Nabi Daud a.s. merupakan sedikit dari nabi-nabi yang dianugerahkan kenabian dan kekuasaan sekaligus. Beliau merupakan nabi yang diutus kepada Bani Israil setelah Nabi Samuel a.s. dan hidup pada saat Raja Thalut berkuasa.
Syahdan, Bani Israil yang dipimpin oleh Raja Thalut ketika itu sedang dalam situasi perang melawan pasukan dari Palestina yang dipimpin oleh Raja Jalut. Konon, Raja Jalut adalah raja yang kejam dan kuat. Ia tidak pernah kalah dalam setiap pertempuran yang dilakukannya. Hingga ia meminta agar Bani Israil yang saat itu dipimpin Raja Talut untuk mengutus orang berduel dengannya.
Baca Juga: Pandangan Ulama Seputar Kisah Nabi Daud As. (Bagian 1)
Sontak semua pasukan Raja Thalut gentar mendengar tantangan duel dari seorang raja yang tak terkalahkan itu. Sampai akhirnya, Raja Thalut berjanji akan memberikann hadiah kepada siapapun yang berhasil mengalahkan Raja Jalut. Disaat semua pasukan bergeming, majulah seorang anak muda yang tidak membawa pedang atau perlengkapan lainnya, tetapi hanya membawa ketapel dan beberapa butir kerikil.
Perjalanan Nabi Daud a.s. Melawan Raja Jalut
Dalam berbagai riwayat, diceritakan bahwa pada saat perang tersebut berlangsung Nabi Daud a.s. masih remaja. Kesibukan sehari-harinya adalah mengembala kambing. Guna memudahkan dalam mengatur dan menjaga kambing-kambingnya, beliau selalu membawa tongkat dan ketapel.
Nabi Daud a.s. memiliki ayah bernama Isya dan dua belas orang saudara. Beliau adalah anak bungsu yang memiliki postur tubuh relatif lebih kecil dari pada saudara-saudaranya. Karena alasan ini, hanya Nabi Daud a.s. yang tidak diutus ayahnya menjadi prajurit bersama kedua belas saudaranya.
Dalam Tafsir al-Baghawi, dikisahkan Nabi Samuel a.s. telah mendapat wahyu dari Allah Swt. bahwa kekalahan Raja Jalut ada di tangan putra Isya. Namun, selama beberapa waktu, kemenangan belum juga diraih meskipun Isya telah mengutus putra-putranya untuk berperang. Pada mulanya, Isya memang menyembunyikan keberadaan Nabi Daud a.s. Selain karena beliau masih terlalu muda, perawakannya yang kecil menjadi alasan Isya tidak mengutus Nabi Daud a.s. untuk ikut berperang bersama saudaranya yang lain.
Baca Juga: Ibrah Kisah Nabi Daud: dari Taubat hingga Manajemen Ibadah
Tetapi, atas petunjuk dari Allah yang diterima Nabi Samuel, akhirnya keberadaan Nabi Daud a.s. diketahui. Setelah dimintai izin kepada Isya, ayahnya, Nabi Daud a.s. akhirnya berangkat untuk bergabung menjadi tentara Raja Thalut.
Singkat cerita, setelah bertemu Raja Thalut, beliau akhirnya diutus untuk duel melawan Raja Jalut. Tidak seperti pasukan perang pada umumnya yang menggunakan perlengkapan perang semisal pedang, baju besi dan lain-lain, beliau hanya membawa tongkat dan ketapel. Hal ini karena memang postur tubunya yang mungil sehingga baju besi dan perlengkapan lainnya hanya akan memperlambat geraknya. Beliau juga memiliki keteguhan iman yang kuat sehingga mengatakan bahwa jika Allah Swt. tidak memberi pertolongan maka apa gunanya pedang dan perlengkapan perang.
Dalam perjalanannya, Nabi Daud a.s. memungut batu sebagai peluru ketapelnya untuk melawan Raja Jalut. Batu yang beliau pungut ada tiga dan semuanya memanggil Nabi Daud a.s. agar ikut dibawa bersamanya. Konon, batu pertama dan kedua adalah batu yang pernah digunakan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. untuk melawan raja zalim, sedangkan yang ketiga adalah batunya Nabi Daud a.s. yang akan digunakan untuk membunuh Raja Jalut.
Syahdan, akhirnya beliau bertemu dengan pasukan Raja Jalut dan akan melakukan duel bersamanya. Sontak Raja Jalut terawa dan menganggap Raja Thalut main-main karena mengutus seorang anak kecil yang hanya membawa tongkat dan ketapel. Akan tetapi, atas izin Allah, Nabi Daud yang dipersilahkan untuk menyerang duluan berhasil mengalahkan raja jalut pada lemparan pertama. Batu yang beliau lempar menggunakan ketapel tersebut berhasil menembus kepala Raja Jalut dan berhasil menewaskannya.
Baca Juga: Ketika Allah Mengajarkan Nabi Daud tentang Kepemimpinan
Tentara Raja Jalut yang kocar kacir akibat kematian pemimpinnya kemudian diserang Nabi Daud dan pasukan raja thalut yang lainnya. Atas izin Allah, kemenangan besar pada akhirnya berhasil diraih oleh Bani Israil berkat keberanian menantang duel Raja Jalut yang terkenal kejam dan begitu perkasa.
Kemenangan pasukan Bani Israil ini diabadikan oleh Allah dalam Alquran surah Albaqarah ayat 251:
فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
Artinya: Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut. Kemudian, Allah memberinya (Daud) kerajaan, dan hikmah, dan mengajarinya apa yang dia kehendaki. Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.
Detail kisah mengenai perjuangan Nabi Daud melawan raja jalut diceritakan panjang lebar dalam beberapa kitab tafsir, semisal Tafsir al-Thabari, Tafsir al-Khazin, Tafsir al-Baghawi dan beberapa tafsir lainnya. Bahkan dalam beberapa kitab tafsir, kisah ini sampai menghabiskan belasan halaman banyaknya. (Ad-Dakhil fi Tafsir)
Namun, yang perlu ditekankan adalah bahwa detail dari kisah tersebut merupakan kisah israiliat yang belum dapat divalidasi kebenarannya. Ada episode-epidode yang mungkin benar adanya, tetapi tidak sedikit pula yang berisi cerita fiktif dari umat terdahulu. Yang wajib kita yakini adalah apa yang dijelaskan oleh Alquran bahwa terbunuhnya Raja Jalut oleh Nabi Daud dan kemenangan bani israil.
Imam Abu Mansur al- Maturidi dalam kitab Ta’wilat Ahl al-Sunnah mengatakan,
والقصة طويلة فلا ندري كيف كانت القصة وليس لنا إلى معرفتها حاجة
Kisah ini sangat panjang. kita tidak mengetahui seperti apa kejadian sesungguhnya. Dan memang kita tidak perlu mengetahui detail kisah tersebut.
Ibrah Dari Kisah Kepahlawanan Nabi Daud
Meski detail kisah di atas merupakan kisah israiliat yang belum jelas kebenarannya, tetapi ada banyak pelajaran yang dapat kita petik darinya. Di antaranya adalah keberanian dan kepahlawanan Nabi Daud dalam melawan dan mengalahkan Raja Jalut. Di usianya yang masih belia dan dengan peralatan seadanya, beliau berhasil menumbangkan raja yang kejam lagi perkasa.
Dari Nabi Daud a.s. kita belajar tentang arti dari sebuah perjuangan. Perjuangan tidak mengenal usia dan bentuk fisik, tetapi keteguhan hati dan kepasrahan pada ilahi adalah kunci utama dalam meraih kemenangan sejati.
Perjuangan juga memerlukan pengorbanan, baik pengorbanan secara fisik maupun finansial. Maka dari itu, guru kami Almagfurlahu K.H.R. As’ad Syamsul Arifin, yang juga seorang pahlawan nasional, pernah berdawuh, ”kalau kalian tidak mau repot, jangan berjuang, Karena perjuangan selalu membutuhkan pengorbanan”.