Dalam kajian ulumul Qur’an terdapat salah satu pembahasan yang cukup menarik untuk dibahas, yaitu stilistika al-Qur’an (ushlub al-Qur’an) sebuah wajah modern dari kajian sastra klasik. Oleh karena itu penulis mencoba membahas mengenai pengertian, klasifikasi, karakteristik dan objek kajiannya.
Pengertian Stilistika al-Qur’an
Adapun pembicaraan tentang stilistika berhubungan dengan style dari kata stylistic dan menjadi stilistika dalam bahasa Indonesia. Secara bahasa stilistika berarti ilmu gaya bahasa. Sedangkan stilistika menurut As Hornby adalah kajian tentang gaya bahasa lisan atau tulisan dan tentang bagaimana menggunakannya untuk menimbulkan pengaruh tertentu. Sedangkan dalam kamus Linguistik bahwa stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang digunakan dalam karya sastra, ilmu interdisipliner antara linguistik dan kususastraan.
Dalam literatur Arab, stilistika lebih dikenal dengan istilah ilmu al-ushlub atau al-Ushlubiyah. Adapun maknanya menurut az-Zarqony dalam kitabnya Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, mengatakan bahwa stlistika (Ushlub) adalah cara berbicara yang ambil penulis dalam mengungkapkan ide, gagasan, kalimat dan memilih lafal-lafal. Sedangkan dalam kitab Mu’jam al-Wasith dikatakan akhadzna fi asaliba min al-qaul (aku mengambil metode-metode dalam bertutur kata.
Baca juga: Tafsir Surah Yusuf Ayat 15: Optimislah, Kabar Gembira Akan Segera Datang dari Allah
Dari beberapa pengertian stlistika atau ushlub yang dipaparkan di atas kelihatan ada dua aspek yang mencolok dalam kajian stilistika yaitu aspek estetika dan aspek linguistik. Adapun aspek estetika berkaitan dengan cara khas yang digambarkan penutur bahasa atau penulis karya. Sedangkan aspek linguistik berkaitan dengan ilmu-ilmu gaya bahasa.
Klasifikasi Stilistika al-Qur’an
Dalam kitab al-Balaghah al-Wadhihah dijelaskan untuk mengetahui posisi stilistika al-Qur’an (ushlub al-Qur’an), maka harus diketahui klasifikasi stilistika (ushlub) yang berlaku dikalangan bangsa Arab. Secara global, stilistika dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
- Al-Ushlub al-Khithabi (Stilistika retorika). Adapun retorika merupakan salah satu seni dalam pidato, yang mempunyai karakteristik kandungan makna yang kuat, memakai lafal yang serasi dan argumentasi yang relevan untuk bisa membuat audiens memahami yang disampaikannya.
- Al-Ushlub al-‘Ilmi (Stilistika Ilmiah). Harus jauh dari aspek subjektif dan emotif penuturannya, karena eksperimen ilmiah itu objektif dan tidaka ada kaitannya dengan asepk psikis dll. Akan tetapi stitistika ilmiah ini membutuhkan logika yang baik dan pemikiran yang lurus yang auh dari emosi dan hawa nafsu.
- Al-Ushlub al-Adabi (Stilistika Sastra). Berbeda dengan yang ilmiah tadi, stilistika sastra ini lebih subjektif, karena ia merupakan ungkapan jiwa pengarangnya, pemikirannya dan emosinya.
Oleh karena itu, tema yang ada harus mempunyai relevansi yang erat dengan jiwa seseorang pengarang dan mengesampingkan teori ilmiah, argumentasi logis dan terminologi ilmiah yang ada.
Baca juga: Ingin Curhat? Mari Belajar Curhat dari Nabi Yakub As. dalam Surah Yusuf Ayat 86
5 Karakteristik Stilistika al-Qur’an
Adapun mengenai karakteristik stilistika al-Qur’an (ushlub al-Qur’an) menurut az-Zarqani dalam kitabnya Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, sebagai berikut
Pertama, Sentuhan lafal al-Qur’an. Dari segi lafal ini dibagi dua yaitu, segi keindahan intonasi al-Qur’an. Adapun maksdunya adalah keserasian al-Qur’an dan keterpaduan yang indah dalam harakat, sukun, mad dan ghunnahnya, sehingga memberikan ritmis yang dapat dinikmati pendengar dan memberikan ketentraman jiwa yang tidak dapat dimiliki oleh bahasa apapun. Dari segi keindahan bahasa al-Qur’an.
Adapun maksudnya adalah performa yang mengagumkan yang menjadi ciri khas al-Qur’an dalam keserasian huruf-hurufnya kemudian kalimat-kalimatnya, sehingga jika al-Qur’an dibaca sesuai dengan (makharij al-ahruf), maka akan tampak keindahan dan kelezatannya.
Kedua, al-Qur’an dapat diterima dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat, baik dari sisi sosial atau pendidikan mereka, karena al-Qur’an memakai gaya yang elastis. Dengan demikian al-Qur’an dapat dipahami sesuai kapasitas seseorang yang membacanya.
Baca juga: Tafsir Ahkam: Berbagai Pertanyaan dalam Larangan Jual Beli di Hari Jumat
Ketiga, Stilistika al-Qur’an (ushlub al-Qur’an) dapat memberikan efek stimulus terhadap pemikiran untuk memperhatikan audiensnya (Khithab) dan sekaligus memyentuh emosi atau perasaan.
Keempat, Keserasian rangkaian kalimat al-Qur’an. Kalimat dalam al-Qur’an merupakan kalimat-kalimat suatu ayat yang terjalin secara akrab dan serasi yang saling mendukung keindahan ayat dan kedalaman maknanya.
Kelima, Kekayaan seni redaksinonal. Al-Qur’an mempunyai berbagai cara yang sangat variatif dalam mengungkapkan satu makna.
Objek Kajian Stilistika
Adapun kajian stilistika menurut al-Qolyubi terdapat empat objek kajian, yaitu fonologi al-Qur’an, preferinsi lafal, preferensi kalimat dan deviasi.
Pertama, fonologi al-Qur’an. Menurut az-Zarqany keserasian dalam tata bunyi al-Qur’an adalah keserasian dalam pengaturan harakah, sukun, mad dan ghunnah sehingga enak untuk didengar dan diresapkan.
Kedua, Preferensi lafal. Adapun objek Ini bagi tiga, yaitu: Pengunaan lafal yang berdekatan secara maknannya, pengunakan lafal dengan sisi homonim atau lebih jelasnya kata yang sama bunyi tapi berbeda dalam artinya, pengunakan lafal yang tepat yang memperhatikan konteks tertentu sesuai dengan makna yang dibutuhkan.
Baca juga: Memahami Konsep Self Oriented Pada Tafsir Isyari
Ketiga, preferensi kalimat. Dalam pemilihan kalimat yang dipilih al-Qur’an sebagai media penyampai pesan-pesan yang juga memiliki pengaruh terhadap makna-maknaya.
Keempat, Prinsip deviasi adalah kebalikan dari prinsip ekuivalensi, jika ekuvalensi adalah keteraturan dan keselarasan kaidah bahasa, maka deviasi adalah kebalikanya yang sengaja digunakan untuk kesegaran dan menghindari kejenuhan pembaca.
Demikian penjelasan tentang Stilistika al-Qur’an (ushlub al-Qur’an) semoga dengan hadirnya artikel ini menambah rasa cinta dalam mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an.
Semoga bermanfaat. Walllahu a’lam