BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Fath Ayat 16-18

Tafsir Surah Al-Fath Ayat 16-18

Dalam Tafsir Surah Al-Fath Ayat 16-18 Allah memerintahkan Rasulullah agar mengatakan musuh yang akan diperangi ini memiliki kekuatan yang besar, hal ini semata-mata bertujuan untuk menguji isi hati dan kemauan orang-orang munafik Arab Badui.

Dan tampak jelas, orang-orang Arab Badui yang dikisahkan dalam Tafsir Surah Al-Fath Ayat 16-18 ini berpaling dengan ditandai raut wajahnya yang ketakutan usai Rasulullah menyampaikan hal-hal yang akan terjadi di peperangan nanti.

Selain itu, Tafsir Surah Al-Fath Ayat 16-18 ini juga mengisahkan tentang Bai’atur Ridwan yang diikuti oleh 1.400 para sahabat, semuanya di bai’at oleh Rasulullah kecuali Jadd bin Qais al-Anshari, karena ia adalah seorang munafik.


Baca Juga: Tafsir Surah Al-Fath Ayat 12-15


Ayat 16

Ayat ini seakan-akan menguji isi hati dan kemauan orang-orang munafik Arab Badui, dengan memerintahkan Rasulullah agar mengatakan bahwa jika mereka benar-benar ingin bergabung dengan barisan kaum Muslimin, maka mereka akan diajak memerangi orang-orang yang mempunyai kekuatan yang besar. Mereka diharuskan untuk memerangi musuh itu kecuali kalau mereka menyerah dan memeluk agama Islam.

Kemudian kepada orang-orang Arab Badui itu dijanjikan bahwa jika mereka ikut berjihad, Allah akan melimpahkan nikmat-Nya kepada mereka, baik di dunia berupa kemenangan dan harta rampasan, maupun di akhirat berupa surga yang penuh kenikmatan. Sebaliknya jika mereka menyalahi perintah Allah, tidak mau berjihad, dan melaksanakan perintah itu, mereka akan menerima azab yang pedih di akhirat.

Dengan ayat ini, seakan-akan Allah memberikan kesempatan bertobat kepada mereka dengan menerima ajakan jihad itu. Akan tetapi, di wajah mereka tampak keingkaran dan ketakutan untuk menerima ajakan dan kesempatan bertobat itu.

 Maksud “kaum yang mempunyai kekuatan” di sini ialah orang-orang kafir Mekah. Sedangkan menurut sebagian yang lain mengartikan suku Hawazin dan Bani Hanifah di Nejed.

Ayat 17

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa pada waktu ayat yang mengancam orang-orang yang tidak mau ikut berjihad bersama Rasulullah turun, maka orang-orang yang lumpuh berkata, “Bagaimana dengan kami, wahai Rasulullah?” Sebagai jawabannya turunlah ayat ini.

Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa alasan-alasan yang dibolehkan bagi seseorang untuk tidak ikut berperang adalah karena buta, pincang, cacat jasmani, atau sakit. Muqatil berkata, “Nabi saw membenarkan alasan orang-orang yang sakit untuk tidak ikut bersama Rasulullah ke Hudaibiyyah dengan alasan ayat ini.”

Kemudian Allah memberikan dorongan dan semangat kepada orang-orang beriman bahwa barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, serta memenuhi panggilan jihad di jalan-Nya, akan diberi balasan berupa surga yang penuh kenikmatan. Sebaliknya orang-orang yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya serta tidak mau ikut berjihad bersama kaum Muslimin yang lain, Allah akan mengazabnya dengan azab yang pedih.


Baca Juga: Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 39-40: Membaca Pesan Perdamaian di Balik Ayat-Ayat Perang


Ayat 18

Allah menyampaikan kepada Rasulullah saw bahwa Dia telah meridai baiat yang telah dilakukan para sahabat kepada beliau pada waktu Bai’atur-Ridwan. Para sahabat yang ikut baiat pada waktu itu lebih kurang 1.400 orang. Menurut riwayat, ada seorang yang ikut bersama Rasulullah saw, tetapi tidak ikut baiat, yaitu Jadd bin Qais al-Anshari. Dia adalah seorang munafik.

Para sahabat yang melakukan baiat itu telah berjanji akan menepati semua janji yang telah mereka ucapkan walaupun akan berakibat kematian diri mereka sendiri. Hal itu tersebut dalam hadis yang diriwayatkan al-Bukhari dari Salamah bin al-Akwa’, bahwa ia berkata:

بَايَعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ عَدَلْتُ إِلَى ظِلِّ الشَّجَرَةِ فَلَمَّا خَفَّ النَّاسُ قَالَ: يَا ابْنَ اْلأَكْوَعِ أَلاَ تُبَايِعُ؟ قُلْتُ قَدْ بَايَعْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: وَأَيْضًا. فَبَايَعْتُهُ الثَّانِيَةَ. فَقُلْتُ لَهُ يَا أَبَا مُسْلِمٍ عَلَى أَيِّ شَيْءٍ كُنْتُمْ تُبَايِعُوْنَ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: عَلَى الْمَوْتِ. )رواه البخاري عن سلمة بن الأكوع)

Aku telah melakukan baiat kepada Rasulullah saw kemudian aku berjalan menuju bayangan pohon (Samurah). Ketika orang-orang mulai sedikit, Nabi saw berkata, “Wahai Ibnu al-Akwa’, tidakkah kamu ikut melakukan baiat?” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku sudah melakukan baiat.” Rasulullah berkata, “Yang ini juga.” Maka aku melakukan baiat untuk kedua kalinya. Aku (Yazid bin Abu ‘Ubaid, salah seorang sanad hadis ini) bertanya pada Salamah bin al-Akwa’, “Wahai Abu Muslim (panggilan Salamah), untuk apa kalian melakukan baiat pada hari itu?” Ia menjawab, “Untuk mati.” (Riwayat al-Bukhari dari Salamah bin al-Akwa’)

Allah menjanjikan balasan berupa surga yang penuh kenikmatan kepada orang-orang yang ikut baiat itu. Hal ini ditegaskan pula dalam hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan Ahmad, Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi dari Jabir r.a., Rasulullah saw bersabda:

لاَ يَدْخُلُ النَّارَ اَحَدٌ مِمَّنْ بَايَعَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ.

Tidak seorang pun akan masuk neraka dari orang-orang yang ikut baiat di bawah pohon (Samurah) itu. ;Menurut Nafi’, ketika ‘Umar bin al-Khaththab mendengar bahwa para sahabat sering berdatangan mengunjungi pohon itu untuk mengenang dan memperingati peristiwa Bai’ah ar-Ridwan, maka beliau memerintahkan untuk menebang pohon itu. Umar memerintahkan agar pohon dan tempat itu tidak dikeramatkan dan dipuja oleh orang-orang yang datang kemudian sehingga menjadi tempat timbulnya syirik. Perbuatan Umar tersebut adalah sebagai saddu dzari’ah (menutupi celah atau kesempatan agar tidak terjadi syirik di kemudian hari).

Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dia mengetahui isi hati dan kebulatan tekad kaum Muslimin yang melakukan baiat itu. Oleh karena itu, Allah menanamkan dalam hati mereka ketenangan, kesabaran, dan ketaatan kepada keputusan Rasulullah saw. Allah menjanjikan pula kepada mereka kemenangan pada Perang Khaibar yang terjadi dalam waktu yang dekat. Dengan demikian, ayat ini termasuk ayat yang menerangkan peristiwa yang terjadi pada masa yang akan datang, yaitu kemenangan kaum Muslimin pada Perang Khaibar, dan peristiwa itu benar-benar terjadi.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Ayat 19-23


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...