Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 99-103 secara umum membantah keyakinan orang musyrik dengan sesembahan mereka, bahwa benda-benda yang mereka anggap sebagai tuhan itu tidaklah dapat membantu mereka kala Kiamat tiba, dan kelak mereka bersama sesembahan itu akan mendapat siksa yang nyata di Neraka. Sementara orang mukmin yang senantiasa beramal saleh, akan mendapatkan balasan surga dengan kenikmatan tiada tara.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 94-98
Ayat 99
Ayat ini menerangkan seandainya sembahan-sembahan yang disembah orang-orang musyrik itu benar tuhan di samping Allah sebagaimana kepercayaan mereka, tentulah sembahan itu akan selamat bersama-sama mereka, karena jika ia tuhan tentulah ia mahakuasa dan perkasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat menyiksanya, bahkan ia sendirilah yang akan menyiksa orang-orang yang durhaka padanya.
Akan tetapi yang terjadi ialah bahwa semuanya itu baik penyembah-penyembah berhala, maupun sembahan-sembahan yang disembah akan kekal di dalam neraka.
Ayat 100
Kemudian Allah menerangkan keadaan penyembah berhala- berhala itu beserta sembahan-sembahan mereka di dalam neraka, yaitu:
- Mereka di dalam neraka mengeluh dan merintih dan nafas mereka menjadi sesak menanggung azab yang tiada terperikan dahsyatnya.
فَاَمَّا الَّذِيْنَ شَقُوْا فَفِى النَّارِ لَهُمْ فِيْهَا زَفِيْرٌ وَّشَهِيْقٌۙ
Maka adapun orang-orang yang sengsara, maka (tempatnya) di dalam neraka, di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih. (Hud/11:106)
- Penyembah-penyembah berhala yang sedang diazab itu tidak dapat mengetahui keadaan temannya yang lain yang juga diazab, karena mereka tidak sempat memikirkannya, masing-masing mereka sibuk menghadapi azab yang selalu menimpa mereka.
Baca Juga: Mengenal Kuliner Neraka dalam Al-Quran, dari Buah Zaqqum hingga Shadid
Ayat 101
Pada ayat ini diterangkan keadaan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta orang-orang yang telah diberi Allah taufik untuk taat kepada-Nya, bahwa mereka tidak dimasukkan ke dalam neraka bahkan mereka sedikit pun tidak didekatkan kepadanya.
Diriwayatkan oleh al-Hākim dari Ibnu Abbas, bahwa waktu ayat 98 diturunkan, orang-orang musyrik Quraisy merasa terpukul karenanya. Mereka berkata, “Muhammad telah memaki-maki tuhan-tuhan kita. Lalu mereka pergi kepada Ibnu az-Ziba`ra dan menceritakan tentang ayat yang diturunkan itu, dia menjawab, “Kalau saya berhadapan dengan Muhammad tentulah saya dapat membantahnya.”
Orang-orang musyrik Quraisy itu berkata, “Apakah yang kamu katakan.” Dia menjawab, “Aku mengatakan kepadanya, “Al- Māsih disembah orang-orang Nasrani, ‘Uzair disembah orang Yahudi, apakah Al-Māsih dan ‘Uzair itu akan menjadi bahan bakar api neraka? Orang-orang Quraisy tertarik hatinya mendengar ucapan Ibnu az-Ziba`ra dan merasa telah dapat mengalahkan Muhammad. Maka turunlah ayat 99 sampai 101 Surah ini, yang menegaskan ayat 98 di atas.
Dengan turunnya ayat-ayat ini Ibnu az-Ziba`ra bungkam dan bimbanglah kembali hati orang-orang musyrik. Tetapi karena kedengkian mereka kepada Nabi Muhammad dan kaum Muslimin, maka mereka tetap dalam kemusyrikan mereka.
Ayat 102-103
Allah menerangkan keadaan penduduk surga, yaitu:
- Mereka tidak mendengar suara api neraka yang ditimbulkan oleh gejolak apinya dan bunyi menghanguskan barang-barang yang sedang dibakar.
- Mereka berada dalam kesenangan dan kegembiraan yang tidak putusputusnya, menikmati segala yang mereka inginkan, mendengar segala yang menyenangkan hati dan melihat apa yang disenangi mata mereka.
- Mereka tidak dirisaukan oleh bunyi sangkakala yang terakhir, yaitu bunyi sangkakala yang menandakan kebangkitan manusia dari kubur untuk dihisab, Allah berfirman:
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرٰى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ
Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah). (az-Zumar/39: 68)
- Mereka disambut para malaikat dengan menyampaikan kabar gembira atas kemenangan mereka. Seakan-akan malaikat menyampaikan kepada mereka;
“Inilah hari yang pernah dijanjikan Allah kepadamu hai orang-orang yang beriman sewaktu di dunia dahulu, pada saat ini Allah melimpahkan pahala yang besar dan kesenangan yang abadi sebagai balasan atas keimanan, ketaatan, dan kesucian dirimu dari perbuatan dosa dengan mengerjakan amal-amal saleh dan dengan melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang-Nya.”
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 104-105