Setiap muslim meyakini bahwa kisah di dalam Al Quran adalah kisah terbaik. Namun saat mereka ditanya “Apa sebabnya?” Mereka hanya menjawab sebab kisah itu disebutkan di dalam Al Quran. Sebuah jawaban yang dangkal dan jauh dari pemahaman mendalam terhadap makna-makna Al Quran. Bahkan para pakar tafsir tidak ada yang memahami sesimpel itu.
Khazanah kitab tafsir berbicara panjang lebar lebih dari apa yang bisa seorang muslim biasa pelajari dari kisah-kisah Al Quran. Terutama yang mempelajari lewat terjemah. Keistimewaan kisah-kisah di dalam Al Quran tidaklah sebab hanya “menumpang” terhadap kemuliaan Al Quran. Namun sebab kisah-kisah tersebut memiliki banyak hal yang dapat dipelajari pembacanya.
Keistimewaan Kisah-Kisah di dalam Al Quran
Kisah atau dalam bahasa Arab di tulis قصة, menurut Ar-Raghib Al-Asfahani dalam kitab Mufradat fi Gharibil Qur’an, maknanya adalah bekas, jejak atau tapak tilas. Sedang “mengkisahkan” maknanya adalah mengulas suatu jejak atau sesuatu yang sudah terjadi (Mufradat Fi Gharibil Qur’an/ 404).
Ada hal lain yang dapat kita fahami selain bahwa makna “kisah” adalah sesuatu yang sudah terjadi, yaitu sesuatu yang sudah terjadi tidak akan dibahas kembali tanpa ada hal penting di dalamnya. Mengapa sesuatu yang sudah terjadi tidak ditinggalkan begitu saja? Mengapa masih terus diulas berulang-ulang? Tentu karena ada hal penting di dalamnya.
Baca juga: Kisah Teladan Nabi di Bulan Muharram; Nabi Yunus Keluar dari Perut Ikan Paus
Kisah-kisah di dalam Al Quran adalah satu yang istimewa sebab tidak hanya ada hal penting di dalamnya, tapi juga karena Allah menyatakan ia adalah “kisah terbaik”, di beberapa ayat. Diantaranya Allah berfirman pada dua tempat di dalam Surat Yusuf:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ اَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْاٰنَۖ وَاِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهٖ لَمِنَ الْغٰفِلِيْنَ
Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui. (Q.S. Yusuf [12]: 3)
لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ
Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Yusuf [12]: 111)
Baca juga: Peristiwa Bersejarah Apa Saja di Bulan Muharram? Ini Dia Kisahnya
Beberapa Uraian Pakar Tafsir
Para pakar tafsir berkomentar panjang lebar tentang bagaimana kisah-kisah dalam Al Quran menjadi kisah yang terbaik:
Pertama, Imam Ibn ‘Asyur dalam Tafsir At-Tahrir Wat Tanwir menjelaskan bahwa kisah-kisah di dalam Al Quran menjadi kisah terbaik sebab ia disampaikan dengan susunan yang indah serta merupakan yang paling baik di antara kisah-kisah dengan tema sama di luar Al Quran (Tafsir At-Tahrir Wat Tanwir /7/223).
Ini dapat kita fahami, sebab selain karena Al Quran kitab sastra terbesar, kisah-kisah di dalamnya juga memiliki kelebihan. Di antaranya diperankan oleh sosok-sosok mulia seperti para nabi dan orang-orang salih. Sebagaimana film dan pertujukan teater akan menyedot perhatian bila pemerannya adalah tokoh terkenal, begitu pula sebuah kisah yang diceritakan.
Baca juga: Kisah Romantis Khaulah bint Tsa’labah Dibalik Ayat-Ayat Zihar
Kedua, Imam Al-Fahkru Ar-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan tentang sebab turunnya Surat Yusuf. Suatu kali kaum Yahudi memberi ide para pembesar kafir Quraish, untuk bertanya perihal kisah berpindahnya Nabi Ya’qub dari kota Syam menuju kota Mesir serta kisah Nabi Yusuf, kepada Nabi Muhammad. Lalu Allah pun menurunkan ayat tentang kisah Nabi Yusuf. (Mafatihul Ghaib/8/492)
Kisah-kisah dalam Al Quran adalah kisah yang menjadi jawaban terhadap rasa penasaran orang-orang Yahudi. Hal ini menjadi kelebihan tersendiri sebab tak mungkin orang-orang yahudi yang notabene bersebrangan dengan Umat Islam, menanyakan sesuatu yang tak penting. Minimal sebagai petunjuk bagi mereka bahwa ada kaitan antara Islam dengan agama Yahudi.
Ketiga, kisah dalam Al Quran menjadi kisah terbaik, sebab menyinggung banyak hal dalam dinamika kehidupan manusia. Imam As-Suyuthi mengutip penjelasan Imam Al-Karmani, bahwa dalam Kisah Nabi Yusuf ada ada banyak hal tentang dinamika kehidupan manusia yang dapat di pelajari. Di antara tentang keberadaan pendengki dan orang yang ia dengki, pemimpin dan bawahan, orang yang rindu serta sosok yang dirindukan, serta tentang penjara dan diri yang tertekan (Al-Itqan/1/423).
Imam Al-Fahkru Ar-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa dalam kisah Nabi Yusuf, pembaca bisa mempelajari tentang keberadaan iri dan dengki serta manfaat bersabar dalam menghadapinya (Mafatihul Ghaib/8/493). Munculnya rasa iri diantara saudara, apalagi saudara tiri, adalah suatu hal yang sering terjadi. Manusia bisa meneladani Kisah Nabi Yusuf untuk menghadapi hal-hal tersebut.