BerandaKhazanah Al-QuranPengamalan Ayat Kursi: Era Nabi Muhammad hingga Kontemporer

Pengamalan Ayat Kursi: Era Nabi Muhammad hingga Kontemporer

Perapalan ayat kursi dalam rajah diyakini mendatangkan kemanfaatannya sendiri bagi masyarakat Muslim. Ayat Kursi atau ayat 255 surah al-Baqarah ternyata tidak hanya berfungsi dalam bentuk informatif, melainkan juga performatif. Performasi ini salah satunya ditunjukkan dalam praktik rajah.

Di desa Tawing misalnya, sebagaimana riset Himatil Ula dalam Performative Analysis of Rajah Syekh Subakir in Tawing, ayat kursi digunakan salah satunya sebagai ritual dalam merajahi suatu hajatan baik hajat besar, hajat desa maupun hajat kecil. Maka, artikel ini akan menjelaskan sisi performatif surah al-Baqarah ayat 255 dalam berbagai generasi.

Era Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad saw sendiri pernah mengamalkan ayat-ayat Al-Quran baik sebagai wirid, pengobatan, perlindungan diri maupun hal-hal yang sifatnya temporer. Sebagaimana disampaikan Imam An-Nawawi dalam Al-Tibyan fi Adabi Hamalah Al-Quran,

ويستحب أن يقرأ عنده قل هو الله أحد وقل أعوذ برب الفلق، وقل أعوذ برب الناس مع النفث في اليدين، فقد ثبت فى الصحيحين من فعل رسول الله ص.م

Disunnahkan pula untuk membacakan kepada orang yang sedang sakit yaitu, surah al-Ikhlas, al-Falaq, dan al-Nas disertai dengan meniupkan telapak tangan lalu disapukan ke seluruh tubuh dan kepala. Keterangan tersebut sungguh telah ditetapkan dalam kitab al-sahihain dari apa yang telah dilakukan oleh Rasul saw.

Baca Juga: Gus Baha dan Dahsyatnya Ayat Kursi yang Tidak Banyak Orang Tahu

Sementara itu, surah al-baqarah ayat 255 dalam beberapa khazanah kitab tafsir disebut sebagai sayyid al-ayat (tuannya ayat) dan a’dzam al-ayat (ayat paling agung).

حدثنا محمود بن غيلان قال: حدثنا حسين الجعفي عن زائدة عن حكيم بن جبير عن أبى صالح عن أبى هريرة قال: قال رسولاللهصلى الله عليه و سلم: لكل شيئ سنام و ان سنام القرآن سورة البقرة و فيها آية هي سيدة آي القرآنو هي آية الكرسي

“Diceritakan dari Mahmud bin Ghailan berkata dari Husain al-Ja’fi dari Zaidah dari Hakim dari Jabir dari Abi Shalih dari Abi Hurairah berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiap-tiap sesuatu ada pangkalnya, dan pangkal Al-Quran ialahh Surat al-baqarah dan di dalamnya terdapat sayyidah ayat (tuannya ayat Al-Quran) yaitu ayat kursi”. (Muhammad bin Isa bin Surah al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi dan Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir).

Di era Rasulullah saw, ayat ini dipraktikkan dalam beragam hal, seperti wirid, doa pagi dan petang, serta doa sebelum tidur.

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشَكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ (أَللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ) َحتَّى تَخْتِمَ اْلآيَةَ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ

Jika pergi ke tempat tidur, sebaiknya kamu membaca Ayat Kursi sampai selesai, yaitu membaca Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum. Sesungguhnya kamu akan senantiasa berada dalam penjagaan dari Allah swt dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi hari. (H.R. al-Bukhari)

Era Sahabat

Di era sahabat, performasi ayat kursi tidak jauh berbeda dari era Nabi saw. Hal ini direkam oleh al-Qurthuby dalam tafsirnya bahwa sahabat Abdurrahman bin ‘Auf setiap memasuki rumahnya senantiasa mendawamkan ayat kursi guna menjaga diri sekeluarga dan mengusir setan.

Praktik serupa juga dilakukan oleh seorang Bani Kaib sebagaimana disampaikan Ahmad al-Dairabi dalam Kitab al-Mujarabat al-Dairabi al-Kubra, yang membuat jin ifrit penunggu rumah kosong hangus terbakar menjadi abu karena bacaan ayat kursi. Lebih dari itu, dalam beberapa riwayat juga mewartakan bahwa sahabat Nabi seperti Umar bin Khattab dan Abu Ayyub al-Ansari pernah berinteraksi dengan setan dan mendapat pesan darinya (setan) untuk membaca ayat ini sebagai pengusir setan.

Era Pasca Sahabat

Pasca sahabat, ayat kursi diperfomasikan dalam berbagai tataran yang lebih praktis. Dalam catatan al-Mujarabat karya Imam al-Dairabi misalnya, ayat kursi difungsikan sebagai obat untuk orang gila, ketempelan (baca: kerasukan) jin, dan orang pisan. Di lain itu, Al-Bunni dalam Syamsul Ma’arif wa Lathaif al-‘Awarif, ayat kursi berfungsi untuk mempermudah dan melancarkan hajat dengan riyadah-riyadah atau ritual-ritual tertentu.

Baca Juga: Merasa Diganggu Setan? Amalkan Doa Ayat Kursi

Tokoh sufi besar kenamaan, Al-Ghazali dalam kitabnya al-Aufaq bahwa mendawamkan ayat 255 surah al-Baqarah akan mendatangkan keberakahan, serta mampu mengusir jin dan setan. Berawal dari itu, maka bermunculan kitab-kitab karangan ulama tentang wafaq (azimat, rajah, jimat) termasuk praktik riyadah (ritual) ayat-ayat tertentu dalam Al-Quran seperti Al-Aufaq karya Imam al-Ghazali, Syamsul Ma’arif al-Kubra dan Manbaul Ushul al-Hikmah karya al-Bunni, Mujarrabat karya al-Dairabi, Khazinatul Asrar karya al-Nazili, dan lain sebagainya.

Dari sini nampak bahwa Al-Quran tidak hanya dipahami sebagai tekstual atau firman Allah swt semata lagi suci, melainkan juga berkhasiat sebagai obat penyembuhan, mempermudah hajat, memperlancar segala urusan, perlindungan diri, wirid, dan lain sebagainya sesuai konteks sosial-budaya masyarakat itu sendiri. Wallahu A’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...