BerandaTafsir Al QuranLailatulqadar Terjadi Setiap Bulan? Begini Penjelasannya

Lailatulqadar Terjadi Setiap Bulan? Begini Penjelasannya

Dalam bahasan umum, lailatulqadar dipahami sebagai malam keagungan yang turun di Bulan Ramadan saja, lebih-lebih dipersempit lagi pada malam kesepuluh terakhir, persisnya malam ganjil. Namun, tahukah anda bahwa diskursus turunnya lailatulqadar di antara para ulama tidak hanya turun di Bulan Ramadan, melainkan juga turun pada bulan-bulan selain Ramadan. Begini penjelasannya.

Nuzulul Quran dan lailatulqadar

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyatakan bahwa Bulan Ramadan sebagai bulan turunnya Alquran (Q.S. al-Baqarah [2]: 185) dan itu terjadi pada malam hari, namun tanpa menetapkan tanggal tertentu. Sementara ulama cenderung menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadan dengan merujuk kepada firman-Nya,

إِن كُنتُمْ آمَنْتُمْ بِٱللَّهِ وَمَآ أَنزَلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ ٱلْفُرْقَانِ يَوْمَ ٱلْتَقَى ٱلْجَمْعَانِ

“Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan” (Q.S. Alanfal [8]: 41).

Selama ini, jika merujuk pada penafsiran ayat di atas, umat Islam cenderung memahami hari al-Furqan sebagai hari turunnya Alquran, sedang bertemunya dua pasukan dipersamakan dengan perang Badr. Di sisi lain, mereka berpendapat bahwa peperangan Badr terjadi pada tanggal 17 Bulan Ramadan, maka ini berarti bahwa hari turunnya Alquran adalah malam 17 Ramadan itu.

Baca juga: Hikmah Dirahasiakan Waktu Lailatulqadar

Kendati demikian, lanjut Quraish Shihab, mereka menegaskan bahwa persamaan itu hanya pada tanggal bukan pada tahun terjadinya peperangan tersebut, karena secara pasti wahyu-wahyu Alquran sudah sangat banyak yang turun sebelum hijrah Nabi saw ke Madinah. Selain itu, pendapat ini tidak didukung oleh sebagian ulama, antara lain karena al-Furqan pada ayat di atas tidak harus diartikan sebagai Alquran. Boleh jadi, ia juga ia berarti pemisah antara kebenaran dan kebatilan sehingga dengan demikian, hari peperangan Badr itu merupakan hari pemisah antara kebenaran dan kebatilan, sedang yang diturunkan Allah pada hari itu tidak juga harus Alquran, tetapi yang diturunkan-Nya ketika itu adalah malaikat-malaikat, seperti firman-Nya dalam Q.S. Alanfal [8]: 9.

Permulaan turunnya Alquran terjadi pada waktu tertentu dan itu hanya terjadi sekali tidaklah menjadi satu masalah yang perlu diperdebatkan. Tetapi apakah ini berarti bahwa lailatulqadar hanya terjadi sekali saja, yaitu pada permulaan turunnya Alquran itu, ataukah malam Qadr terjadi setiap tahun?

Lailatulqadar terjadi setiap tahun

Quraish Shihab mengungkapkan bahwa ada ulama yang berpendapat bahwa lailatulqadar hanya terjadi sekali itu dan tidak akan ada lagi sesudahnya. Pakar hadits Ibn Hajar menyebutkan alasan mereka yang antara lain berupa satu riwayat yang dinisbatkan kepada Nabi Saw., tentang lailatulqadar yang menyebutkan, “innaha ruf’iat” (sesungguhnya malam al-Qadr telah terangkat, dalam arti sudah tidak akan datang lagi). Pendapat ini tidak diterima kecuali jika yang dimaksud dengannya, lanjut Shihab, adalah hari pertama turunnya Alquran. Karena mayoritas ulama berpendapat bahwa setiap tahun terjadi lailatulqadar, dan bahwa malam tersebut menjadi mulia bukan saja karena Alquran turun ketika itu, tetapi malam itu sendiri memiliki kemuliaan, yang kemudian kemuliannya bertambah dengan turunnya Alquran.

Di antara para ulama yang berpendapat bahwa setiap tahun terjadi lailatulqadar adalah Imam Abu Hanifah, Abdul Wahab Sya’rani dan sebagainya. Abdul Wahab Sya’rani, misalnya, dalam Mizan al-Kubra, ia menyebutkan,

إن ليلة القدر في شهر رمضان خاصة مع قول أبي حنيفة إنها في جميع السنة، فالأول مشدد والثاني مخفف

“Lailatul qadar terjadi bulan Ramadan saja, namun menurut Abu Hanifah juga bisa terjadi pada setiap tahun. Pendapat yang pertama ketat atau mengikat, sementara pendapat kedua lebih ringan atau longgar.”

Baca juga: Keistemewaan Bulan Ramadan: Bulan Diturunkannya Kitab Suci

Di samping itu, para ulama yang sependapat bahwa lailatulqadar bisa terjadi sepanjang tahun, bahkan sepanjang bulan, karena mereka memahami lailatulqadar adalah setiap malam yang bisa mendekatkan diri kepada Alla (taqarrub ilallah). Dan malam taqarruban (pendekatan) itu tentu saja tidak hanya terjadi atau turun pada bulan Ramadan saja, melainkan turun juga di bulan lain. Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari mengutip hadits Nabi saw sebagai berikut,

حدثنا عبد الله بن مسلمة عن مالك عن ابن شهاب عن أبي سلمة وأبي عبد الله الأغر عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر يقول من يدعوني فأستجيب له من يسألني فأعطيه من يستغفرني فأغفر له

“Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami dari Malik dari Ibn Syihab dari Abi Salmah dan Abi Abdilah al-Aghar dari Abu Hurairah r.a sesungguhna Rasulullah saw bersabda, “Rahmat Allah dari langit turun ke dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir.” Allah berfirman, “barang siapa yang berdoa (menengadahkan tangannya) kepada-Ku, akan Ku kabulkan; barang siapa yang meminta kepada-Ku, akan Kuberi; dan barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Ku ampuni.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Tips Mendapat Malam Lailatulqadar Ala M. Quraish Shihab

Hadis di atas menunjukkan bahwa rahmat Allah Swt. turun setiap malam, khususnya di sepertiga malam terakir (tsuluts al-lail al-akhar). Karena itu, sangat dianjurkan bagi umat Islam untuk memperbanyak beribadah dan berzikir kepada-Nya sehingga ia memperoleh tempat yang terpuji (maqaman mahmudan) (Q.S. al-Isra’ [17]: 79)

Seandainya kehadiran lailatulqadar hanya ketika turunnya Alquran pertama kali, tentulah Nabi Saw. tidak akan menganjurkan umatnya untuk berusaha mendapatkannya pada sepuluh malam terakhir Bulan Ramadan, sebagaimana bunyi sekian banyak hadis. Bahkan dari Alquran, demikian kata Quraish Shihab, ditemukan isyarat yang menunjukkan bahwa lailatulqadar datang secara berkesinambungan setiap tahun. Isyarat tersebut antara lain dengan penggunaan bentuk kata kerja yang berbentuk masa kini dan akan datang (mudhari’) pada kata; tanazzalu al-malaikatu (ayat 4) yang menunjukkan bahwa turunnya malaikat itu bersinambung secara terus-menerus. Wallahu a’lam.[]

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penamaan surah Alquran

Penamaan Surah Alquran: Proses Penamaan Nonarbitrer

0
Penamaan merupakan proses yang selalu terjadi dalam masyarakat. Dalam buku berjudul “Names in focus: an introduction to Finnish onomastics” Sjöblom dkk (2012) menegaskan, nama...