Nama Jami‘ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an dalam kajian tafsir di Indonesia memang tidak begitu atau bahkan tidak populer sama sekali. Hasil pencarian yang penulis lakukan terhadap karya tersebut justru mendapati karya lain yang memiliki nama yang hampir sama, hanya frasa penjelasnya yang sedikit berbeda, yaitu Jami‘ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an karya Muhammad ibn Jarir al-Thabariy (w. 310 H.). Sedangkan karya yang disebut pertama merupakan karya Muhammad ibn Shafiy al-Din ‘Abd al-Rahman al-Ijiy al-Syiraziy (832-906 H./1429-1500 M.).
Padahal, jejak keberadaannya ada dan penulis temukan sendiri dalam sebuah naskah Jalalain yang kini tersimpan di Museum Masjid Agung Jawa Tengah (baca ulasan lengkapnya pada Jami‘ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia). Oleh karenanya, menjadi relevan untuk memberikan ulasan tentangnya berikut dengan pengarangnya.
Biografi Muhammad Al-Ijiy
Jami‘ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an (selanjutnya disingkat Jami‘ al-Bayan) ditulis oleh Muhammad ibn Shafiyy al-Din ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn ‘Abd al-Salam al-Husainiy al-Shafiyy al-Ijiy al-Syiraziy al-Syafi‘iy (selanjutnya disebut Al-Ijiy). Al-Ijiy sendiri dalam mukadimahnya menyebut dirinya sendiri dengan Mu‘in ibn Shafiyy. Pernyataan ini yang mungkin menjelaskan nama Al-Ijiy yang dalam riwayat lain disebut ‘Abdullah Mu‘in al-Din, sebagaimana dikutip kritikus naskah kitab, ‘Abd al-Hamid Handawiy.
Al-Ijiy lahir pada tahun 832 H. atau kira-kira tahun 1429 M. di Eij, sebuah kota kuno di sekitar kawasan Syiraz, Iran (dulu disebut Faris). Ayahnya, ‘Abd al-Rahman, merupakan seorang sufi penganut mazhab Syafi’i yang turut memberikan pengaruh kepada Al-Ijiy dalam bidang tafsir melalui karya tafsir atas surah Al-An‘am [6].
Baca juga: Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia
Tidak banyak informasi yang bisa diperoleh terkait dengan rihlah ilmiah yang Al-Ijiy lakukan sepanjang hidupnya. Meski demikian, ia diketahui telah menulis beberapa karya. Di antaranya adalah Jami‘ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, Tafsir Surah Al-Fatihah, Tahafut al-Falasifah, Syarah Al-Arba‘in al-Nawawiyyah, Syu‘ab al-Iman, Hasyiyah ‘ala al-Talwih karya Al-Taftazaniy, serta Bayan al-Ma‘ad al-Jusmaniy wa al-Ruh.
Al-Ijiy wafat pada tahun 906 H. atau menurut satu riwayat pada 905 H. dan bertepatan dengan kira-kira tahun 1500 M. Menurut informasi yang diberikan oleh Handawiy, tertulis dalam sampul kitab Jami‘ al-Bayan percetakan Pakistan yang menuliskan tahun wafatnya dengan tahun 894 H. (832-894 H.).
Identitas Kitab Jami‘ al-Bayan
Al-Ijiy dalam mukadimah karyanya menyebutkan bahwa nama yang diberikan kepada karyanya tersebut adalah Jami‘ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an. Nama ini sama dengan yang disebutkan oleh Al-Zarkaliy (w. 1396 H.) dalam Al-A‘lam. Akan tetapi sebagaimana dijelaskan oleh Handawiy, Hajiy Khalifah dalam Kasyf al-Dzunun menyebutkan jika karya Al-Ijiy tersebut bernama Jawami‘ al-Tibyan fi al-Tafsir.
Selain perbedaan nama, informasi Hajiy Khalifah ini juga rancu terkait dengan angka-angka yang diberikan. Ia menyebutkan bahwa karya tersebut ditulis pada Jumadilawal 904 H. dan selesai pada Ramadan 905 H., ditulis selama kurang lebih 1 tahun 3 bulan. Sedangkan Al-Ijiy menjelaskan dalam mukadimahnya bahwa ia menulis karyanya tersebut dalam kurun waktu 2 tahun 3 bulan ketika ia berusia 40 tahun. Keterangan Al-Ijiy ini berarti bahwa ia menulis karyanya sekitar tahun 872-an terhitung dari tanggal ia dilahirkan.
Terlepas dari kerancuan angka-angka ini, informasi yang diberikan oleh Hajiy Khalifah ini secara umum identik dengan identitas karya yang tengah dibicarakan saat ini. Meskipun penulis secara pribadi tetap mempertanyakan kesamaan karya yang dibicarakan oleh Hajiy Khalifah tersebut.
Baca juga: Ibn Jarir At-Thabari: Sang Bapak Tafsir
Berbeda dengan biografinya, informasi mengenai karya Al-Ijiy cukup banyak dan mudah didapatkan, terlebih dari mukadimah yang ia berikan di awal karyanya. Misalnya informasi terkait alasan penulisan, metode penafsiran, teknik penulisan, atau rujukan yang ia gunakan.
Jami‘ al-Bayan ia tulis dalam situasi dan kondisi ketika tren semangat para pelajar telah mengalami penurunan. Meski begitu, para pelajar ini tetap berharap dapat menguasai berbagai bidang keilmuan. Itu sebabnya mereka cenderung menyukai penjelasan yang to the point (ijaz) dan tidak bertele-tele (tathwil). Dan langkah ini yang dipilih oleh Al-Ijiy dalam teknik penulisannya: ringkas (ijmaliy) pada hal-hal yang dianggap penting.
Secara umum, Al-Ijiy mendasarkan tafsirnya pada riwayat. Dalam pendasarannya itu, Al-Ijiy berpegang pada ‘Imad al-Din Ibn Katsir dalam tafsirnya-mungkin yang dikehendaki adalah Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim-serta berpegang pada Muhy al-Sunnah al-Imam Baghawiy dalam tafsirnya, Ma‘alim al-Tanzil. Sedangkan dalam penyebutan hadis, Al-Ijiy merujuk pada Al-Shihhah al-Sittah atau kitab-kitab hadis sahih yang berjumlah enam.
Baca juga: Kitab Al-Mashabih An-Nuraniyyah: Pensyairan (Nazam) Hadis tentang Alquran
Di luar itu, karya-karya tafsir yang menjadi rujukan Al-Ijiy di antaranya adalah Al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq Ghawamidl al-Tanzil karya Al-Zamakhsyariy (w. 538 H.), Al-Wasith fi Tafsir al-Qur’an al-Majid karya Al-Wahidiy (w. 468 H.), Madarik al-Tanzil wa Haqa’iq al-Ta’wil karya Al-Nasafiy (w. 710 H.), Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya Al-Baidlawiy (w. 685 H.), serta Jami‘ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an karya Al-Thabariy (w. 310 H.).
Yang cukup menarik adalah bahwa Al-Ijiy cukup mengapresiasi Al-Kasysyaf karya Al-Zamakhsyariy. Hal ini terlihat dari bagaimana ia juga merujuk pada syarah atas karya tersebut, seperti Futuh al-Ghaib fi al-Kasyf ‘an Qina‘ al-Raib karya Al-Thaiyy (w. 743 H.), Al-Kasyf yang menurut Handawiy mungkin syarah yang ditulis oleh ‘Umar ibn ‘Abd al-Rahman al-Farisiy al-Qazwiniy (w. 745 H.), serta Syarah Al-Muhaqqiq Sa‘d al-Din Mas‘ud ibn ‘Umar al-Taftazaniy.
Catatan Akhir
Minimnya informasi yang dapat dijumpai mengenai Al-Ijiy berikut dengan tafsirnya boleh jadi merupakan alasan mengapa karyanya tersebut tidak sepopuler karya-karya tafsir yang lain. Wallahu a‘lam bi al-shawab. []