Tafsir Surah An-Nahl Ayat 71-74 berbicara mengenai tiga hal. Pertama mengenai perbedaan dalam pembagian rizki di antara makhluknya. Kedua mengenai ciptaan yang berpasang-pasangan. Ketiga mengenai ke-Esaan Allah.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah An-Nahl Ayat 69-70
Ayat 71
Setelah Allah menjelaskan perbedaan usia manusia dalam ayat ini, Ia menyebutkan perbedaan rezeki mereka. Allah swt menjelaskan bahwa Allah melebihkan rezeki sebagian manusia dari sebagian yang lain.
Ada manusia yang kaya, ada pula yang fakir, ada manusia yang menguasai sumber-sumber rezeki, dan ada manusia yang tidak memperoleh rezeki yang memadai bagi kehidupannya. Semuanya bertujuan agar satu sama lain saling menolong karena saling membutuhkan.
Kemudian Allah swt menjelaskan bahwa di antara orang-orang yang diberi rezeki lebih, ada yang tidak mau memberikan sedikit pun rezekinya kepada orang-orang yang bekerja padanya yang semestinya mendapat bagian dari mereka.
Padahal di antara orang-orang yang menguasai dan dikuasai, di antara tuan dan budak sama-sama berhak atas rezeki itu. Oleh karenanya, sepantasnyalah rezeki itu didistribusikan secara adil dan merata kepada semua pihak.
Apabila pemilik modal merasa berhak mendapat keuntungan karena modal yang dimilikinya, pekerja hendaknya diberi penghasilan sesuai dengan kemampuannya, supaya pemilik modal dan pekerja sama-sama menikmati sumber-sumber penghasilan itu.
Allah swt berfirman:
ضَرَبَ لَكُمْ مَّثَلًا مِّنْ اَنْفُسِكُمْۗ هَلْ لَّكُمْ مِّنْ مَّا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ مِّنْ شُرَكَاۤءَ فِيْ مَا رَزَقْنٰكُمْ فَاَنْتُمْ فِيْهِ سَوَاۤءٌ تَخَافُوْنَهُمْ كَخِيْفَتِكُمْ اَنْفُسَكُمْۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri. Apakah (kamu rela jika) ada di antara hamba-sahaya yang kamu miliki, menjadi sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara dengan mereka dalam hal ini, lalu kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada sesamamu. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengerti. (ar-Rµm/30: 28)
Di akhir ayat, Allah mengingatkan bahwa semua itu adalah nikmat-Nya. Oleh karena itu, mereka seharusnya mensyukuri nikmat itu dengan tidak memonopoli sumber-sumber penghasilan itu untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
Baca juga: Tafsir Ahkam: Bolehkah Berwudhu dengan Cairan Lain Selain Air Mutlak?
Ayat 72
Kemudian Allah menjelaskan nikmat-Nya, yaitu bahwa Allah swt telah menciptakan pasangan untuk mereka dari jenis mereka sendiri. Pasangan-pasangan itu merupakan mitra dalam kerja sama membina keluarga dan masyarakat.
Dengan pasangan itu, manusia dapat memiliki keturunan untuk memelihara dan mengembangkan jenis manusia dalam mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi ini. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dialah yang telah memberi mereka rezeki dalam makanan dan minuman yang baik dan berguna.
Oleh karena itu, manusia tidak boleh takut akan kesulitan memperoleh rezeki karena anak. Sebaliknya, mereka harus mendidik anak-anak itu agar mampu nantinya setelah dewasa untuk menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
Di akhir ayat, Allah swt mencela orang-orang kafir yang mempercayai berhala-berhala sebagai tuhan, padahal berhala-berhala itu tidak bisa berbuat apa-apa. Sedangkan nikmat Allah mereka ingkari seakan-akan rezeki itu bukan dari Allah.
Ayat 73
Selanjutnya Allah swt menjelaskan bahwa orang-orang musyrik menyembah patung-patung atau tuhan-tuhan lain selain Allah, padahal tuhan-tuhan mereka itu tidak mampu memberi mereka rezeki dari langit seperti menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman, dan sebagainya.
Patung-patung itu tidak memiliki kekuatan apa punkarena patung-patung itu adalah benda mati. Patung-patung tidak mungkin memberikan keuntungan apapun, bahkan seandainya dihancurkan, ia tidak dapat berbuat apa-apa.
Ayat 74
Allah melarang hamba-Nya menyamakan sifat-sifat Allah dengan makhluk-Nya, karena sifat-sifat Allah itu tidak dapat disamai dan ditandingi.
Untuk memperkuat pengertian ayat ini, dapat dikemukakan sebuah riwayat dari Ibnu Munzir dan Abi Hatim dari Ibnu Abbas bahwa dia berkata mengenai arti ayat itu bahwa Allah berfirman, “Makanya jangan kamu beranggapan adanya tuhan-tuhan lain selain Aku, karena sesungguhnya tidak ada tuhan selain Aku.”
Kemudian Allah swt menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi. Dia mengetahui kejahatan yang dilakukan oleh makhluk-Nya dan Dia pulalah yang berkuasa untuk menghukum mereka dengan siksaan yang pedih. Mereka tidak mengetahui sedikit pun siksaan apa yang harus mereka rasakan.
Baca setelahnya: Tafsir Surah An-Nahl Ayat 75-76
(Tafsir Kemenag)
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/harushttps://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/harus