BerandaIlmu TajwidMengenal Istilah Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil

Mengenal Istilah Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil

Dalam membaca Al-Quran, seorang qari’ tidak bisa serta merta memanjang-manjangkan suatu huruf ataupun bacaan tertentu. Ada aturan yang harus dipatuhi oleh seorang pembaca Al-Quran. Pada artikel sebelumnya, telah dijelaskan mengenai istilah dan aturan Mad Asli. Artikel ini akan menjelaskan bagian Mad Far’i yaitu Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil mulai dari istilah dan aturan membacanya serta contohnya dalam Al-Quran.

Mad Wajib Muttashil

Syaikh Athiyyah Qabil dalam kitab Ghayatu al-Murid Fi ‘Ilmi Tajwid mendefinisikan bahwa Mad Wajib Muttashil adalah

وَاَنْ يَقَعَ بَعْدَ حَرْفِ الْمَدِّ هَمْزٌ مُتَّصِلٌ بِهِ فِى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ

“adanya hamzah setelah huruf mad yang muttashil (bersambung) dalam satu kata”

Baca Juga: Ilmu Tajwid: Mengenal Hukum Mad Asli (Mad Thobi’i)

Syaikh Sulaiman al-Jamzuri dalam kitabnya Tuhfatul Athfal berkata:

فَوَاجِبٌ اِنْ جَاءَ هَمْزٌ بَعْدَ مَدْ * فِى كَلِمَةٍ وَذَا بِمُتَّصِلْ يُعَدْ

Apabila ada mad thobi’i atau mad asli bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat. Maka ukuran panjang membacanya 4 sampai 5 harakat. Contoh:

-وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَاۤءَكُمْ ۗ وَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَاۤءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ – ٤٩

-قَالَ اِنَّهٗ يَقُوْلُ اِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاۤءُ فَاقِعٌ لَّوْنُهَا تَسُرُّ النّٰظِرِيْنَ – ٦٩

Dinamakan wajib karena semua qurra’ secara ijma’ mewajibkan penambahan bacaan panjang dari mad asli, tidak ada yang membaca qashar satu alif. Karena bertemunya huruf mad dengan hamzah dalam satu kalimat itu betul-betul membekas.

Kalau tidak ditambahkan panjangnya, maka akan hilang terlipat. Karena huruf mad itu huruf yang samar dan hamzah itu huruf yang keras dan kuat. Selain juga demi menjelaskan bacaan hamzah, karena sifat huruf hamzah yang sukar dilafadzkan. Maka cara membacanya dipanjangkan dan akhirnya jangan disyiddahkan ke hamzah (membacanya hamzah jangan terlalu di tekankan).

Tentang ukuran menambahkan panjang berbeda-beda, bacaan Imam ‘Ashim sampai 2 atau 2 setengah alif. Lainnya ada yang lebih panjang dan ada yang lebih pendek menurut perincian masing-masing.

Mad Jaiz Munfashil

Syaikh kamil al Adib dalam kitab Hidayat al-Mustafid fi Ahkami Al-Tajwid menerangkan pengertian Mad Jaiz Munfashil yaitu

هُوَ اَنْ يَأْتِى حَرْفُ الْمَدِّ أَخِرَ الْكَلِمَةِ الْاُوْلى وَهَمْزَةُ الْقَطْعِ فِى اَوَّلِ الْكَلِمَةِ

“apabila ada huruf mad asli pada satu kata bertemu dengan hamzah dikata yang lainnya.” Contoh:

-وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ

وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ – ٧

Dinamakan munfashil (terpisah) karena antara huruf mad dan hamzah sudah beda kalimatnya. Dinamakan jaiz karena bisa hilang sebabnya menambahi panjang seperti jika waqof pada kalimah yang pertama. Kalau  hilang sebabnya maka tidak menambahi panjangnya lagi.

Dengan ini maka para qurra’ berbeda pendapat, ada yang mewajibkan terbaca qashar karena huruf mad bertemu dengan hamzah yang sudah beda kalimat itu tidak bisa memberi bekas (bukan bernama mad jaiz lagi). Ada juga yang mewajibkan dibaca panjang seperti mad wajib muttashil karena sama-sama bertemunya hamzah walaupun sudah beda kalimat tetapi tetap membekas.

Ada juga yang berpendapat bahwa mad ini dapat dibaca dua model sekaligus, yaitu dibaca pendek (qashar) dan dibaca panjang sama dengan mad wajib.

Demikianlah, dan semua itu mutawattir dan muttashil dari nabi Saw.

Baca Juga: Kitab Yanbu’a: Pembelajaran Metode Tajwid Secara Praktis

Dalam buku tajwid Al-Muqaddimah Jazariyyah karangan KH. Maftuh Basthul Birri beliau berpendapat bahwa Menurut riwayat Hafs dari Imam ‘Ashim juga punya wajah dua dengan beda metode:

Pertama, dibaca panjang, menurut thariqnya imam ‘Ubaid ibni Shabbah yang diterangkan dalam kitab nadzam Asy-Syatibiyyah (yang namanya hirzul amaniy), dan ini bacaan yang paling umum dimana saja.

Kedua dibaca qashr satu alif. Pendapat ini menurut thariqnya Imam ‘Amr Ibni Sabbah yang diterangkan menurut kitab nadzam Thayyibatun Nasr. Ini masyhur dan sah kedua-duanya walaupun di Indonesia yang satu alif ini agak asing karena bawaan dari guru-guru kita yang panjang.

Maka anda boleh memilih asalkan membacanya yang pasti dan rapi satu alif-satu alif semua dimanapun berada, atau sama dengan mad wajib panjang semua. Jangan dicampur ada yang pendek ada yang panjang. Mungkin anda tidak biasa kalau tidak dengan guru, maka lakukanlah menurut yang lebih biasa. Wallahu A’lam.

Bagus Ahmad Muzaki
Bagus Ahmad Muzaki
Alumni PP.Darussalam Mekar Agung, santri aktif PP Hamalatul Qur'an, Jombang. Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an Tafsir UNDAR. Minat kajian: Ulumul Qur'an,Ilmu qiro'at, Tajwid, Tafsir qur'an.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...