BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Hajj Ayat 41-45

Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 41-45

Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 41-45 menjelaskan sikap teguh yang dimilki orang-orang mukmin saat teraniaya, berkat keyakinan mereka kepada Allah, akhirnya sedikit demi sedikit kekuatan untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya pun terunaikan, seperti shalat, zakat, dan menggaungkan amar ma’ruf nahi munkar.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 40


Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 41-45 juga menjelaskan bahwa ayat 42-43 diturunkan sebagai pelipur lara untuk Nabi dan Sahabatnya, supaya tidak bersedih hati menghadapi setiap ujian. Mereka kembali diingatkan dengan kisah-kisah Nabi serta kaum terdahulu yang juga mengalami hal serupa, dan Allah menjamin keamanan dan ketentraman bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa beriman.

Sementara, bagi kaum yang inkar, menyekutukan Allah, lagi memusuhi utusan-utusan-Nya, mereka adalah kaum yang merugi, dan Allah pun menjanjikan azab-Nya, sebagaimana yang telah dialami oleh umat para Nabi terdahulu. Demikianlah yang diterangkan dalam Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 41-45.

Ayat 41

Kemudian Allah menerangkan sifat-sifat orang yang diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar itu. Mereka ialah para sahabat beserta Nabi Muhammad saw, yang kepada mereka Allah telah menjanjikan kemenangan. Jika kemenangan telah mereka peroleh, mereka tidak seperti orang-orang musyrik dan orang-orang yang gila kekuasaan tetapi mereka akan tetap melaksanakan:

  1. Salat pada setiap waktu yang telah ditentukan sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Mereka benar-benar telah yakin, bahwa salat itu tiang agama, merupakan tali penghubung yang langsung antara Allah dengan hamba-Nya, mensucikan jiwa dan raga, mencegah manusia dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar serta merupakan perwujudan takwa yang sebenarnya.
  2. Mereka menunaikan zakat. Mereka meyakini bahwa di dalam harta si kaya terdapat hak orang-orang fakir dan miskin. Karena itu mereka dalam menunaikan zakat itu bukanlah karena mereka mengasihi orang-orang fakir dan miskin, tetapi semata-mata untuk menyerahkan hak orang fakir dan miskin yang terdapat dalam harta mereka. Jika mereka diangkat sebagai penguasa, mereka berusaha agar hak orang-orang fakir dan miskin itu benar-benar sampai ke tangan mereka.
  3. Perintah untuk menyuruh manusia berbuat makruf dan mencegah perbuatan mungkar. Mereka mendorong manusia mengerjakan amal saleh, memimpin manusia melalui jalan lurus yang dibentangkan Allah. Mereka sangat benci kepada orang-orang yang biasa melanggar larangan-larangan Allah.

Amat benarlah janji Allah. Mereka memperoleh kemenangan yang telah dijanjikan itu. Mereka ditetapkan Allah sebagai pengurus urusan duniawi dan pemimpin umat beragama dengan baik. Dalam waktu yang singkat kaum Muslimin telah dapat menguasai daerah-daerah di luar Jazirah Arab.

Tindakan mereka sesuai dengan firman Allah:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ   ١١٠

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Āli ‘Imrān/3: 110)


Baca Juga: Surah Ali Imran [3] Ayat 14: Kecenderungan Alamiah Manusia Terhadap Duniawi Harus Dikontrol


Ayat 42-44

Ayat-ayat ini merupakan penawar hati Nabi Muhammad saw dan hati para sahabat yang sedang susah dan gundah akibat tindakan sewenang-wenang yang dilakukan orang-orang musyrik Mekah terhadap mereka.

Seakan-akan Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad, hai Muhammad jika orang-orang musyrik Mekah mendustakanmu, tidak mengindahkanmu, bahkan menentang seruan engkau, berbuat kerusakan di muka bumi, menyakiti dan menyiksa para sahabatmu dengan cara yang beraneka ragam.

Janganlah kamu bersedih hati, janganlah putus asa dan kuatkanlah hatimu dalam menghadapi mereka, karena umat-umat dahulu pun telah mendustakan para rasul yang diutus kepada mereka, tetapi Aku memberikan pertolongan kepada mereka, sehingga kemenangan berada pada mereka.

Allah berfirman:

حَتّٰٓى اِذَا اسْتَا۟يْـَٔسَ الرُّسُلُ وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوْا جَاۤءَهُمْ نَصْرُنَاۙ فَنُجِّيَ مَنْ نَّشَاۤءُ ۗوَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ

Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada mereka (para rasul) itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang yang Kami kehendaki. Dan siksa Kami tidak dapat ditolak dari orang yang berdosa. (Yusuf/12: 110)

Demikianlah Nuh as telah didustakan oleh kaumnya, mereka mengancam dan mendurhakainya, termasuk anaknya sendiri. Nabi Hud as telah didustakan oleh kaumnya, yaitu kaum ‘Ād, Nabi Saleh oleh kaumnya, yaitu kaum Samud, begitu pula Ibrahim, Lut, Syu`aib.

Semuanya didustakan oleh kaumnya, disakiti dan disiksa, tetapi mereka tetap tabah dan sabar. Semakin keras siksa dan penentangan dari kaumnya, semakin bertambah kuat iman mereka. Akhirnya kemenangan berada di pihak mereka.

Musa telah didustakan oleh Fir`aun dan kaumnya, mereka tidak mempercayai semua mukjizat yang diperlihatkan Musa, sekalipun mereka tidak dapat mengalahkan Musa as atau mendatangkan mukjizat seperti mukjizat Nabi Musa itu.

Karena mereka tetap ingkar, maka sunnah Allah berlaku bagi mereka, yaitu Allah menolong orang-orang yang beriman dan menghancurkan semua orang kafir yang durhaka kepada-Nya, pada saat yang ditentukan-Nya.

Perhatikanlah sejarah umat-umat dahulu yang menentang para rasul yang diutus kepada mereka, akhirnya semua ditimpa malapetaka yang dahsyat, sehingga kesombongan, kegembiraan dan kesenangan yang ada pada mereka beralih seketika menjadi kesedihan dan kesengsaraan yang tiada taranya.

Kemudian setelah mengalami malapetaka yang dahsyat itu, di akhirat mereka akan ditimpa azab yang pedih. Mengubah suatu kemewahan dan kesenangan menjadi suatu kesengsaraan dan penderitaan, suatu kemenangan berubah menjadi suatu kekalahan dalam waktu yang sangat singkat amatlah mudah bagi Allah Yang Mahakuasa dan Maha Bijaksana melakukannya.

Allah berfirman:

اِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيْدٌ ۗ

Sungguh, azab Tuhanmu sangat keras. (al-Buruj/85: 12)

Dan firman Allah:

وَكَذٰلِكَ اَخْذُ رَبِّكَ اِذَآ اَخَذَ الْقُرٰى وَهِيَ ظَالِمَةٌ  ۗاِنَّ اَخْذَهٗٓ اَلِيْمٌ شَدِيْدٌ  ١٠٢

Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat. (Hud/11: 102)

Ayat 45

Ayat ini menerangkan bahwa banyak negeri yang telah dibinasakan Allah, karena penduduknya menyekutukan Allah, membuat kerusakan di muka bumi dan berlaku zalim. Banyak negeri yang dihancur luluhkan, atap-atap rumahnya roboh, kemudian ditimpa oleh reruntuhan dindingdindingnya.

Banyak sumur-sumur yang tidak dipergunakan lagi oleh pemiliknya disebabkan para pemiliknya telah meninggal atau musnah bersamasama dengan musnahnya negeri-negeri itu, karena kedurhakaan mereka kepada Allah.

Demikian pula banyak istana-istana dan mahligai-mahligai menjulang tinggi yang telah kosong, tidak berpenghuni lagi, karena penghuni-penghuninya yang angkuh dan sewenang-wenang itu telah musnah.

Semuanya itu bagi mereka merupakan imbalan dari kedurhakaan dan keganasan mereka dan menjadi pelajaran yang berharga, bagi manusia yang datang kemudian, yang ingin memperoleh kebahagian di dunia dan di akhirat.

 (Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al-Hajj Ayat 46-47


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...