BerandaTafsir TematikRelevansi al-Qalam dalam Konteks Modern

Relevansi al-Qalam dalam Konteks Modern

Alquran sebagai rangkaian wahyu ilahi yang amat indah, memiliki sejumlah istilah yang penuh makna. Salah satunya ialah lafaz “al-qalam”, yang secara harfiah memiliki makna “pena”. Lafaz tersebut disebutkan sebanyak tiga kali dalam Alquran. Di antaranya pada surah Al-‘Alaq ayat 4, Al-Qalam ayat 1, dan Luqman ayat 27.

Pertama, dalam Q.S. Al-‘Alaq 5:

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ

(Dia) yang mengajar (manusia) dengan pena.

Kedua, dalam Q.S. Al-Qalam ayat 1-2:

نۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُوْنَۙ

Nūn. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.

Ketiga, dalam Q.S. Luqman ayat 27:

وَلَوْ اَنَّ مَا فِى الْاَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ اَقْلَامٌ وَّالْبَحْرُ يَمُدُّه مِنْ بَعْدِه سَبْعَةُ اَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمٰتُ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta) ditambah tujuh lautan lagi setelah (kering)-nya, niscaya tidak akan pernah habis kalimatullah (ditulis dengannya). Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Makna al-Qalam dalam Alquran

Abu Ja’far menafsirkan lafaz al-qalam dengan sesuatu yang digunakan untuk menulis [Tafsīr al-abarī, 24/520]. Ridhwan dalam bukunya, Konsep Dasar Pendidikan Islam (67), mendefinsikan al-qalam sebagai sebuah pengajaran dengan sistem penyebaran melalui pena atau tulisan, seperti: buku-buku ilmiah, majalah, artikel, dan semacamnya, maupun lisan, seperti: ceramah, kuliah, dakwah; pada seluruh manusia di belahan dunia ini, sehingga mampu memudahkan manusia untuk mengetahui dan memahami sesuatu yang telah dipelajari.

Ragam Tafsir al-Qalam

Shadiq Ahmad Khan menyebutkan surah Al-‘Alaq ayat 5 mengandung makna bahwa Allah mengajarkan manusia menulis dengan pena, yang dengannya ia mampu mengetahui segala hal yang tertulis.

Kemudian mengutip perkataan al-Qatadah, al-qalam atau sarana menulis merupakan nikmat yang besar dari-Nya. Tanpanya, agama tidak akan tegak dan kehidupan tidak akan baik. Ini menunjukkan kesempurnaan-Nya dengan mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya apa saja yang tidak mereka ketahui dan mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu. Serta menunjukkan keutamaan ilmu kepenulisan, sebab bisa menuai manfaat besar di dalamnya [Fatḥ al-Bayān fī Maqāṣid al-Qur’ān 15/311].

Senada dengan al-Maraghi dalam tafsirnya, ia menjelaskan bahwa Allah menjadikan al-qalam sebagai perantara memberikan pemahaman antara manusia yang berjauhan, serta pemahaman yang dituangkan dari lisan. Al-qalam merupakan sebuah alat yang tidak bernyawa, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk memahami. Siapa yang mampu menghendaki benda mati, tidak bergerak, dan tidak bernyawa sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan sesuatu, melainkan atas kuasa Allah yang menjadikannya demikian? [Tafsīr al-Marāghī, 30/199].

Baca juga: Spirit Literasi dalam Nama-Nama Alquran

Demikian pula dikomentari oleh al-Zuhaili, bahwa jika bukan karena tulisan, niscaya ilmu pengetahuan akan lenyap, tidak ada jejak agama yang tersisa, tidak ada kehidupan yang diperbaiki, dan tidak ada tatanan yang ditegakkan. Tulisan merupakan catatan ilmu dan pengetahuan, sarana untuk menyampaikan berita dan informasi manusia terdahulu, dan sarana menyampaikan pengetahuan antarbangsa dan umat, sehingga kemudian dikembangkan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Dengan tulisan, peradaban berkembang, ide-ide bermunculan dan bertumbuh, agama-agama terpelihara, dan hidayah (petunjuk kebenaran) tersebarkan [Tafsīr al-Munīr, 317-318/30].

Adapun huruf wawu yang mengawali kata al-qalam dalam Q.S. Al-Qalam ayat 2 merupakan wawu qasam (sumpah). Al-Maraghi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Allah bersumpah dengan menyebutkan al-qalam untuk membuka pintu-pintu segala ilmu. Allah tidak bersumpah, kecuali terhadap perkara-perkara yang besar. Sebagaimana sumpahnya atas matahari, bulan, malam, dan fajar. Hal itu menunjukkan keagungan dan keindahan ciptaan-Nya. Maka, begitu pula sama halnya ketika Allah bersumpah dengan al-qalam. Artinya, al-qalam merupakan sarana luar biasa untuk penyebaran ilmu dan pengetahuan, pembersihan jiwa dengan ngaji ilmu agama, dan melestarikan sejarah peradaban [Tafsīr al-Maraghī, 27/29].

Al-Qalam dalam Konteks Modern

Pakar tafsir kontemporer memaknai lafaz al-qalam sebagai segala macam alat tulis-menulis sampai kepada mesin-mesin tulis dan cetak yang canggih. Sebab sifatnya sama dengan hasil tulisan dari sebuah pena, yakni sama-sama bisa dilihat mata dan dibaca. Dalam konteks modern, makna al-qalam berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial. Namun, esensinya tetap sama, yakni alat untuk mencatat, menyimpan, kemudian menyebarluaskan.

Al-qalam, baik dalam pemahaman klasik maupun modern, tetap menjadi komponen terpenting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengannya, peradaban manusia mampu berkembang mengikuti arus modernitas. Keabadian ilmu dituangkan dalam bentuk tulisan-tulisan, sehingga generasi berikutnya mampu mengembangkan ilmu pengetahuan ilmuan sebelumnya.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Belajar Alquran Melalui Tulisan Latin

Dalam dunia pendidikan, al-qalam merambah ke berbagai alat dan teknologi yang dipergunakan sebagai media pembelajaran. Teknologi seperti komputer, tablet, dan perangkat digital lainnya dapat dianggap sebagai makna luas dari “pena”. Sekolah memfasilitasi pembelajaran jarak jauh, memungkinkan akses ke sumber daya pendidikan yang lebih luas, dan mendukung metode pengajaran interaktif. Misalnya, e-books, platform pembelajaran online, dan aplikasi pendidikan, merupakan “pena” modern yang membantu menyebarkan pengetahuan ke berbagai penjuru dunia.

Transformasi dari pena tradisional ke alat digital, mencerminkan evolusi bagaimana cara manusia mengelola dan menyebarkan pengetahuan. Namun, esensi dari nilai al-qalam sebagai pendorong utama ilmu pengetahuan tetap utuh. Dengan demikian, al-qalam bukanlah makna sempit dengan hanya dapat dimaknai sebagai sebuah pena saja. Lebih dari itu, kehadiran teknologi yang kian maju, tidak serta merta menghilangkan istilah al-qalam. Karena sebetulnya, ia ialah alat untuk menuangkan buah pikiran ilmu dan pengetahuan, sebagai kontribusi memajukan peradaban manusia.

Wallāhu a’lamu.

 

Fatia Salma Fiddaroyni
Fatia Salma Fiddaroyni
Alumni jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri; santri PP. Al-Amien, Ngasinan, Kediri.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

konsep kesetaraan ras dalam Alquran

Konsep Kesetaraan Ras dalam Alquran

0
Di zaman teknologi yang telah berkembang pesat, manusia dengan situasi sosialnya masih saja berkutat dengan diskursus yang berulang bahkan seperti sebelum datangnya Islam. Beberapa...