Seluruh umat Islam meyakini bahwa Al-Quran adalah kitab suci yang mulia dan memiliki tingkat keutamaan yang tinggi. Namun, tahukah anda ada perdebatan antar ulama’ mengenai keberadaan selisih keutamaan antar ayat Al-Quran? Bahwa ayat tertentu dalam surat tertentu, lebih utama dari ayat yang lainnya. Sehingga terkesan mencederai keutamaan ayat yang lain.
Baca juga: Apakah Nabi Menafsirkan Ayat Al-Quran Seluruhnya dan Telah Menyampaikannya Kepada Para Sahabat?
Kontroversi Al-Fadhil dan Al-Mafdhul
Al-fadhil maknanya ayat atau surat yang unggul, sedang al-mafdhul maknanya ayat atau surat yang tersaingi keunggulannya oleh ayat yang lain. Perdebatan keberadaan al-fadhil dan al-mafdhul adalah perdebatan mengenai keberadaan selisih keutamaan atau ada satu ayat yang lebih utama dari ayat yang lain. Imam Malik adalah salah satu ulama’ yang menolak keberadaan al-fadhil dan al-mafdhul. Penolakan beliau disebabkan dikarenakan pemilahan adanya al-fadhil dan al-mafdhul, seakan-akan merendahkan ayat Al-Quran yang tersaingi keunggulannya oleh ayat yang lain (Faidul Khabir/22).
Pendapat berbeda dinyatakan oleh Imam Izzudin Ibn Abdissalam, Ishaq Ibn Rawahaih, Al-Baihaqi dan Ibn ‘Arabi serta kebanyakan para ulama’. Mereka berpendapat bahwa al-fadhil dan al-mafdhul memang ada dalam Al-Quran. Pendapat mereka berpijak pada beberapa hadis yang memang menyatakan bahwa ayat kursi semisal, lebih utama dari ayat yang lain (Syarah Sayyid Al-Musawi/22).
Baca juga: Mengenal Kitab Fathul Khabir dan Ulumul Qurannya Karya Syekh Mahfudz At Tarmasi
Mengenai bahwa ada satu surat yang lebih utama dari yang lain, dapat dilihat dalam hadis riwayat Abi Sa’id Ibnul Mu’alla berikut:
قَالَ كُنْتُ أُصَلِّى فِى الْمَسْجِدِ فَدَعَانِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمْ أُجِبْهُ ، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى كُنْتُ أُصَلِّى . فَقَالَ « أَلَمْ يَقُلِ اللَّهُ ( اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ ) ثُمَّ قَالَ لِى لأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِىَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِى الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ » . ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِى ، فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ قُلْتُ لَهُ أَلَمْ تَقُلْ « لأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِىَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِى الْقُرْآنِ » . قَالَ « ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) هِىَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِى أُوتِيتُهُ »
“Abi Sa’id berkata: “Aku salat di masjid. Lalu Rasulullah salallahualaihi wasallam memanggilku. Aku tidak menjawabnya. Kemudian aku berkata: “Ya Rasulullah, aku sedang salat”. Lalu Rasulullah berkata: “Bukankah Allah berfirman: ‘Jawablah Allah dan rasul-Nya ketika memanggil kalian’” Lalu Rasulullah berkata padaku: “Aku akan mengajarkanmu sebuah surat yang merupakan lebih utama-utamanya surat di dalam Al-Quran , sebelum engkau keluar dari masjid”. Lalu beliau menggandeng tanganku. Saat beliau hendak keluar masjid, aku berkata padanya: “Bukankah anda berkata ‘Aku akan mengajarkanmu sebuah surat yang merupakan lebih utama-utamanya surat di dalam Al-Quran , sebelum engkau keluar dari masjid’?” Nabi bersabda: “Al-Fatihah. Ia adalah surat dengan tujuh ayat dan merupakan Al-Quran yang diwahyukan kepadaku”” (HR. Imam Bukhari).
Baca juga: Inilah Keutamaan Membaca Al-Quran dengan Tartil
Sedang mengenai keberadaan satu ayat lebih utama dari ayat yang lain, diperlihatkan dalam hadis sahih riwayat Ubay Ibn Ka’ab berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ ». قُلْتُ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ. فَضَرَبَ فِى صَدْرِى وَقَالَ « وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ »
Rasulullah salallahualaihi wasallam bersabda: “Hai Abal Mundzir, apakau engkau tahu ayat mana dari Al-Quran yang lebih utama ada bersamamu?” Aku berkata: “Allah dan rasulnya lebih tahu”. Nabi bersabda: “Hai Abal Mundzir, apakau engkau tahu ayat mana dari Al-Quran yang lebih utama ada bersamamu?” Aku berkata: “Ayat kursi”. Nabi kemudian menepuk dadaku dan berkata: “Demi Allah, semoga ilmu dimudahkan bagimu, hai Abal Mundzir” (HR. Imam Muslim).
Baca juga: Baca Ayat Ini Untuk Menjaga Hafalan Al-Quran dan Semua Ilmu Pengetahuan
Makna “Lebih Utama”
Para ulama’ yang meyakini ada sebagian ayat yang lebih utama dari yang lain, memaknai “lebih utama” dengan banyak hal. Hal ini diungkapkan oleh Sayyid Muhammad ibn Alawi Al-Maliki dalam kitab Faidul Khabir. Sehingga tidak menutup kemungkinan satu ayat dalam satu pemaknaan lebih utama, tapi dalam hal lain tidak lebih utama. Berikut beberapa pemaknaan yang disinggung oleh para ualama’:
Pertama, bermakna lebih utama bila diamalkan. Hal ini seperti ayat yang menjelaskan tentang hukum Islam lebih utama dari ayat tentang kisah-kisah. Kedua, lebih utama dalam segi kandungannya. Seperti ayat yang mengandung ketauhidan dan sifat Allah lebih utama daripada yang tidak mengandung ketauhidan dan sifat Allah. Ketiga, lebih utama sebab ayat tersebut memiliki faidah lebih dari sekedar memperoleh pahala. Seperti ayat kursi yang dapat dibuat melindungi diri, lebih utama dari ayat selainnya yang tidak memiliki faidah serupa (Faidul Khabir/22). Wallahu a’lam[]