Makna-Makna Sighat Amar (Perintah) dalam Al-Quran (Bagian 2)

makna sighat amar (perintah) dalam Al-Quran
makna sighat amar (perintah) dalam Al-Quran

Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya mengenai makna majaz sighat amar (bagian 1). Dalam artikel ini akan dijelaskan beberapa makna majaz yang lain dari makna sighat amar yang belum disebutkan dalam artikel yang lalu. Penjelasan ini disarikan dari kitab Zubdat al-Itqan fi Ulum al-Quran karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki.

  1. At-Taswiyyah (التسوية)

At-Taswiyyah berarti menunjukkan kesepadanan. Contoh sighat amar yang menunjukkan makna kesepadanan atau kesamaan terdapat dalam Q.S. At-Thur [52]: 16

فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ

Artinya: Maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu;

Dalam Tafsir al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili diterangkan bahwa dua kalimat perintah dalam ayat tersebut, yaitu perintah untuk bersabar (فَاصْبِرُوا) dan perintah untuk jangan bersabar (لَا تَصْبِرُوا) itu memiliki makna sama dalam hal tidak adanya manfaat sama sekali kesabaran atau ketidaksabarannya tersebut.

Baca Juga: Kaidah Tafsir: Pengertian dan Hakikatnya dalam Memahami Al-Quran

  1. Al-Irsyad (الارشاد)

Al-Irsyad bermakna memberikan petunjuk. Contoh sighat amar bentuk ini terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 282

وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ

Artinya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;

Muhammad Sayyid Thontowi dalam karyanya Tafsir al-Wasith li al-Quran al-Karim menjelaskan bahwa makna sighat amar dalam ayat tersebut menunjukkan arti memberi petunjuk (الارشاد) dan mengajarkan (التعليم) menurut jumhur ulama. Pendapat jumhur ulama ini berbeda dengan pendapat dari madzhab Dzahiriyyah yang mengatakan bahwa amar dalam ayat tersebut bermakna kewajiban (الايجاب)

  1. Al-Ihtiqar (الاحتقار)

Maksud dari al-Ihtiqar adalah meremehkan. Contohnya terdapat dalam Q.S. Yunus [10]: 80

فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالَ لَهُمْ مُوسَى أَلْقُوا مَا أَنْتُمْ مُلْقُونَ (80)

Artinya: Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka: “Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan.”

Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir menjelaskan bahwa ayat tersebut bercerita tentang Nabi Musa yang meminta ahli sihir dari pengikut Fir’aun untuk terlebih dahulu melemparkan sihir mereka. Hal ini sebagai bentuk meremehkan kepada mereka karena kebatilan mereka akan lenyap dengan kebenaran yang dibawa Nabi Musa.

  1. Al-Indzar (الانذار)

Al-Indzar berarti memperingatkan atau memberi peringatan. Contoh shighat amar yang memiliki makna al-Indzar adalah Q.S. Ibrahim [14]: 30

قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ

Artinya: Katakanlah: “Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka.”

Dalam kitab Tafsir al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili dan Shofwah at-Tafasir karya Muhammad Ali as-Shobuni dijelaskan bahwa makna shighat amar tersebut menunjukkan al-Wa’id dan at-Tahdid, yaitu bermakna ancaman, bukan menunjukkan al-Indzar. Namun, sebenarnya shighat amar tersebut memungkinkan juga untuk dimaknai dengan memberi peringatan. Karena terkadang jika kita ingin memperingatkan orang lain, maka kita akan menyertakan akibat dari perbuatan tersebut.

Baca Juga: Kaidah Nakirah dan Ma’rifah: Bagaimana Jika Kata (Isim) yang Sama Disebutkan Dua Kali?

  1. Al-Ikram (الاكرام)

Makna dari al-Ikram adalah memuliakan. Contoh makna sighat amar kali ini adalah Q.S. Al-Hijr [15]: 46

ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ (46)

Artinya: (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman”

Ayat tersebut menjelaskan tentang rahmat Allah Swt. bagi orang-orang yang bertaqwa. Mereka berada di dalam surga dan di dekat mata air yang mengalir. Mereka masuk ke dalamnya dengan selamat dari segala penyakit dan aman dari segala rasa takut.

  1. Al-In’am (الانعام)

Al-In’am di sini dimaknai dengan menyebutkan kenikmatan. Contohnya terdapat dalam Q.S. Al-An’am [6]: 142

كُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ

Artinya: Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu,

Potongan ayat tersebut menjelaskan kebolehan untuk memanfaatkan nikmat yang telah diberikan Allah Swt. berupa hewan ternak seperti kebolehan untuk memakan dan memanfaatkan berbagai macam buah dan tumbuhan seperti dijelaskan dalam ayat sebelumnya.

  1. At-Takdzib (التكذيب)

At-Takdzib memiliki makna mendustakan atau mengingkari. Salah satu contohnya terdapat dalam Q.S. Ali Imran [3]: 93

قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: Katakanlah: “(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar.”

Dan juga termasuk dalam kategori shighat amar bermakna at-Takdzib adalah ayat Q.S. Al-An’am [6]: 150

قُلْ هَلُمَّ شُهَدَاءَكُمُ الَّذِينَ يَشْهَدُونَ أَنَّ اللَّهَ حَرَّمَ هَذَا

Artinya: Katakanlah: “Bawalah kemari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini”

Baca Juga: Mengenal Muthlaq-Muqayyad: Definisi, Pembagian, dan Kaidah Penerapannya

  1. Al-Masyurah (المشورة)

Al-Masyurah berarti nasihat, saran, atau pertimbangan. Contoh makna sighat amar yang satu ini terdapat dalam Q.S. Ash-Shaffat [37]: 102

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”

Ayat tersebut berkisah tentang Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. ketika itu Nabi Ismail telah sampai pada usia yang memungkinkan dia untuk bekerja dan berusaha, yang menurut al-Farra’, Nabi Ismail as. pada saat itu berusia 13 tahun, maka Nabi Ibrahim bertanya kepada anaknya tersebut bagaimana pendapatnya mengenai mimpi yang dialami Nabi Ibrahim as. yang akan menyembelih putranya tersebut.

  1. Al-I’tibar (الاعتبار)

Al-i’tibar bermakna mempertimbangkan, memerhatikan, atau meneliti. Contoh shighat amar yang bermakna demikian terdapat dalam Q.S. Al-An’am [6]: 99

انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ

Artinya: Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.

Wahbah az-Zuhaili dalam karyanya, Tafsir al-Munir, menafsirkan ayat tersebut sebagai perintah untuk memerhatikan dan meneliti bagaimana buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan itu ketika berkembang mulai dari bibit hingga muncul buahnya. Juga memerhatikan bagaimana tingkat kematangan dan kesempurnaan buah tersebut bisa terjadi. Ini sebagai bukti kebesaran Allah Swt. dan sebagai tanda kekuasaan Allah Swt. bagi orang-orang yang beriman.

Demikianlah makna-makna sighat amar yang ada di dalam al-Quran sebagai salah satu pijakan kita dalam memahami ayat al-Quran. Semoga kita dijauhkan dari pemahaman yang salah dalam mengurai kandungan ayat-ayat Al-Quran. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.