Berbicara mengenai ilmu Isytiqaq, dalam dunia akademik bidang al-Qur`an dan Tafsir, memang tidak se-familiar wacana Asbabun Nuzul, Makki-Madani, Nasikh-Mansukh, bahkan kajian kontemporer seperti Hermeneutik, Semantik, Semiotik, dan sebagainya. Selama ini, ilmu Isytiqaq seringkali digunakan dalam kajian-kajian di Bidang Bahasa dan Sastra Arab, juga Pendidikan Bahasa Arab.
Padahal dalam beberapa literatur tafsir, ada beberapa penafsiran yang menggunakan pendekatan ilmu Isytiqaq ini, terutama dalam kitab-kitab tafsir yang bercorak kebahasaan seperti mufassir Indonesia, M. Quraish Shihab dalam karya tafsirnya, Tafsir Al Mishbah.
Sebelum berbicara lebih jauh mengenai Isytiqaq dalam kajian al-Qur`an. Alangkah baiknya kita mengenal lebih dulu tentang apa itu isytiqaq.
Titik Awal: Al-Qur`an dan Bahasa Arab
Pembahasan Isytiqaq, tidak jauh dari pembahasan kebahasaan. Sedangkan perkembangan Bahasa Arab itu sendiri dirasa kurang lengkap jika dipisahkan dari pada peran al-Qur`an terhadapnya. Karena itu baiknya kita mulai dari peran al-Qur`an dan Bahasa Arab sebagai latar belakangnya.
Wilfred Cantwell Smith, seorang professor perbandingan Agama di Universitas McGill, Kanada, mengagumi dan mengakui keunggulan al-Qur`an dengan menyatakan bahwa ia adalah kitab suci par excellent, yang menggabungkan dua dimensi dalam satu tempat: dimensi oral (yang terbaca) dan skriptual (yang tertulis), sehingga ia mempunyai daya pikat tersendiri baik oleh insider maupun outsider.
Baca juga: Tafsir Surah At-Taubah Ayat 88: Inilah Makna Jihad Sosial
Salah satu sisi keunggulan itu ialah sisi linguistiknya, baik dari sisi struktur bunyi, huruf, kata, ayat, bahkan surat. Unsur tersebut, oleh beberapa ilmuwan, menjadi salah satu faktor inspirasi perkembangan dalam keilmuan bahasa Arab, baik yang dilakukan oleh orang Arab maupun non-Arab.
Darinya, muncul berbagai kajian yang digali oleh ahli linguistik, seperti fonologi, morfologi, leksikon, sintaksis, semantik, stilistik, dan sebagainya. Morfologi itu sendiri menjadi lahan awal di mana ilmu Isytiqaq ini berkembang (yang nantinya disebut dengan istilah isytiqāq ṣaghīr). Kajian morfologi ini biasa digunakan oleh para pengkaji ilmu sharaf.
Konsep “Akar-Pola”: Poin Sentral Isytiqaq
Bahasa Arab merupakan rumpun bahasa semit yang dalam kaidah sharfiyah-nya umumnya memiliki linguistik triliterasi dikarenakan kata dasarnya terdiri dari akar tiga konsonan (fa’ fiil-‘ain fiil-lam fiil). Selain itu Bahasa Arab memiliki prinsip akar (ashl, root) dan pola (wazan, pattern). Maksud dari akar di sini ialah materi asal suatu kata, yang darinya akan melahirkan berbagai kosa kata baru jika ia dipindahkan ke dalam pola yang baru juga. Teknik ini disebut dengan ilmu Qiyās oleh para ahli bahasa Arab.
Untuk lebih jelasnya, saya berikan sebuah contoh kosa kata Bahasa Arab yang akarnya terdiri dari huruf kaf-ta’-ba’. Akar ini akan membentuk kosa kata baru ketika ia mengikuti pola-pola Bahasa Arab, seperti maktub (yang ditulis) yang mengikuti pola isim maf’ul, lalu kitab (buku) yang mengikuti pola isim masdar, begitu juga maktabah (perpustakaan) yang mengikuti pola isim makan. Konsep “akar-pola” ini yang nantinya menjadi wilayah bermain kajian Isytiqaq.
Itulah kenapa dalam kitab Kasysyāf Iṣṭilaḥāt al-Funūn, Muḥammad ‘Alī al-Tahānawī memberikan tiga syarat terkait isytiqaq: Pertama, wujud asal dari pecahan (musytaq minhu), yang penulis singgung dengan “akar” tadi.
Kedua, adanya hubungan antara wujud asal dengan musytaq tersebut dalam segi hurufnya. Hubungan ini dikaitkan dengan “pola”. Pada awalnya pola tersebut lebih banyak menyinggung pada unsur ṣarfiyyah, namun pada perkembangannya nanti pola tersebut semakin bervariasi sehingga muncullah istilah isytiqāq ṣaghīr, isytiqāq kabīr, isytiqāq akbar, dan isytiqāq kubbār.
Ketiga, adanya hubungan makna akar dan pecahan (musytaq). Poin ketiga ini, menurut Ṣadīq ibn Ḥasan al-Qanūjī dalam Abjad al-‘Ulūm-nya, sebagai tujuan dari ilmu Isytiqaq.
Prospek dan Tantangan Ilmu Isytiqaq
Dengan melihat unsur sentralnya, prospek Isytiqaq ialah menelusuri sisi yang tetap dan utuh dari perkembangan-perkembangan dimensi dan komponen makna medan leksikal Arab. Dengan ini, isytiqaq bisa menjadi salah satu alternatif dalam mengkaji makna bahasa al-Qur`an dan mulai memasuki ranah kajian semantik al-Qur`an dengan membawa satu ciri khas: memperhatikan struktur “akar-pola”.
Baca juga: Dinamika Tahfiz Al-Qur’an dari Masa Nabi saw Hingga Era Teknologi
Hanya saja, tantangannya Isytiqaq jika diterapkan pada al-Qur`an ialah pada data yang seringkali bersifat meta manageable (terlalu banyak data sehingga beresiko dalam pengolahan). Konsekuensi tersebut disebabkan karena objek ranah “bermain”nya ada pada struktur linguistik terkecil: fonetik (unsur bunyi, yang biasa dilambangkan pada huruf). Wallahu a’lam[]