Setelah sekian lama nabi Musa berdakwah kepada orang-orang Mesir (selain bangsa Israil), mereka tetap dalam kekafiran, penentangan, dan mengikuti raja pada saat itu, yakni Firaun. Fragmen kisah ini salah satunya dapat kita lihat dalam Surat Asy-Syuara Ayat 65 – 68. Diceritakan pula bahwa berbagai hujjah dan mukjizat yang Allah berikan kepada Musa tidak dapat merubah sikap dan keyakinan mereka.
Ibnu Katsir dalam kitabnya Qashash al-Anbiya (502) menyebutkan bahwa hanya sedikit dari kalangan penduduk Mesir yang beriman kepada ajaran Musa. Ada yang mengatakan, “Hanya tiga orang penduduk Mesir yang mau beriman, yakni isteri Firaun, seorang laki-laki mukmin dari kalangan Firaun, dan seorang laki-laki yang pernah memberikan nasihat kepada nabi Musa.”
Nasihat laki-laki tersebut diabadikan dalam Surat Al-Qashash [28] ayat 20 yang berarti, Dan seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.”
Kemudian Allah Swt mewahyukan kepada Musa dan Harun agar mereka menggunakan beberapa rumah kaumnya yang terlihat berbeda dari orang-orang Mesir sebagai markas dan tempat ibadah. Hal ini dilakukan agar mereka semua siap sedia manakala Allah Swt memerintahkan mobilisasi bani Israil dari bawah cengkeraman wilayah kekuasaan Firaun (Kisah Para Nabi dan Rasul: 510).
Baca Juga: Meski di Bawah Pimpinan Firaun, Allah Tak Perintahkan Nabi Musa Untuk Berontak
Pada saat itu, Firaun dan pengikutnya sudah bertindak melampaui batas. Mereka diceritakan melakukan berbagai pertentangan terhadap nabi Musa dan berencana membasmi beliau beserta kaumnya. Karena hal inilah Allah Swt berfirman, “…Dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga melihat siksaan yang pedih…”
Kisah Kehancuran Firaun dan Bala Tentaranya
Karena kezaliman Firaun sudah tak terbendung, Allah Swt memerintahkan nabi Musa memobilisasi bani Israil dari bumi Kinanah untuk menghindari rencana-rencana keji Firaun dan bala tentaranya. Firman-Nya, Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa, “Pergilah pada malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), sebab pasti kamu akan dikejar.” (Surat Asy-Syuara [26]: 52).
Namun pergerakan nabi Musa dan kaumnya rupanya diendus oleh Fir’aun. Kemudian Fir‘aun mengirimkan orang ke kota-kota (untuk mengumpulkan bala tentaranya) guna mengejar rombongan bani Israil. Ia dengan lantang memanas-manasi penduduk Mesir dan berkata, “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) hanya sekelompok kecil, sesungguhnya mereka telah berbuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita.”
Firaun dan bala tentaranya mengejar nabi Musa dengan tergesa-gesa. Mereka akhirnya dapat menyusul rombongan bani Israil pada waktu matahari terbit. Ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Kita benar-benar akan tersusul.” Nabi Musa menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
Ulama tafsir mengatakan, ketika Firaun dan bala tentaranya mencari jejak bani Israil, jumlah mereka saat itu sangat banyak. Bahkan ada yang mengatakan bahwa jumlah kuda mereka sekitar 100.000 dan jumlah pasukan Firaun secara keseluruhan tidak kurang dari 1.600.000 orang dengan persenjataan lengkap. Sedangkan jumlah bani Israil hanya 600.000 orang dengan perlengkapan seadanya.
Nasib bani Israil kian di ujung tanduk manakala mereka sampai di tepi laut Merah sedangkan di belakang mereka ada firaun dan bala tentaranya yang siap menggempur. Nabi Musa yang pada saat itu berada di barisan belakang kelompok lantas maju ke depan, tepat di tepi pantai. Beliau berkata, “Di sinilah aku diperintahkan oleh Allah Swt.” (Kisah Para Nabi dan Rasul: 512).
Bani Israil hanya bisa diam mematung seraya melihat lautan dan ombaknya yang melambai-lambai. Sebagian dari mereka khawatir bahwa ini adalah akhir perjalanan mereka, bahwa Firaun beserta tentaranya akan segera menyusul dan membinasakan mereka. Kondisi mencekam tersebut untungnya dapat diatasi dengan arahan Nabi Musa as.
Ketika Firaun beserta bala tentaranya mulai mendekat dengan segala macam senjata dan suasana semakin genting, Allah Swt kemudian berfirman kepada nabi Musa sebagaimana tercatat dalam surat Asy-Syuara ayat 63, Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar.
Lautanpun terbelah layaknya dua buah ngarai yang di tengahnya ada jalan tak berujung. Allah Swt lantas memerintahkan nabi Musa dan bani Israil untuk melaluinya sesegera mungkin. Mereka senang sekaligus takjub dengan pemandangan luar biasa yang mereka lihat dan itu semua terjadi atas izin Allah Swt. Hal ini juga membuat keimanan dan kepercayaan mereka semakin mantap.
Setelah seluruh rombongan bani Israil sampai di sebarang, nabi Musa awalnya ingin memukulkan tongkatnya lagi agar lautan kembali seperti sedia kala agar Firaun beserta bala tentaranya terhenti dan tidak bisa mengejar mereka. Namun hal ini dilarang Allah Swt melalui firman-Nya, “Dan biarkan laut itu tetap terbelah,” yakni biarkan apa adanya.
Baca Juga: Menggali Nilai-nilai Santri pada Kisah Nabi Musa As dalam Surat Al-Kahfi
Ketika sampai di tepi pantai, awalnya Firaun sedikit ragu dan takut karena melihat fenomena yang begitu menakjubkan, yaitu terbelahnya laut. Namun setelah beberapa saat, sikap sombongnya kembali muncul. Ia berkata “Lihatlah oleh kalian semua bagaimana lautan ini terbelah supaya aku dapat menyusul para budakku yang melarikan diri dan membangkang dari negeriku.”
Firaun dan bala tentaranya kemudian melintasi lautan. Tatkala mereka berada di tengah-tengah, Allah Swt memerintahkan nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut dan beliau melakukannya. Maka tenggelamlah Firaun yang sombong itu beserta bala tentaranya, tidak ada seorangpun dari mereka yang selamat dari peristiwa tersebut.
Firman Allah Swt:
() وَأَنْجَيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَجْمَعِينَ () ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِينَ () إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ () وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
“Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang bersamanya. Kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang (Surat Asy-Syuara [26]: 65-68).
Demikian kisah kehancuran Firaun dan bala tentaranya. Wallahu a’lam.