Tafsir Surah al-Hijr Ayat 66-72 masih melanjutkan kisah Nabi Luth, bahwa upaya pembinasaan terhadap kaumnya sudah Allah ceritakan, dan tibalah hari yang dimaksud. Ketika para malaikat datang bertamu, kaum durhaka itupun hadir di rumah Luth guna mengajak para tamu yang tampan itu melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Meski sudah diperingatkan oleh Luth, akan tetapi mereka tidak menggubrisnya, justru menentang peringatan tersebut dengan angkuh.
Baca Sebelumnya : Tafsir Surah al-Hijr Ayat 57-65
Ayat 66
Dalam ayat ini diterangkan bahwa sebelum kedatangan para malaikat, Allah telah mewahyukan kepada Luth a.s. tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sebelum dan sesudah azab yang ditimpakan kepada kaumnya.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa setelah para malaikat memberi penjelasan kepada Luth a.s. tentang beban yang ditugaskan Allah kepada mereka, dan mendengar perintah-perintah malaikat yang diberikan kepada beliau, dan sesuai dengan wahyu yang telah diturunkan Allah, beliau percaya bahwa azab yang akan ditimpakan pada kaumnya oleh para malaikat benar-benar akan terjadi.
Sebab itu juga, beliau mengikuti dengan khidmat perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk yang diberikan para malaikat itu dalam usaha menghindarkan orang-orang yang beriman dari malapetaka yang mengerikan itu.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-A’raf Ayat 80-81: Benarkah Kaum Nabi Luth Homoseksual?
Ayat 67-71
Ketika kaum Luth, penduduk kota Sodom, mendengar bahwa Luth kedatangan tamu-tamu yang gagah, mereka pun bergembira. Timbullah hawa nafsu jahat mereka untuk berbuat homoseksual dengan tamu-tamu itu, yang merupakan kebiasaan buruk yang selalu mereka lakukan.
Melihat tingkah laku kaumnya, Luth a.s. berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pemuda-pemuda yang kamu datangi dan kamu ajak melakukan perbuatan mesum adalah tamu-tamuku.
Aku harus menghormati dan memuliakan tamu-tamuku itu, janganlah kamu melakukan perbuatan mesum dengan mereka, karena tindakan kamu itu akan memberi malu kepadaku. Bertakwalah kamu kepada Allah, peliharalah dirimu dari siksaan-Nya, dan janganlah kamu memperkosa mereka.”
Kaum Luth menentang dan mengancam Nabi Luth karena perkataannya itu dengan mengatakan, “Bukankah kami pernah melarangmu untuk melindungi tamu-tamu yang datang ke sini dari keinginan dan perbuatan yang akan kami lakukan terhadap mereka.”
Perkataan kaum Luth ini memberikan isyarat bahwa kaum Luth itu selalu memaksa tamu-tamu yang datang ketika itu agar bersedia melakukan perbuatan homoseksual dengan mereka. Perbuatan keji itu dilarang oleh Luth. Akan tetapi, mereka tidak menghiraukan larangan itu, bahkan mereka mengancam Luth dengan suatu hukuman, seandainya Luth masih mencampuri urusan mereka itu.
Tetapi Luth masih memperingatkan mereka dan menawarkan kepada mereka putri-putrinya untuk mereka nikahi, karena itulah yang sesuai dengan sunatullah. Beliau berkata:
“Hai kaumku, menikahlah dengan putri-putriku. Janganlah kamu melakukan perkawinan dengan orang yang sejenis denganmu, karena kawin dengan orang yang sejenis itu diharamkan Allah. Lakukanlah perbuatan yang halal dan sesuai dengan sunatullah.
Allah sengaja menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka menikah dan memiliki keturunan. Jika kamu terus berbuat demikian, niscaya kamu tidak akan memiliki keturunan dan jenis manusia akan punah dari muka bumi.”
Dalam ayat ini, Luth a.s. menyebut “putri-putriku”. Maksudnya ialah “para pengikutnya yang wanita” karena seorang nabi biasa menyebut kaumnya dengan anak-anaknya dan istri nabi adalah ibu dari umatnya sebagaimana firman Allah:
اَلنَّبِيُّ اَوْلٰى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ وَاَزْوَاجُهٗٓ اُمَّهٰتُهُمْ ۗ
Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. (al-Ahzab/33: 6).
Jika istri-istri nabi adalah ibu orang-orang yang beriman, tentulah nabi sendiri adalah bapak mereka dan seluruh umatnya adalah putra-putrinya.
Ayat 72
Ayat ini menerangkan penegasan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw bahwa perbuatan homoseksual dan lesbian yang dilakukan kaum Luth benar-benar perbuatan keji dan sesat, karena itu wajib dijauhi dan ditinggalkan.
Orang Arab biasa bersumpah dengan menyebut umur seseorang. Dalam ayat ini Allah swt bersumpah dengan umur dan kehidupan Nabi Muhammad saw yang tujuannya ialah untuk menunjukkan keutamaan Nabi Muhammad saw.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang bersumpah dalam ayat ini ialah para malaikat. Mereka menyatakan perbuatan kaum Luth yang demikian itu keterlaluan.
Akan tetapi, pendapat ini dibantah oleh riwayat yang mengatakan bahwa Allah swt tidak pernah bersumpah dengan menyebut umur nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain, kecuali menyebut umur Nabi Muhammad saw. Hal ini semata-mata untuk menunjukkan keutamaan Nabi Muhammad.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al Hijr Ayat 73-76