BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ahqaf Ayat 10

Tafsir Surah Ahqaf Ayat 10

Tafsir Surah Ahqaf Ayat 10 diawali dengan pertanyaan Allah kepada orang-orang musyrik tentang al-Qur’an. Maksud dari pertanyaan itu adalah untuk menegaskan kembali kebenaran al-Qur’an, sekaligus menyadarkan mereka bahwa keingkaran mereka terhadap al-Qur’an adalah kesalahan yang fatal.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Ahqaf Ayat 9


Ayat 10

Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada orang-orang musyrik bagaimana pendapat mereka seandainya terbukti bahwa Al-Qur’an itu benar-benar dari Allah.

Dengan kenyataan bahwa tidak seorang pun dapat menandinginya, terbukti bahwa Al-Qur’an itu bukan sihir dan bukan pula diada-adakan, sebagaimana yang mereka tuduhkan.

Namun demikian, mereka tetap mendustakan dan mengingkarinya, sedangkan ada di antara Bani Israil yang lebih tahu dan berpengalaman serta lebih pintar daripada mereka, tetapi tetap mengakui kebenarannya.

Apakah yang akan diperbuat Tuhan terhadap mereka? Bukankah Tuhan akan mengazab mereka karena keingkaran dan kesombongan itu. Dia tidak akan memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka semua menjadi orang yang paling sesat di dunia ini.

Yang dimaksud dengan seorang saksi yang berasal dari Bani Israil ialah ‘Abdullah bin Salam, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh at-Tirmizi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Mardawaih dari ‘Abdullah bin Salam sendiri. Ia menyatakan:

نَزَلَ فِيَّ ﺁياَتٌ مِنْ كِتَابِ اللهِ نُزِلَتْ فِيَّ  وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِى اِسْرَائِيْلَ عَلَى مِثْلِهِ  وَنُزِلَتْ فِيَّ  قُلْ كَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا بَيْنِى وَبَيْنَكُمْ وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ . (رواه الترمذي)

“Allah telah menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang diriku. Diturunkan tentang diriku ayat: wa syahida syahidun min Bani Isra’il ‘ala mitslihi, dan ayat Qul kafa billahi syahidan baini wa bainakum wa man ‘indahu ‘ilmul kitab.” (Riwayat at-Tirmizi).

Pernyataan ‘Abdullah bin Salam ini dikuatkan oleh hadis Rasulullah saw:

عَنْ سَعْدٍ بْنِ اَبِي وَقَّاصٍ قَالَ مَا سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لاَِحَدٍ يَمْشِي عَلَى اْلاَرْضِ اِنَّهُ مِنْ اَهْلِ الْجَنَّةِ اِلاَّ لِعَبْدِ اللهِ بِنْ سَلاَمٍ وَفِيْهِ نُزِلَتْ  وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِى اِسْرَائِيْلَ عَلَى مِثْلِهِ . (رواه البخاري)

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, ia berkata, “Aku belum pernah mendengar Rasulullah saw mengatakan kepada seorang yang ada di muka bumi bahwa ia termasuk ahli surga, kecuali kepada ‘Abdullah bin Salam; dan berhubungan dengan dirinya turun ayat: “wa syahida syahidun min Bani Isra’il ‘ala mitslihi.” (Riwayat al-Bukhari)

Abdullah bin Salam adalah seorang Yahudi penduduk kota Madinah. Ia mempelajari dan memahami dengan baik isi Taurat yang menyebutkan akan datang nanti nabi dan rasul terakhir yang berasal dari Nabi Ibrahim, dan dari jalur Nabi Ismail, di Jazirah Arab, yang membawa Al-Qur’an sebagai kitab yang diturunkan Allah kepadanya.

Setelah Rasulullah saw hijrah ke Medinah, ‘Abdullah memperhatikan sifat-sifat Rasulullah dan ajaran yang disampaikannya berupa ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan Allah kepadanya.


Baca Juga: Kritik Sayyid Abdullah al-Ghumari Terhadap Kitab al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an


Ia mengamati sikap Rasulullah terhadap sesama manusia dan sikap para pengikutnya yang telah mendalami agama baru itu.

Akhirnya ia berkesimpulan bahwa Rasulullah dan ajaran agama yang dibawanya itu mempunyai ciri yang sama dengan yang diisyaratkan Taurat yang telah dipelajari dan diamalkannya.

Demikian pula sifat-sifat para pengikut agama baru itu. Oleh karena itu, ia menyatakan diri masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah saw.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang benar-benar mengikuti dan meyakini Taurat dan Injil, pasti akan sampai kepada kesimpulan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar dari Allah dan Muhammad saw itu benar-benar utusan-Nya sebagaimana yang telah dilakukan oleh ‘Abdullah bin Salam.

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa orang-orang musyrik sebenarnya adalah orang-orang yang sombong dan mengingkari ayat-ayat Allah.

Oleh karena itu, mereka telah menganiaya diri sendiri. Akibat sikap dan tindakan seperti itu, Allah tidak lagi memberikan petunjuk kepada mereka.

Hal ini sesuai dengan sunatullah bahwa Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada setiap orang zalim. Mereka mendapat kemurkaan Allah di dunia dan di akhirat.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ahqaf 11


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tiga Jenis Tafsir Tematik Menurut Shalāh Abd al-Fattāh al-Khālidi

0
Untuk memahami ayat-ayat al-Qur’ān, ada banyak pendekatan yang digunakan oleh ahli tafsir. Salah satu pendekatan yang populer digunakan oleh ahli tafsir adalah tafsir tematik...