Tafsir Surah an-Naba’ Ayat 31-40 berbicara mengenai kenikmatan surgawi. Nikmat yang betul-betul diangankan sebagai kenyamanan ketika di dunia. Angan-angan itu kelak akan terwujud ketika di surga.
Baca juga: Tafsir Surah an-Naba’ Ayat 22-30
Beberapa contoh nikmat yang digambarkan oleh Tafsir Surah an-Naba’ Ayat 31-40 ini adalah kebun-kebun kurma dan buah lainnya seperti anggur yang lezat. Selain penggambaran kebutuhan jasmani ada juga penggambaran kebutuhan rohani. Misalnya disediakan bidadari bagi laki-laki. Semua kenikmatan itu tidak akan didapat tanpa ketakwaan yang tulus.
Ayat 31
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang bertakwa itu benar-benar akan mendapat kemenangan dan kebahagiaan dengan penghormatan dan pahala yang besar di dalam surga.
Ayat 32
Di dalamnya terdapat berbagai nikmat, antara lain berupa kebun-kebun kurma dan buah anggur yang sangat lezat rasanya, cocok dengan selera, dan sedap dalam pandangan mata.
Ayat 33
Lalu diterangkan pula bahwa di dalam surga itu terdapat pula banyak bidadari yang cantik, montok, dan sebaya usianya. Kesenangan bergaul dengan kaum wanita yang biasanya merupakan kesenangan yang memuncak di dunia, akan dialami pula oleh ahli surga dengan cara yang lebih sempurna, tetapi tidak dapat dibayangkan bagaimana terjadinya nanti.
Ayat 34
Di dalamnya juga terdapat hidangan-hidangan minuman yang dikemas dalam gelas-gelas yang penuh. Dalam firman Allah yang lain dinyatakan:
وَيُسْقَوْنَ فِيْهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيْلًاۚ ١٧
Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe. (al-Insan/76: 17)
Ayat 35
Di dalam surga itu, mereka tidak mendengar perkataan yang tidak berarti atau sia-sia dan tidak pula perkataan yang dusta walaupun mereka meminum arak, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:
يَتَنَازَعُوْنَ فِيْهَا كَأْسًا لَّا لَغْوٌ فِيْهَا وَلَا تَأْثِيْمٌ ٢٣
(Di dalam surga itu) mereka saling mengulurkan gelas yang isinya tidak (menimbulkan) ucapan yang tidak berfaedah ataupun perbuatan dosa. (at-Tµr/52: 23)
Ayat 36
Dalam ayat ini diterangkan bahwa kemenangan dan kebahagiaan yang besar itu adalah pemberian yang banyak dari Allah, sebagai rahmat dan karunia-Nya kepada hamba yang taat kepada-Nya.
Ayat 37
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dialah Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan segala yang berada di antaranya dengan sifat-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Pemurah. Keagungan Allah pada hari Kiamat itu tampak sekali, tidak seorang pun yang akan berbicara dengan Allah, melainkan dengan izin-Nya.
Baca juga: Keistimewaan Jahe (Zanjabil) dalam Al-Qur’an
Ayat 38
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa pada hari Kiamat itu Malaikat Jibril dan para malaikat lainnya berdiri bersaf-saf menunggu perintah Allah. Mereka tidak berkata apa pun kecuali setelah diberi izin oleh Allah Yang Maha Pemurah. Kata-kata yang mereka ucapkan pun ketika itu hanya kata-kata yang benar.
Ayat 39
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa hari Kiamat itu pasti terjadi dan persoalan-persoalan yang tadinya tertutup atau tersembunyi pasti akan diungkapkan. Begitu pula apa-apa yang tersimpan dalam hati manusia, pada hari itu pasti diperlihatkan.
Oleh karena itu, Allah mendorong mereka agar bertambah dekat kepada-Nya dan melakukan perbuatan yang menjauhkan diri dari azab-Nya. Dengan demikian, ia pasti menempuh jalan kembali kepada Tuhannya dengan penuh kebahagiaan.
Ayat40
Ayat ini memberi peringatan kepada orang-orang kafir bahwa sesungguhnya Allah telah memberi peringatan kepada mereka dengan siksaan yang dekat.
Setiap orang harus mengerti bahwa apa saja yang akan dialaminya telah dekat waktu terjadinya. Soal jarak waktu bukanlah suatu hal yang penting, tetapi yang penting adalah peristiwa itu pasti akan dialaminya.
Maka seorang yang berakal sehat selalu bersiap-siap untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang akan dijumpainya. Pada hari itu, manusia akan melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, sebagaimana dijelaskan pula dalam firman Allah:
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا ۛوَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوْۤءٍ ۛ تَوَدُّ لَوْ اَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهٗٓ اَمَدًاۢ بَعِيْدًا
(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan (hari) itu. (Ali Imran/3: 30)
Pada hari itu, orang kafir akan berkata dengan penuh kesedihan dan penyesalan, “Andai kata aku dahulu di dunia hanya menjadi tanah, dan tidak menjadi manusia yang durhaka kepada Tuhan.”
Baca setelahnya: Tafsir Surah an-Nazi’a’t Ayat 1-10
(Tafsir Kemenag)