BerandaBeritaObituari: Prof. M. Roem Rowi, Pakar Tafsir Alquran Kebanggaan Indonesia

Obituari: Prof. M. Roem Rowi, Pakar Tafsir Alquran Kebanggaan Indonesia

Dini hari tadi, tepatnya tanggal 12 Agustus 2023, umat Islam di Indonesia kembali kehilangan sosok ulama besar pakar tafsir Alquran Indonesia. Beliau adalah Prof. Dr. KH. M. Roem Rowi, Lc., M.A. (Guru besar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya). Beliau wafat di usia 75 tahun (1947-2023). Kabar mengenai wafatnya membuat penulis tiba-tiba tersentak. Semua kolega maupun murid beliau ramai-ramai mengucapkan bela sungkawa dan mendoakan beliau di masing-masing media sosial mereka. Ini menjadi tanda bahwa kami keluarga besar UIN Sunan Ampel khususnya, dan masyarakat muslim pada umumnya merasa benar-benar kehilangan sosok figur yang menjadi panutan kami selama ini.

Prof. Roem, begitu kami akrab memanggil beliau, merupakan seorang cendekiawan muslim asal Ponorogo yang lahir pada tanggal 03 Oktober 1947. Nama “Prof. Roem” dan “Tafsir” itu sudah menjadi dua hal yang identik dan tidak dapat dipisahkan. Orang yang mengenal beliau pasti yang muncul pertama kali dari ingatannya adalah sosok pakar tafsir Alquran, terlebih beliau juga penghafal Alquran. Kepakaran beliau dalam bidang tafsir Alquran menjadikan banyak orang menyebut beliau selevel dengan Prof. M. Quraish Shihab.

Baca Juga: Obituari: Syekh Nuruddin Itr, Sang Mufasir dan Pembaharu Ilmu Hadis

Perjalanan Intelektual

Secara formal, beliau memulai pendidikan jenjang SD di Sekolah Rakyat Panjeng Jenangan, Ponorogo sembari menempuh Madrasah Diniyah di tempat yang sama hingga tahun 1960. Selepas itu, beliau kemudian melanjutkan jenjang pendidikan SMP-SMA di Pondok Modern Darussalam Gontor, ponorogo selama 7 tahun (1960-1967).

Memasuki fase perkuliahan, beliau sempat kuliah S1 di IAIN Ciputat Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Namun hal itu tak berselang lama karena beliau lebih memilih melanjutkan jenjang S1 di Universitas Islam Madinah dengan mengambil konsentrasi bidang Tafsir dan Ulumul Qur’an hingga lulus mendapatkan gelar Lc. pada tahun 1971. Beliau berangkat ke Madinah atas beasiswa dari Pusat Rohani Angkatan Darat yang saat itu sedang dipimpin oleh pamannya sendiri yaitu Mayjen Mukhlas Rowi.

Tidak berhenti disitu, beliau kemudian melanjutkan jenjang S2 di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir melalui beasiswa yang ditawarkan oleh Jenderal A. H. Nasution yang beliau temui ketika di Makkah. Beliau mengambil konsentrasi yang sama dengan sebelumnya, dan beliau berhasil meraih gelar M.A. pada tahun 1973.

Dilansir dari Majalah Tokoh Indonesia edisi 28 yang berjudul “Ahli Tafsir Terkemuka Roem Rowi: Penyelam Rahasia Al-Qur’an”, semasa libur musim panas kuliah S2, Prof. Roem sempat pergi ke Belanda untuk mencari uang saku tambahan buat biaya pulang ke Indonesia dengan menjadi buruh pabrik dan pencuci piring di restoran. Beliau bekerja serabutan di Belanda biasanya selama 4 sampai 5 bulan (Juni-Oktober).

Beberapa tahun kemudian, Prof. Roem bertekad untuk merampungkan perjalanan keilmuan tafsir beliau dengan melanjutkan studi S3 bidang Tafsir dan Ulumul Qur’an di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Perjalanan jenjang doktor beliau tidaklah mudah. Sebetulnya beliau mendapat panggilan dari Al-Azhar untuk melanjutkan program doktor pada tahun 1975 akan tetapi beliau sudah pulang ke Indonesia karena mendengar berita “kepergian” ayahnya, dan beliau harus menjaga ibu juga nmengurusi adik-adiknya yang belum mandiri saat itu.

Mimpi menjadi doktor pun sempat hilang dalam pikirannya, namun beliau akhirnya memberanikan diri untuk melakukan kontak ke Kairo mulai tahun 1976. Sepuluh tahun kemudian baru dijawab oleh pihak Al-Azhar, sehingga pada tahun 1987 beliau baru bisa berangkat kembali ke Kairo. Mengingat beliau baru berangkat setelah meninggalkan bangku kuliah 11 tahun, sedangkan batas maksimal jenjang doktor adalah 12 tahun. Artinya, waktu studinya tinaggal 1 tahun. Oleh karena itu, beliau pun mencari cara untuk memperpanjang durasi studinya.

Baca Juga: Dunia Berduka, Intelektual dan Filsuf Asal Mesir Hasan Hanafi Wafat

Walaupun sudah menyampaikan alasan tidak bisa berangkat kuliah karena kepergian ayah dan mengurusi keluarga, alasan tersebut ditolak oleh pihak Al-Azhar. Satu-satunya alasan yang diperbolehkan adalah apabila mahasiswa tersebut mengidap penyakit kronis. Prof. Roem kemudian mendatangi temannya yang sedang kuliah kedokteran untuk memberinya surat keterangan mengidap penyakit stres (sakit jiwa). “Jadi harus berpura-pura gila. Setelah diberi perpanjangan waktu, saya ngebut.” Katanya kepada wartawan majalah.

Cobaan belum selesai juga, dalam proses menyelesaikan disertasi, Prof. Roem mengalami kesulitan untuk menemui Syaikh yang menjadi promotor beliau. Tak pantang arah, beliau pun memberanikan diri untuk datang ke rumah promotor tersebut. Beliau diuji oleh promotornya dari pagi sampai jam 9 malam nonstop. Tepat dua tahun semenjak kedatangannya di Kairo, beliau akhirnya lulus dan mendapatkan gelar doktor pada tahun 1989. Beliau akhirnya dijuluki sebagai doktor “tercepat”, walaupun hampir DO.

Prof. Roem Rowi ketika promosi doktor di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
Prof. Roem Rowi ketika promosi doktor di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

Pada saat penulis sowan ke ndalem Prof. Roem di tahun 2021, beliau menceritakan bahwa selama menempuh perjalanan intelektual di Madinah dan Kairo, beliau ditemani oleh sahabat karib beliau yaitu KH. Hasan Abdullah Sahal (putra pendiri Pondok Gontor KH. Ahmad Sahal) yang sekarang menjadi pengasuh Pesantren Darussalam Gontor.

Beliau juga menuturkan kepada penulis bahwa selama kuliah di Al-Azhar beliau berguru langsung kepada salah satu ulama tafsir yang paling berpengaruh di dunia pada zamannya, yaitu Syaikh Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi, penulis kitab fenomenal, al-Tafsir wa al-Mufassirun.

Para penguji di sidang promosi doktor Prof. Roem Rowi di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir
Para penguji sidang promosi doktor Prof. Roem Rowi di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

Karir dan Pengabdian

Semasa hidupnya, beliau banyak menghabiskan waktu hanya untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Dalam bidang akademik, Prof. Roem memulai karir ke-dosenan-nya selepas pulang dari Kairo pada tahun 1974. Pada saat itu, beliau masih menjadi dosen honorer, hingga akhirnya diangkat menjadi dosen tetap pada tahun 1997. Sembari meniti karir sebagai dosen, beliau menikahi Nurul Fatimah yang merupakan mahasiswinya sendiri pada tahun 1980.

Beberapa jabatan yang diampu oleh Prof. Roem selama mengabdi di IAIN Sunan Ampel antara lain adalah: Ketua Biro Skripsi Fakultas Adab (1977-1989), Asisten Direktur Lembaga Bahasa IAIN Sunan Ampel (1979-1987), Ketua Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin (1990-1994), Plt. Ketua Program Pascasarjana (1994-1997), Asisten Direktur II Program Pascasarjana (1997-2005). Selain mengajar di IAIN Sunan Ampel, beliau sejak 1977 sudah aktif menjadi dosen pascasarjana di Unair, Surabaya; Undar, Jombang; Ikaha, Tebuireng Jombang; IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta; dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Baca Juga: Mengenang Sang Maestro Akademik Dr. AlFatih Suryadilaga

Puncaknya, pada hari Sabtu 20 Agustus 2005, Prof. Roem diangkat menjadi Guru Besar (Profesor) IAIN Sunan Ampel di bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Ketika proses pengukuhan, beliau menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul “Menimbang Kembali Signifikansi Asbab an-Nuzul dalam Pemahaman Al-Qur’an”. Ulasan mengenai naskah pidato guru besar tersebut akan penulis uraikan pada artikel tersendiri.

Adapun di bidang non-akademik, beliau aktif mengabdi di LPTQ sebagai Wakil Ketua LPTQ Jawa Timur (s/d 2000), Bidang Perhakiman LPTQ Jawa Timur (s/d sekarang), Ketua Dewan Hakim MTQ Jawa Timur dan Nasional, Anggota Dewan Hakim MTQ Internasional di Mekkah (1992 dan 2002), Ketua Dewan Hakim MTQ Internasional di Jakarta (2003), dan Pembina Tafsir Kafilah Jatim & Indonesia untuk MTQ Nasional maupun Internasional.

Selain itu, Prof. Roem juga aktif di MUI, sebagai Plt. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Jatim (1998-2000), Ketua MUI Jawa Timur (2000-2005), dan Anggota Dewan Penasehat MUI Pusat. Jabatan lain yang juga beliau emban antara lain adalah Ketua Lembaga Pendidikan Islam Al-Hikmah (1997-2004), Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah (2004-sekarang), Pembina Yayasan Masjid Al-Fa1ah Surabaya (s/d sekarang), Direktur Lembaga Pendidikan Ilmu Al-Qur’an Surabaya (s/d sekarang), Anggota Dewan Pakar ICMI Korwil Jatim (s/d sekarang), Direktur Imarah Masjid Al-Akbar Surabaya (2000-sekarang), Dai/Muballigh & Penyuluh Utama Kanwil Depag Jawa Timur, Ketua Dewan Syari’ah Lembaga Manajemen Infaq Jawa Timur, dan masih banyak lainnya.

Prof. Roem Rowi ketika menjadi narasumber di webinar Tasyakur Milad ke 3 tafsiralquran.id, April 2023
Prof. Roem Rowi ketika menjadi narasumber di webinar Tasyakur Milad ke 3 tafsiralquran.id, April 2023

Karya-karya Prof. Roem Rowi

Pada awal Februari tahun 2022, Prof. Roem menerbitkan sebuah karya tafsir yang berjudul Tafsir Mujaz. Namun, saat itu beliau baru merampungkan jilid 1 saja, yang meliputi penafsiran surat al-Fatihah, al-Baqarah, dan Ali Imran. Wafatnya beliau menyebabkan berhentinya proses penulisan Tafsir Mujaz untuk jilid-jilid berikutnya. Berikut beberapa karya tulis Prof. Roem Rowi:

  1. Abdul Wahab dan Gerakan Tajdidnya
  2. Surat Yasin: Tafsir, Rahasia, dan Hikmahnya
  3. Hamka dalam Karya Monumental Tafsir Al-Azhar
  4. Al-Qur’an, Manusia, and Moralitas (Ceramah Nuzul Al-Qur’an oleh Negara di Masjid Istiqlal 1997)
  5. Spektrum Al-Qur’an
  6. Sejarah Sosial Rukun Islam
  7. Menafsir Ulum Al-Qur’an
  8. Ragam Tafsir Al-Qur’an
  9. Menimbang Kembali Signifikansi Asbab Al-Nuzul dalam Pemahaman Al-Qur’an
  10. Tafsir Mujaz: Al-Qur’an Terjemah Tafsiriyyah Jilid 1 (Al-Fatihah, Al-Baqarah, Ali-Imran)
  11. Beberapa artikel dalam jurnal terakreditasi

Baca Juga: Kabar Duka, Intelektual Lebanon Penyuara Pluralisme Agama Mahmoud Ayoub Wafat

Kesan Kolega dan Murid Tentang Prof. Roem Rowi

Kepergian Prof. Roem tentu menyisakan duka mendalam bagi siapapun yang telah mengenalnya, baik para kolega maupun murid beliau. Bagi murid-muridnya, beliau merupakan sosok guru yang memiliki kepribadian yang kharismatik, ‘alim, tegas, disiplin, sabar, ramah, rendah hati, dan sangat mengayomi murid-muridnya.

Ma’ruf Khozin (Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur), juga menyampaikan bahwa “Beliau tidak menampakkan keulamaannya karena lebih menonjol sisi akademisnya. Saya beberapa kali ikut seminar, pelatihan metode tafsir dan sebagainya, membuat saya takjub ketelitian dan mendalamnya telaah beliau pada makna-makna tersirat dari firman Allah.” tegasnya.

Akhir kata, sugeng tindak Prof. Roem, kami merasa sangat bangga dan beruntung pernah berguru langsung menikmati tetesan samudra keilmuan panjenengan. Tidak terhitung jumlah murid yang telah belajar kepada beliau, semoga pengabdian keilmuan beliau menjadi amal jariah bagi beliau. Lahu al-Fatihah

Moch Rafly Try Ramadhani
Moch Rafly Try Ramadhani
Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...