Tafsir Surah Ahqaf Ayat 30-33 diawali dengan dialog antar sesama Jin tentang kebenaran al-Qur’an yang mereka dengar dari Nabi Muhammad. Selanjutnya, Tafsir Surah Ahqaf Ayat 30-33 menerangkan keingkaran orang kafir pada hari Kebangkitan.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Ahqaf Ayat 29
Ayat 30
Dalam ayat ini diterangkan bahwa serombongan jin yang telah mendengar bacaan Al-Qur’an dari Nabi Muhammad saw menyeru kaumnya, “Wahai kaumku, sesungguhnya kami telah mendengar pembacaan ayat-ayat sebuah kitab yang telah diturunkan Allah setelah Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa.”
“Kitab itu membenarkan kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya, menunjukkan jalan yang paling baik ditempuh seseorang yang ingin mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat serta menerangkan jalan yang diridai dan jalan yang tidak diridai Allah.”
Jin juga makhluk yang harus memikul kewajiban beribadah. Firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (az-Zariyat/51: 56)
Ayat 31
Selanjutnya jin-jin itu menyeru kaumnya, “Wahai kaumku, perkenankanlah dan terimalah seruan Muhammad saw sebagai rasul Allah yang telah menyeru manusia untuk mengikuti agama Allah, beriman kepada-Nya agar Allah mengampuni dosa-dosa mereka dan melindungi mereka dari azab yang tidak seorang pun dapat melepaskan diri dari azab itu, kecuali dengan seizin-Nya.” Ayat ini memberi pengertian bahwa:
- Meskipun ada jin yang beriman dan ada pula yang kafir, namun dalam ayat ini mereka diseru agar beriman kepada Allah.
- Jin berkewajiban beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, jin menerima syariat sebagaimana syariat yang disampaikan oleh para nabi dan rasul kepada manusia.
- Jin yang beriman akan selamat dari api neraka.
Ayat 32
Kemudian diterangkan dalam ayat ini bahwa jika ada di antara jin yang menolak seruan Muhammad sebagai rasul Allah, yaitu tidak melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya yang tersebut dalam Al-Qur’an dan hadis, maka ia tidak dapat menghindarkan diri dari azab-Nya. Ia tidak mendapat seorang penolong pun untuk melepaskan dirinya dari azab Allah, kecuali jika Allah sendiri menghendakinya.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa seluruh ibadah yang diwajibkan kepada kaum Muslimin diwajibkan pula kepada seluruh jin untuk mengerjakannya, seperti salat, puasa, tolong-menolong, dan sebagainya.
Diterangkan pula bahwa jin-jin yang tidak mengikuti seruan Muhammad saw berada dalam kesesatan dan menyimpang dari jalan yang benar.
Baca Juga: Menelisik Jin dalam Al-Quran, Makhluk yang Juga Dibebani Syariat
Ayat 33
Ayat ini merupakan teguran keras kepada orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan, dan adanya hidup setelah mati untuk menghisab perbuatan yang telah dilakukan manusia.
Allah mencela orang-orang kafir yang lalai dan tidak pernah merenungkan kejadian alam semesta ini sehingga tidak mengetahui bahwa Allah yang telah menciptakan langit dan bumi tidak pernah merasa letih dalam penciptaan itu. Allah juga berkuasa menghidupkan yang telah mati.
Dari ayat ini dipahami bahwa orang kafir tidak pernah menggunakan pikirannya untuk merenungkan kejadian alam semesta dalam arti yang sebenarnya. Mereka tidak mau memikirkan siapa pencipta alam yang amat teratur dan dilengkapi dengan hukum-hukum yang sangat rapi dan kokoh.
Mereka juga tidak mau memikirkan siapa yang menciptakan dirinya sendiri dan menjaga kelangsungan hidupnya. Seandainya mereka mau memikirkan dengan tujuan ingin mencari kebenaran, mereka akan sampai kepada kesimpulan bahwa pencipta semua itu adalah Allah yang Mahabijaksana lagi Mahakuasa.
Jika Allah Mahakuasa, tentulah Dia sanggup melaksanakan segala sesuatu yang Dia kehendaki, tanpa mengenal lelah. Zat yang bersifat demikian tentu mudah bagi-Nya menghidupkan kembali orang-orang yang telah dimatikan-Nya, karena menciptakan langit dan bumi itu jauh lebih sukar daripada menciptakan manusia serta mematikan dan menghidupkan kembali.
Allah berfirman:
لَخَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ اَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ٥٧
Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Gafir/40: 57).
Selain itu, biasanya membuat kembali sesuatu lebih mudah dari menciptakan pertama kalinya. Allah berfirman:
وَهُوَ الَّذِيْ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ وَهُوَ اَهْوَنُ عَلَيْهِۗ وَلَهُ الْمَثَلُ الْاَعْلٰى فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ ٢٧
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (ar-Rµm/30: 27).
Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa yang Maha Pencipta segala sesuatu lagi Mahaperkasa itu adalah Allah Yang Mahakuasa. Dia dapat melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tanpa seorang pun dapat menghalangi dan menentang-Nya.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ahqaf 34-35