Tafsir Surah Al-Qalam ayat 19-32 melanjutkan kisah tentang pemilik kebun pada tafsir ayat sebelumnya. Karena keserakahan dengan tidak mengeluarkan hak-hak orang miskin dari kebun mereka layaknya ayahanda mereka terdahulu. Dalam Tafsir Surah Al-Qalam ayat 19-32 ini dikisahkan bahwa Allah memberi pelajaran kepada mereka dengan terbakar seluruh buah-buahan yang siap dipetik pada malam hari. Selanjutnya Tafsir Surah Al-Qalam ayat 19-32 berikut ini……
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Qalam ayat 14-18
Ayat 19-20
Ketentuan dan kehendak Allah pasti berlaku tanpa seorang pun yang dapat menghalanginya. Maka pada malam hari, dengan ketetapan dan kehendak Allah, datanglah petir yang membakar seluruh kebun mereka. Tidak ada satu pun yang tinggal, semua hangus terbakar. Kejadian tersebut terjadi ketika para pemilik kebun itu sedang tidur nyenyak, sehingga tidak seorang pun yang tahu bahwa kebunnya telah habis terbakar. Mereka lalai dan tidak ingat kepada Allah, Tuhan yang memberi rezeki kepada mereka.
Ayat 21-25
Setelah bangun pada pagi harinya, mereka saling memanggil dan mengajak untuk pergi ke kebun guna memetik hasilnya. Setelah berkumpul, mereka pun berangkat dan berjalan dengan sembunyi-sembunyi sambil berbisik-bisik di antara mereka, “Jangan biarkan seorang pun di antara orang-orang miskin itu datang ke kebun kita seperti dulu ketika ayah masih hidup. Hendaknya seluruh panen kebun ini dapat kita manfaatkan untuk keperluan kita sendiri.” Mereka pergi ke kebun pagi-pagi sekali dengan maksud agar orang-orang miskin tidak masuk ke kebun mereka dan mereka sangat yakin akan dapat memetik seluruh hasil kebun itu.
Ayat 26
Setelah sampai di kebun, mereka pun tercengang karena kebun itu telah musnah dan habis terbakar. Mereka mengira bahwa yang terbakar itu bukan kebun mereka, karena kebun mereka yang dipenuhi tanaman-tanaman yang subur dan buahnya lebat, telah waktunya untuk dipetik.
Ayat 28
Salah seorang di antara mereka yang pernah memperingatkan mereka sebelumnya berkata, “Bukankah telah aku anjurkan sebelum ini agar kita semua melakukan yang biasa dilakukan bapak kita dahulu, yaitu selalu bertasbih kepada Tuhan dan mensucikan-Nya, selalu mensyukuri setiap nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita dengan memberikan sebagian dari hasilnya kepada yang berhak menerima, dan selalu berdoa kepada-Nya agar kita selalu dilimpahi berkah dan karunia-Nya. Akan tetapi, kamu sekalian tidak mengacuhkan sedikit pun anjuranku itu.”
Ayat 29
Mereka mengakui kesalahan dan kekhilafan mereka dengan menyatakan bahwa Allah membinasakan kebun itu bukan karena kezaliman-Nya terhadap mereka, tetapi karena mereka sendiri yang telah menganiaya diri sendiri dengan tidak memberikan hak fakir dan miskin.
Ayat 30
Mereka kemudian saling menyalahkan dengan mengatakan, “Kamulah yang menganjurkan agar kita semua tidak lagi memberikan hak-hak orang kafir dan miskin yang biasa diberikan ayah kita dahulu.”
Ayat 31-32
Setelah saling menyalahkan, akhirnya mereka menyesali diri masing-masing. Mereka lalu menyadari bahwa tindakan dan sikap merekalah yang mengundang nasib yang demikian. Mereka berkata, “Sesungguhnya kamilah yang bersalah. Kami telah melanggar garis-garis yang telah ditetapkan Allah dengan tidak memberikan hak-hak fakir-miskin, yang ada pada harta kami. Mudah-mudahan Allah menganugerahkan kepada kami kebun yang lebih baik dari yang telah musnah ini. Kami benar-benar akan bertobat, tunduk, dan patuh menjalankan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Semoga Allah menganugerahkan yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.”
Menurut riwayat dari Mujahid, setelah mereka bertobat, maka Allah menganugerahkan kebun yang lebih baik dari kebun mereka yang musnah dan mengabulkan doa-doa mereka.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Qalam ayat 33-34