Alquran berisi pesan dan pedoman hidup untuk manusia sehingga perlu dibaca dan dipahami secara benar dan utuh. Untuk memastikan pemahaman pembaca, Alquran bukan hanya menggunakan bahasa verbal tetapi juga melibatkan bahasa nonverbal. Ekspresi wajah misalnya merupakan salah satu bahasa nonverbal yang dideskripsikan Alquran dalam menyampaikan pesan.
Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk perilaku manusia dalam interaksi sosial. Sebagai bagian dari bahasa nonverbal, ekspresi wajah berperan penting dalam interaksi manusia karena berfungsi sebagai panduan, penguat, atau pengganti bahasa verbal. Bahkan terkadang, bahasa nonverbal berupa ekspresi wajah itu lebih jujur daripada bahasa verbal.
Adapun dalam tulisan ini, ekspresi wajah yang dimaksudkan adalah ekspresi wajah yang dideskripsikan oleh Alquran terhadap subjek yang sedang dibicarakan. Dalam hal ini, subjek yang dimaksud terbatas pada wajah manusia di hari akhirat, baik wajah orang beriman maupun wajah orang kafir.
Baca Juga: Tafsir Surat al-Ghasyiyah Ayat 1-10: Melukiskan Kondisi Wajah Ketika di Akhirat
Ekspresi Wajah dalam Alquran
Terdapat banyak ayat Alquran yang mendeskripsikan wajah manusia di hari akhirat. Deskripsi tersebut misalnya terdapat dalam Q.S Yunus [10]:26. Dalam ayat tersebut Allah berfirman “Bagi orang-orang yang berbuat baik (ada pahala) yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Wajah-wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula diliputi) kehinaan. Mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.”
Dalam Jāmi’ al-Bayān ‘an Ta’wīl al-Qurān, Ibnu Jarir at-Ṭabari menguraikan, pada hari kiamat, wajah penghuni surga itu tidak suram, tidak gelap atau sedih. Dalam Tafsīr al-Qurān al-Aẓīm, Ibnu Katsir menguraikan, pada saat berkumpul di Mahsyar, wajah orang-orang yang berbuat baik itu tidak gelap, tidak suram atau merasa terhina baik secara lahir maupun batin. Sebaliknya, wajah mereka terlihat gembira. Hati mereka juga gembira.
Dalam Tafsir at-Tahrīr wa at-Tanwīr, Ibnu ‘Asyur menguraikan, القتر merupakan warna hitam yang meliputi kulit wajah karena duka dan ketakutan. Sementara الذِّلَّةُ berarti kehinaan yang tampak pada wajah orang yang terhina. Menurut Ibnu ‘Asyur, ayat tersebut menjelaskan bahwa wajah penghuni surga itu tidak gelap karena keletihan atau kehinaan, dan tidak pula terjadi sesuatu pada mereka yang mempengaruhi keletihan dan kehinaan.
Deskripsi wajah manusia pada hari akhirat juga terdapat dalam Q. S Yunus [10]:27. Dalam ayat tersebut Allah berfirman: “Orang-orang yang berbuat kejahatan (akan mendapatkan) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diliputi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung (pun) dari (azab) Allah. Wajah-wajah mereka seakan-akan ditutupi kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah para penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”
Dalam Tafsir al-Munīr, Wahbah Zuhaili menguraikan, pada hari kiamat, wajah orang-orang kafir itu menghitam, seolah-olah wajah mereka ditutupi serpihan malam ketika hari gelap. Dalam at-Tahrīr wa at-Tanwīr, Ibnu ‘Asyur menguraikan, malam yang dimaksud di sini adalah malam gelap gulita dimana bulan dan semua bintang ditutupi awan. Menurut Ibnu ‘Asyur, pucatnya wajah orang kafir menyerupai kegelapan saat malam gelap gulita.
Baca Juga: Tafsir Aṡar as-Sujūd dan Kaitannya dengan Jidat Hitam
Deskripsi wajah manusia pada hari akhirat juga terdapat dalam Q.S. Al-Muthaffifiin [83]: 24. Dalam ayat tersebut Allah berfirman “Engkau dapat mengetahui pada wajah mereka gemerlapnya kenikmatan.” Dalam Tafsir al-Munīr, Wahbah Zuhaili menguraikan bahwa penghuni surga dapat dikenali dari wajah mereka yang penuh keanggunan, kemewahan, kebahagiaan, kelembutan serta dipenuhi kilauan cahaya indah berwarna putih. Allah telah menambah keindahan wajah mereka hingga tak dapat dideskripsikan oleh siapapun.
Deskripsi wajah manusia pada hari akhirat juga terdapat dalam Q.S. ‘Abasa [80]: 38-39. Dalam ayat tersebut Allah berfirman “Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, tertawa lagi gembira ria.” Dalam at-Tahrīr wa at-Tanwīr, Ibnu ‘Asyur menguraikan bahwa مُسْتَبْشِرَةٌ berasal dari kata بَشَرَ yang berarti gembira. Tambahan huruf س dan ت pada kata مُسْتَبْشِرَةٌ menunjukkan mubalaghah yakni bermakna sangat atau lebih. Dengan demikian, مُسْتَبْشِرَةٌ berarti sangat gembira.
Berkaitan dengan ayat tersebut, Wahbah Zuhaili dalam Tafsir al-Munīr juga menguraikan bahwa wajah orang beriman pada hari kiamat itu gembira, cerah dan bercahaya. Hal tersebut karena mereka mengetahui kebahagiaan dan martabat yang mereka miliki pada saat itu.
Deskripsi wajah manusia pada hari akhirat juga terdapat dalam Q.S. ‘Abasa [80]: 40. Dalam ayat tersebut Allah berfirman “Pada hari itu ada (pula) wajah-wajah yang tertutup debu (suram)”. Dalam Tafsir al-Munīr, Wahbah Zuhaili menguraikan, wajah-wajah orang kafir pada hari kiamat itu tertutup debu dan kotoran. Hal tersebut karena mereka merasa susah dan hina setelah melihat siksaan Allah yang disediakan untuk mereka.
Demikianlah cara Alquran menjelaskan keadaan manusia di hari akhirat dengan mendeskripsikan ekspresi wajah mereka. Mereka yang beriman dan berbuat baik melihat berbagai kenikmatan sehingga membuat mereka gembira dan tercermin dari wajah mereka yang bersinar dan berseri-seri. Adapun mereka yang kafir, mereka melihat berbagai azab dan membuat mereka takut dan susah serta tercermin dari wajah mereka yang murung dan muram.
Baca Juga: Reinkarnasi Tradisi Tabaruj Jahiliah di Era Modern
Deskripsi ekspresi wajah manusia pada hari akhirat ini dapat membantu pembaca Alquran dalam memahami kondisi serta emosi mereka. Bahkan deskripsi ekspresi wajah manusia ini mampu menggambarkan kondisi serta emosi mereka secara lebih detil dibandingkan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata. Hanya dengan membaca deskripsi wajah mereka, pembaca dapat memahami dan membayangkan kondisi dan emosi mereka secara lengkap dan utuh.
Pembaca Alquran dapat memahami kondisi dan emosi manusia pada hari akhirat melalui ekspresi wajah karena ekspresi wajah selalu mewakili kondisi dan emosi seseorang. Dalam sebuah artikel berjudul “Deep emotion change detection via facial expression analysis” dan diterbitkan oleh Jurnal Neurocomputing, Han dkk (2022) menegaskan bahwa ekspresi wajah adalah salah satu saluran terpenting untuk mengomunikasikan keadaan emosi seseorang.
Pendapat serupa juga datang dari Manalu dan Rifai (2024). Dalam artikel berjudul “Detection of human emotions through facial expressions using hybrid convolutional neural network recurrent neural network algorithm” dan diterbitkan di Jurnal Intelligent Systems with Applications, Manalu dan Rifai (2024) menegaskan bahwa emosi manusia terwujud melalui berbagai isyarat, termasuk pola bicara, bahasa tubuh, dan terutama ekspresi wajah.
Deskripsi Alquran tentang berbagai ekspresi wajah manusia pada hari akhirat ini menunjukkan bahwa Alquran menggunakan berbagai cara untuk menyampaikan pesan. Alquran tidak terbatas pada kata-kata yang diucapkan tetapi juga berisi deskripsi tentang situasi tertentu. Oleh karena itu, untuk memahami Alquran, yang dibutuhkan bukan hanya pemahaman tentang bahasa verbal Alquran, tetapi juga bahasa nonverbal yang dideskripsikan dalam bentuk ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Wallahu a’lam