BerandaKhazanah Al-QuranMushaf Al-QuranProblematika Kesalahan Penyalinan dalam Rasm ‘Utsmaniy

Problematika Kesalahan Penyalinan dalam Rasm ‘Utsmaniy

Ganim Qadduriy al-Hamd dalam Rasm al-Mushhaf: Dirasah Lugawiyyah Tarikhiyyah menyebutkan bahwa kaidah penulisan bahasa Arab konvensional yang belakangan muncul telah mengakibatkan problematika tersendiri bagi rasm ‘utsmaniy. Perbedaan landasan penulisan agaknya menjadi muara segala permasalahan. Penulisan Arab konvensional lebih mengutamakan kecocokan bunyi lafal dan script (tulisan), namun tidak demikian dengan rasm ‘utsmaniy.

Para ulama serta pakar Alquran sendiri berbeda pendapat dalam menanggapi fenomena yang terjadi. Salah satu pendapat bahkan menyebut rasm ‘utsmaniy sebagai sebuah kesalahan penulisan karena tidak sesuai dengan pakem kaidah penulisan konvensional. Argumentasi yang diberikan cukup menarik karena berupa riwayat sahabat yang menyebutkan adanya “kekeliruan” dalam penulisan Alquran, terlepas sahih dan tidaknya riwayat yang diberikan. Ini seperti riwayat yang disebutkan oleh Abu ‘Ubaid (w. 224 H.) dari ‘Ikrimah:

لَمَّا كُتِبَتْ الْمَصَاحِفُ عُرِضَتْ عَلَى عُثْمَانَ فَوَجَدَ فِيْهَا حُرُوْفًا مِنَ اللَّحْنِ، فَقَالَ لَا تُغَيِّرُوْهَا فَإِنَّ الْعَرَبَ سَتُغَيِّرُهَا بِأَلْسِنَتِهَا

“Tatkala mushaf-mushaf telah selesai ditulis, diperlihatkanlah kesemuanya kepada ‘Utsman. Kemudian dijumpai di dalamnya beberapa huruf yang keliru. ‘Utsman lantas berkata, “Janganlah kalian semua merubahnya, karena (bangsa) Arab akan merubahnya kelak dengan lisan (bahasa) mereka.”

Pendapat yang dinisbahkan kepada Ibn Qutaibah (w. 276 H.) dan Ibn Khaldun (w. 808 H.) ini secara tidak langsung dapat dikatakan telah “menimpakan” kesalahan kepada para sahabat sebagai pelaku penulis dan pencetus rasm ‘utsmaniy. Setidaknya demikian klaim yang disebutkan oleh Al-Hamd dan Al-Farmawiy.

Meskipun dalam lintasan sejarahnya, pendapat ini juga telah menemukan relevansinya dengan bersandar pada fakta yang menyebutkan bahwa banyak dari sahabat yang belum memiliki kecakapan dalam hal membaca dan menulis (ummiy). Sebuah fakta yang dapat dipahami dari instruksi Nabi saw. di sela-sela proses kodifikasi Alquran,

لَا تَكْتُبُوْا عَنِّي، وَمَنْ كَتَبَ عَنِّي غَيْرَ الْقُرْآنِ فَلْيَمْحُهُ

“Janganlah kalian menulis (apapun) dariku. Siapa yang telah menulis dariku selain Alquran hendaklah dia menghapusnya!”

Baca juga:Rasm ‘Utsmaniy antara Harus Dipertahankan atau Disesuaikan

Membaca dengan perspektif filologi

Penulis sendiri memahami bahwa fenomena “kesalahan” rasm ‘utsmaniy yang berbeda dengan penulisan konvensional ini dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu menggunakan perspektif filologi. Sebuah perspektif yang digunakan untuk menyajikan teks “terbaik” kepada para pembaca.

Dalam merealisasikan tujuan ini (menyajikan teks terbaik), kesalahan dan kekeliruan dalam teks menjadi sasaran utama kajian dan “perbaikan”. Terlebih jika teks yang tengah dibaca adalah teks dengan intensitas kekeliruan yang cukup tinggi karena frekuensi penyalinan yang terjadi juga sangat tinggi, seperti Alquran.

Dalam konteks rasm ‘utsmaniy sebagai media penyalinan Alquran serta relasinya dengan filologi, penulis atau penyalin akan memainkan peran yang sangat penting. Kecakapan dalam dunia tulis-menulis menjadi kompetensi mutlak yang harus dimiliki. Terkait fenomena perbedaan ini, kompetensi yang dimaksud mencakup penguasaan rasm ‘utsmaniy sekaligus penulisan Arab konvensional.

Seperti yang penulis jumpai dalam beberapa mushaf kuno, kesalahan penulisan karena tidak menguasai keduanya sangat umum terjadi. Penulisan alif (ا) misalnya, dalam rasm ‘utsmaniy hal itu menjadi cukup krusial mengingat adanya satu kaidah khusus yang membahas penulisan alif. Atau penulisan lain yang boleh jadi cukup sederhana dan oleh kebanyakan orang dianggap bukan masalah yang berarti, namun cukup problematik dalam rasm ‘utsmaniy, seperti penulisan ya’ sebagai alas hamzah (ئ).

Penulis sendiri tidak bermaksud turut menisbahkan kesalahan kepada para sahabat. Penulis hanya ingin menunjukkan bahwa seiring dengan adanya perbedaan antara rasm ‘utsmaniy dengan penulisan Arab konvensional, kesalahan eksternal lain yang disebabkan oleh kesalahan penyalinan juga berpotensi menimbulkan kerancuan masalah. Kesalahan yang benar-benar terjadi karena kesalahan penyalinan dapat dianggap sebagai bagian dari rasm ‘utsmaniy karena seringnya berbeda dengan penulisan konvensional, ataupun sebaliknya. Wallahu a‘lam bi al-shawab. []

Baca juga: Ilmu Rasm dalam Filologi Mushaf Al-Quran Kuno dan Upaya Kritik Teks

Nor Lutfi Fais
Nor Lutfi Fais
Santri TBS yang juga alumnus Pondok MUS Sarang dan UIN Walisongo Semarang. Tertarik pada kajian rasm dan manuskrip kuno.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...