BerandaTafsir TahliliTafsir Surah al-Hijr Ayat 85-87

Tafsir Surah al-Hijr Ayat 85-87

Usai menceritakan kisah beberapa kaum yang durhaka, Tafsir Surah al-Hijr Ayat 85-87 berbicara tentang proses Allah menciptakan langit, bumi, beserta isinya. Allah juga menegaskan bahwa Dia pula yang memelihara, menjaga, menentukan segala sesuatu yang dikehendaki, bahkan mengetahui setiap karakter hamba-hamba-Nya.


Baca Sebelumnya : Tafsir Surah al-Hijr Ayat 79-84


Setelah pada tafsir sebelumnya Allah mengisahkan hinaan kaum pendurhaka kepada para rasul Allah dan siksaan yang ditimpakanNya kepada mereka. Maka dalam Tafsir Surah al-Hijr Ayat 85-87 ini Allah menjelaskan anugerah yang diberikan-Nya kepada Nabi Muhammad.

Ayat 85

Ayat ini menerangkan bahwa Allah menciptakan semua yang ada di langit dan di bumi ini, bukan untuk berbuat aniaya dan zalim kepada seluruh penduduk atau makhluk, seperti yang dilakukan terhadap umat dahulu yang durhaka.

Allah menciptakan benda-benda tersebut dengan maksud dan tujuannya, sesuai dengan pengetahuan dan kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Demikian pula kisah-kisah umat yang dahulu disampaikan agar dijadikan iktibar, tamsil, dan ibarat bagi orang-orang yang mau percaya kepada kekuasaan dan kebesaran Allah.

Kemudian Allah swt menegaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan sedikit pun, karena pada waktu itulah Allah menyem-purnakan balasannya kepada manusia sesuai dengan perbuatan yang telah mereka lakukan. Perbuatan baik dibalas dengan surga, sedang perbuatan buruk dibalas dengan azab neraka.

Allah memperingatkan bahwa jika manusia tidak mau beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad, serta tidak mau mengambil pelajaran dan pengalaman yang telah dialami umat-umat yang dahulu, maka Rasul diperintahkan untuk berpaling dari mereka, dan memperlihatkan sikap yang baik, budi pekerti yang tinggi, serta memaafkan tindak-tanduk mereka yang tidak wajar terhadapnya.

Ayat ini menerangkan sikap-sikap yang harus dimiliki oleh seorang dai khususnya dan seluruh kaum Muslimin pada umumnya dalam menyampai-kan agama Allah dan menghadapi orang-orang yang durhaka. Kaum Muslimin hanya berkewajiban menyampaikan agama Allah, dan tidak diharuskan untuk memaksa dan menjadikan mereka (orang-orang durhaka) beriman, yang menjadikan iman dan kafirnya seseorang hanyalah Allah.


Baca Juga: Hikmah Penciptaan Jagat Raya Selama Enam Hari dalam Al-Quran


Ayat 86

Selanjutnya Allah menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta, dan Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak atau yang tidak, yang nyata dan yang disembunyikan dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Ayat 87

Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menurunkan kepada Nabi Muhammad “as-sab’ul matsani” (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’an yang agung. Tidak diterangkan dalam ayat ini yang dimaksud dengan “as-sab’ul matsani” dan “Al-Qur’an yang agung itu”.

Tetapi, ada hadis menerangkan bahwa yang dimaksud dengan as-sab‘ul matsani dan Al-Qur’an yang agung itu ialah Surah al-Fatihah. Hadis itu ialah:

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْمُعَلَّى قَالَ: مَرَّ بِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أُصَلِّى فَدَعَانِيْ فَلَمْ اٰتِهِ حَتَّى صَلَّيْتُ فَأَتَيْتُهُ فَقَالَ: مَا مَنَعَكَ أَنْ تَأْتِيَنِيْ فَقُلْتُ كُنْتُ أُصَلِّى فَقَالَ: اَلَمْ يَقُلِ اللهُ: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا ِللهِ وَ لِلرَّسُوْلِ ثُمَّ قَالَ: اَلاَ أُعَلِّمُكُ اَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِى الْقُرْاٰنِ قَبْلَ اَنْ اَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ فَذَهَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيَخْرُجَ فَذَكَرْتُهُ فَقَالَ: اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِيّ وَالْقُرْاٰنُ الْعَظِيْمُ الَّذِيْ أُوْتِيْتُهُ. (رواه البخاري)

Dari Abi Said Al-Mu‘alla ia berkata, “Telah lewat di hadapanku Nabi saw sedang saya dalam salat, maka dia memanggilku dan aku tidak mendatanginya hingga aku selesai salat. Kemudian aku datang kepadanya, kemudian Nabi berkata, “Kenapa engkau tidak datang kepadaku.” Aku menjawab, “Aku sedang salat.” Beliau berkata, “Bukanlah Allah telah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman perkenankanlah seruan Allah dan rasul,” kemudian beliau berkata, Ketahuilah! Aku akan mengajarkan kepadamu surah yang paling agung di dalam Al-Qur’an, sebelum aku keluar dari mesjid ini.” Maka Nabi saw pergi untuk keluar lalu beliau kuingatkan, maka katanya,”Al-hamdu lillahi rabbil-‘alamin adalah “as-sab’ul-matsani” dan “Al-Qur’an yang agung” yang telah diberikannya kepadaku.” (Riwayat al-Bukhari)

Pada hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda:

أُمُّ الْقُرْاٰنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْاٰنُ الْعَظِيْمُ. (رواه البخاري)

Ummul-Qur’an itu ialah as-sab’ul-matsani dan Al-Qur’an yang Agung. (Riwayat al-Bukhari).

Banyak hadis sahih lain yang menerangkan bahwa as-sab’ul-matsani dan Al-Qur’an yang Agung adalah nama-nama lain dari Surah al-Fatihah.

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan as-sab’ul matsani dalam ayat di atas ialah as-sab’u at-Thiiwal (tujuh surah Al-Qur’an yang terpanjang ayat-ayatnya), yaitu Surah al-Baqarah, Ali ‘Imran, al-Ma’idah, an-Nisa’, al-A’raf, al-An’am, dan at-Taubah atau al-Anfal.

Surah-surah yang tujuh itu disebut as-sab’ul-matsani, karena dalam surah yang tujuh itu diulang-ulang penyebutan kisah-kisah, hukum-hukum, ketauhidan, dan lain-lain. Akan tetapi, pendapat ini bertentangan dengan hadis-hadis sahih di atas. Sementara itu, sebagian dari surah as-sab’u at-Thiwal diturunkan di Medinah, sedangkan ayat yang menerangkan tentang as-sab’ul-matsni ini adalah Makkiyah.

Disebut as-sab’ul-matsani (tujuh berulang-ulang) karena Surah al-Fatihah itu terdiri atas tujuh ayat yang diulang-ulang membacanya pada tiap-tiap rakaat dalam salat. Seorang muslim sekurang-kurangnya salat tujuh belas rakaat dalam sehari semalam.

Oleh karena itu, mereka sekurang-kurangnya membaca al-Fatihah tujuh belas kali dalam sehari semalam. Disebut Al-Qur’an yang agung karena isi Surah al-Fatihah itu merupakan pokok-pokok isi dari seluruh Al-Qur’an, dan sesuai pula dengan maksud hadis di atas.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Al Hijr Ayat 88-99


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...