaz (الْخُنَّسِ) dan lafaz (الْكُنَّسِ). Lalu jinas ghoiru tam di ayat ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ (20) مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ (21), yaitu antara lafaz (أَمِيْنٍ) dan (مَكِيْنٍ). (Shofwatu At-Tafaasiir Lishobuuni, juz 3, hal. 463-434).

  1. Isti’arah

Kemudian beliau menyebutkan lagi adanya untsur isti’arah, yaitu cara pengungkapan makna dalam bentuk gambaran imajinasi. Di antaranya ada isti’arah tashrihiyyah di lafaz وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ yang menyerupakan “waktu siang” dan “bersinarnya cahaya” dengan udara sepoi–sepoi yang menghidupkan hati. Selanjutnya isti’aroh lafaz  تنفّسuntuk menyerupakan “datangnya siang” setelah “gelap gulita”. Ini merupakan isti’arah yang sangat lembut dan menceritakan gambaran kesedihan dengan menyingsinya waktu subuh (Shofwatu At-Tafaasiir, juz 3, hal. 463).

  1. Kinayah

Beliau juga menyebutkan kinayah, yaitu mengucapkan lafaz tetapi yang dimaksud adalah kelaziman maknanya. Imam Ashobuni menyebutkan adanya kinayah latifah (sindiran yang lembut) dalam lafaz وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُوْنٍ yang makna “temanmu” di situ merujuk kepada Nabi Muhammad saw.

Baca juga: Balaghah Alquran: Seni Tata Krama dalam Bahasa Alquran

  1. Ittibaq

Ittibaq adalah perbandingan antara dua lafaz yang berlawanan. Terdapat penyebutan ittibaq (perbandingan) dalam ayat وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ (12) وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ (13) yaitu antara lafaz (الْجَحِيْمُ) dan lafaz (الْجَنَّةُ). (Shofwatu At-Tafaasiir, juz 3, hal. 463-464).

Demikianlah segelintir penjelasan dari keistimewaan surah Attakwir, salah satu surah yang memiliki ciri khas tersendiri dalam mengungkapkan keindahannya. Surah dengan kalimat syarat terbanyak dalam Alquran dan mengandung informasi berbagai peristiwa besar yang akan datang pada hari kiamat nanti. Wallahu a’laam bish showwab.

Muhammad Sholikhul Hady
Muhammad Sholikhul Hady
Mahasiswa Sejarah & Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Sikap al-Qurṭubī Terhadap Riwayat Isrāīliyyāt

0
Tema tentang Isrāīliyyāt ini sangat penting untuk dibahas, karena banyaknya riwayat-riwayat Isrāīliyyāt dalam beberapa kitab tafsir. Hal ini perlu dikaji secara kritis karena riwayat ...