BerandaUlumul QuranKuantitas Asbāb an-Nuzūl: Menjawab Klaim Nasr Hāmid Abū Zaid

Kuantitas Asbāb an-Nuzūl: Menjawab Klaim Nasr Hāmid Abū Zaid

Perdebatan tentang asbāb al-nuzūl sudah terjadi sejak masa ulama klasik, salah satu perdebatan mereka terdapat pada pembahasan teks yang umum yang memiliki sebab yang khusus. Zaman semakin berkembang dan pengetahuan mulai meluas, perdebatan tentang asbāb al-nuzūl meluas pada permasalahan kuantitas asbāb an-nuzūl, apakah jumlah ayat yang memiliki asbāb al-nuzūl itu banyak atau sedikit?

Salah satu tokoh yang mengkaji tentang asbāb an-nuzūl menjawab bahwa setiap ayat atau beberapa ayat diturunkan karena sebab khusus dan sedikit ayat-ayat yang diturunkan tanpa sebab. Pernyataan ini disampaikan oleh Nasr Hāmid Abū Zaid, dia berkata:

“إن الحقائق الامبريقية المعطاة عن النص تؤكد أنه نزل منجماً على بضع وعشرين سنة، وتؤكد أيضاً أن كل آية أو مجموعة من الآيات نزلت عند سبب خاص استوجب انزالها، وأن الآيات التي نزلت ابتداء – أي دون علة خارجية – قليلة جداً”

“Fakta empiris yang berkaitan dengan teks Alquran menegaskan bahwa ia diturunkan secara bertahap selama lebih dari dua puluh tahun, dan juga menegaskan bahwa setiap ayat atau beberapa ayat diturunkan karena sebab khusus yang memerlukan penurunan tersebut, sedangkan ayat-ayat yang diturunkan tanpa sebab eksternal sangat sedikit.” (Nasr Hāmid Abū Zaid, Mafhūm al-Nash Dirāsah fī ‘Ulūm al-Qur’ān, (97)).

Baca Juga: Emansipasi Tiga Sahabat Perempuan dan Asbab Nuzul Turunnya Ayat-Ayat Kesetaraan

Respon atas klaim Nasr Hamid Abu Zaid

Pernyataan kontroversial tersebut mendapat banyak respon dari para ulama disebabkan klaimnya bahwa hampir semua ayat-ayat Alquran memiliki asbāb al-nuzūl. Di antara ulama yang menjawab atau merespon klaim Abū Zaid adalah Salīm Abū ‘Āshī. Menurut Abū ‘Āshī, pernyataan Abū Zaid memberikan kesan bahwa hampir semua ayat al-Qur’an memiliki sabab al-nuzūl (hanya sedikit yang tidak ada sabab al-nuzūlnya). Dasar dari pernyataannya adalah “fakta empiris”, yakni studi lapangan yang realistis dan aplikatif. Sebelum Abū ‘Āshī mematahkan klaim dari Abū Zaid dia menyampaikan kaidah dalam ilmu adab penelitian dan debat ilmiah:

“Suatu klaim tidak akan menjadi fakta ilmiah yang kokoh kecuali jika disertai dengan bukti yang sesuai dengannya. Bukti apa pun yang digunakan untuk mendukung suatu klaim tidak akan memiliki nilai ilmiah apa pun jika tidak ada keselarasan antara bukti tersebut dengan sifat dan jenis klaim tersebut.”

Berdasarkan hal tersebut, maka bagaimana cara untuk membuktikan klaim yang diajukan oleh Nasr Hāmid? Abū ‘Āshī memahami permasalahan ini dengan merujuk pada hadis, riwayat, dan peninggalan yang berkaitan dengan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Alquran.

Setiap orang yang mempelajari ilmu Alquran, ushul tafsir, dan hadis, serta riwayat-riwayat dan peninggalan yang membahas sebab-sebab turunnya wahyu, akan mendapati bahwa jumlah ayat-ayat Alquran yang diriwayatkan memiliki sebab turunnya hanya sebanyak 472 ayat dari total 6.263 ayat. Adapun mereka yang mengumpulkan semua riwayat tentang sebab turunnya ayat tanpa melakukan verifikasi mendapati bahwa jumlah ayat tersebut mencapai 888 ayat.

Baca Juga: Tujuh Kitab Populer untuk Referensi Asbabunnuzul

Untuk pembahasan lebih lanjut, dapat merujuk pada kitab asbāb an-nuzūl karya al-Wāhidī dan as-Suyutī, yang menunjukkan bahwa sebagian besar ayat Alquran tidak memiliki asbāb al-nuzūl  yang disebutkan dengan jelas, atau memiliki sanad yang kuat. Bahkan untuk beberapa ayat yang disebutkan memiliki asbāb al-nuzūl, sanadnya lemah atau tidak jelas dalam menunjukkan kaitannya dengan asbāb al-nuzūl.

Dari hasil analisisnya, Abū ‘Āshī menyampaikan bahwa bahwa “fakta empiris” bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Abū Zaid. Sebaliknya, fakta ini menunjukkan bahwa mayoritas ayat Alquran turun secara langsung tanpa sebab tertentu. (Muhammad Sālim Abū ‘Āshī, Asbāb al-Nuzūl Tajdīd Mafāhīm wa rad Syubahāt, Qahirah: Maktabah Iman, 2018, Hal. 112-113).

Kemudian jawaban dari Muhammad ‘Imārah senada dengan jawaban Abū ‘Āshī, dia berkata bahwa jumlah ayat Alquran yang memiliki asbāb al-nuzūl dari total 6.236 ayat-hanya mencapai 472 ayat, yaitu sekitar 7,5% dari ayat-ayat Alquran. Sedangkan mereka yang mengumpulkan semua riwayat asbāb al-nuzūl tanpa seleksi ketat mencatat jumlahnya mencapai 888 ayat, yaitu sekitar 14% dari ayat-ayat Alquran.

Artinya, fakta empiris menunjukkan bahwa lebih dari 90% ayat Alquran diturunkan secara langsung tanpa sebab tertentu. Jadi, dari mana Nasr Hāmid mendapatkan fakta empiris ini yang membuatnya membalikkan kebenaran secara total seperti ini? (Muhammad ‘Imārah al-Tafsīr al-Markisī li al-Islām, hal. 77-78)

Baca Juga: Signifikansi “Asbab an-Nuzul” Menurut Roem Rowi

Kesimpulan

Seperti yang disampaikan oleh beberapa ulama bahwa asbāb al-nuzūl merupakan salah satu ilmu yang dapat membantu untuk memahami ayat-ayat Alquran. Meskipun begitu, tidak berarti semua ayat-ayat Alquran dapat dipahami dengan asbāb al-nuzūl. Ada banyak cara yang dijelaskan oleh para ulama untuk memahami ayat-ayat Alquran, dan asbāb al-nuzūl bukan satu-satunya, karena memang tidak semua ayat Alquran mempunyai sabab nuzul.

Klaim Abū Zaid terkesan memaksa agar suatu ayat atau kumpulan ayat dipahami menurut konteksnya (asbāb al-nuzūl) dengan meyimpulkan hampir semua ayat dalam Alquran memiliki asbāb al-nuzūl, padahal tidak demikian.

Setelah melalui penelitian ternyata hanya sedikit ayat-ayat Alquran yang memiliki asbāb al-nuzūl dibandinggakan dengan jumlah ayat-ayat yang tidak memiliki asbāb al-nuzūl. Hal ini sudah disampaikan oleh Abū ‘Āshī dan Muhammad ‘Imārah bahwa ayat-ayat yang memiliki asbāb al-nuzūl hanya sedikit, itupun tidak sahih semua, sehingga klaim Abū Zaid tentang kuantitas asbāb al-nuzūl berujung sia-sia karena ditolak oleh fakta ilmiah tentang kuantias asbāb al-nuzūl yang disampaikan oleh para ulama yang lain.

Tampaknya memang perlu diperhatikan dan dibaca ulang pengertian sabab nuzul yang dipahamai oleh Abu Zaid dan lainnya, sangat meungkin ada perbedaan persepsi atau sedikiti ketidaksamaan antara mereka hingga akhirnya menyebabkan perbedaan kesimpulan tentang kuantitas asbāb an-nuzūl. Wallah a’lam

Abd Hamid
Abd Hamid
Dosen Institut Agama Islam al-Khairat Pamekasan
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Self-Love Perspektif Islam: Antara Narsis dan Bersyukur

0
Di tengah maraknya tren "self-love" dan "self-care" di media sosial, muncul pertanyaan mendasar, bagaimana sebenarnya Islam memandang konsep mencintai diri sendiri? Di satu sisi,...