BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 106-112

Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 106-112

Series terakhir tafsir surah Al-Anbiya’ ditutup dengan uraian Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 106-112, dijelaskan bahwa banyak hikmah yang dapat dipelajari dari keseluruhan surah ini, utamanya sebagai bekal manusia dalam menjalani kehidupan di dunia untuk menjalani kehidupan yang kekal di akhirat.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 104-105


Tafsir Surah Al-Anbiya’ Ayat 106-112 juga memperingatkan kaum musyrik dan kaum yang ingkar, bahwa Allah mengetahui segala perbuatan mereka. Untuk itu, melalui lisan Nabi Muhammad, peringatan itu terus disampaikan meskipun ditolak. Kelak, mereka akan mendapatkan balasan atas perilaku mereka itu, dan Allah meyakinkan Nabi agar tidak bersedih hati, sebab begitulah tugas para nabi, sebagaimana yang sudah dialami oleh pendahulunya.

Ayat 106

Allah menerangkan bahwa segala kisah yang diterangkan dalam surah ini adalah pelajaran dan peringatan yang disampaikan sejak awal sampai akhir surah ini, cukup menjadi pelajaran dan banyak hikmah yang terkandung di dalamnya, sebagai bekal dan bahan bagi orang yang ingin mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Bahkan ayat-ayat dalam surah ini merupakan peringatan dan ancaman yang keras dari Allah kepada orang-orang yang mengingkari seruan para rasul. Mereka akan ditimpa oleh malapetaka yang besar, sebagaimana telah ditimpakan kepada umat-umat dahulu.

Karena itu kaum Muslimin wajib mengambil pelajaran dan mengamalkan ayat-ayat tersebut agar tidak terkena ancaman Allah yang berupa azab dan malapetaka yang sangat dahsyat.


Baca Juga: Pengertian dan Penyebab Datangnya Musibah Menurut Al-Quran


Ayat 107

Tujuan Allah mengutus Nabi Muhammad yang membawa agama-Nya itu, tidak lain adalah memberi petunjuk dan peringatan agar mereka bahagia di dunia dan di akhirat. Rahmat Allah bagi seluruh alam meliputi perlindungan, kedamaian, kasih sayang dan sebagainya, yang diberikan Allah terhadap makhluk-Nya. Baik yang beriman maupun yang tidak beriman, termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Jika dilihat sejarah manusia dan kemanusiaan, maka agama Islam adalah agama yang berusaha sekuat tenaga menghapuskan perbudakan dan penindasan oleh manusia terhadap manusia yang lain.

Seandainya pintu perbudakan masih terbuka, itu hanyalah sekedar untuk mengimbangi perbuatan orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin. Sedangkan jalan-jalan untuk menghapuskan perbudakan disediakan, baik dengan cara memberi imbalan yang besar bagi orang yang memerdekakan budak maupun dengan mengaitkan kafarat/hukuman dengan pembebasan budak.

Perbaikanperbaikan tentang kedudukan perempuan yang waktu itu hampir sama dengan binatang, dan pengakuan terhadap kedudukan anak yatim, perhatian terhadap fakir dan miskin, perintah melakukan jihad untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan, semuanya diajarkan oleh Al-Qur’an dan Hadis. Dengan demikian seluruh umat manusia memperoleh rahmat, baik yang langsung atau tidak langsung dari agama yang dibawa Nabi Muhammad. Tetapi kebanyakan manusia masih mengingkari padahal rahmat yang mereka peroleh adalah rahmat dan nikmat Allah.

Ayat 108

Allah memerintahkan kepada Muhammad agar menyampaikan kepada orang kafir dan kepada orang yang telah sampai seruan kepadanya, bahwa pokok wahyu yang disampaikan kepadanya ialah tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.

Karena itu hendaklah manusia menyembah-Nya, jangan sekali-kali mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun seperti mengakui adanya tuhan-tuhan yang lain selain Dia, atau mempercayai bahwa selain Allah ada lagi sesuatu yang mempunyai kekuatan gaib seperti kekuatan Allah. Dan serahkanlah dirimu kepada Allah dengan memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada-Nya saja, dan ikutilah segala wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Ayat 109

Kemudian Allah mengingatkan Muhammad, akan tugasnya sebagai seorang Rasul, yaitu hanya menyampaikan agama Allah kepada manusia. Karena itu juga mereka tidak mengindahkan seruanmu, tidak mengikuti wahyu yang disampaikan kepada mereka, maka janganlah kamu bersedih hati, dan katakanlah kepada mereka bahwa kamu telah menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus, menuju kebahagiaan yang sempurna. Jika mereka tidak mau mengikuti dan menempuh jalan yang telah dibentangkan itu berati mereka ingin mendapat azab dari Allah.

Pada ayat lain Allah berfirman:

وَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ

Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, ”Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Yunus/10: 41)

Jika orang-orang kafir menanyakan kepada kamu Muhammad tentang kapan azab yang dijanjikan itu akan ditimpakan, maka katakanlah kepada mereka bahwa engkau tidak tahu menahu tentang waktunya, kapan azab itu akan ditimpakan, karena wewenang sepenuhnya berada di tangan Allah, dan tidak seorang pun yang mengetahuinya.

Ayat 110

Allah Maha Mengetahui segala yang dikatakan oleh orang-orang kafir tentang agama Islam, baik dikatakan secara terang-terangan atau pun dikatakan secara berbisik, dan Allah mengetahui tentang kebencian hati orang-orang kafir terhadap kaum Muslimin. Karena itu Dia akan memberikan balasan yang setimpal kepada orang-orang yang demikian.

Ayat 111

Allah memerintahkan pula agar Muhammad memberitahukan kepada orang kafir bahwa ia tidak mengetahui sedikit pun mengapa azab itu ditunda datangnya. Boleh jadi agar mereka menikmati segala kesenangan duniawi sampai kepada waktu yang ditentukan Allah, maka Allah akan menimpakan azab secara tiba-tiba tanpa diketahui darimana datangnya.

Ayat 112

Karena orang musyrik Mekah semakin hari bertambah-tambah kezaliman mereka, maka Muhammad berdoa kepada Tuhan agar Dia segera menimpakan azab kepada mereka. Permohonan Muhammad ini dikabulkan Allah dengan kekalahan orang musyrik pada beberapa peperangan yang terjadi antara kaum Muslimin dengan kaum musyrik.

Qatadah berkata, “Para nabi dahulu berdoa”:

رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ

Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil). Engkaulah pemberi keputusan terbaik.” (al-A’rāf/7: 89).

Maka Rasulullah saw diperintahkan Allah untuk mengucapkan doa yang demikian itu.

(Tafsir Kemenag)

 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...