Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 69-74 berbicara tentang penyebab orang kafir menerima azab dari Allah Swt. Oleh karena itu, Allah meminta orang beriman supaya belajar dari peristiwa tersebut, dan belajar pula dari peristiwa-peristiwa masa lalu yang dialami oleh umat terdahulu. Dengan demikian, kesalahan yang serupa bisa dihindari dan tidak terulangi kembali.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah As-Shaffat Ayat 58-68
Ayat 69-70
Pada ayat ini Allah menerangkan sebab orang-orang kafir itu terjerumus ke dalam penderitaan azab yang sangat berat. Yaitu bahwa mereka sesudah mendengar seruan yang disampaikan Nabi Muhammad saw, benar-benar mengetahui dan menyadari kesesatan nenek moyang mereka tanpa mengindahkan peringatan Rasulullah saw.
Mereka terlalu terburu-buru dan fanatik mengikuti nenek moyang sehingga pikiran yang sehat dikesampingkan, seolah-olah mereka tidak sempat merenungkan peringatan-peringatan Rasul.
Kelakuan demikian itu sangat tercela karena tidak saja merugikan bagi pelakunya tetapi juga generasi-generasi yang hidup berikutnya.
Kemunduran dan kehancuran akan menimpa umat, bilamana daya berpikir dan berprakarsa tidak berkembang pada mereka.
Kebahagiaan akan dapat dicapai bilamana umat itu terus-menerus mengembangkan daya berpikir mereka dengan pengamatan dan penelitian kehidupan spiritual dan material.
Ayat 71
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sebagian besar umat-umat zaman dahulu sebelum Nabi Muhammad saw telah sesat.
Mereka menyembah berhala dan mempersekutukannya dengan Tuhan dan seringkali berbuat kerusakan di atas bumi dengan mengadakan peperangan. Hidup mereka didasarkan atas hawa nafsu dan angkara murka.
Pemimpin-pemimpin mereka dan pembesar-pembesar negara berlaku aniaya dan menindas rakyat dengan kerja paksa membangun istana-istana dan kuil-kuil tempat penyembahan berhala dan makam-makam raja.
Bahkan ada di antara mereka yang mengaku Tuhan dan rakyat dipaksa menyembah mereka. Demikianlah kisah-kisah umat-umat zaman dahulu seperti kaum ‘Ad, Samud, raja Namrud, Fir’aun, dan lain-lainnya.
Baca Juga : Pesan Gus Ghofur Maimoen (2): Bersikap Moderat itu Memerlukan Introspeksi Diri
Ayat 72
Lalu Allah mengutus kepada umat-umat dahulu itu nabi-nabi dan rasul-rasul untuk menegakkan agama tauhid, menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.
Nabi-nabi itu merupakan pemberi peringatan yang berjuang untuk meluruskan jalan hidup manusia yang menyimpang dari fitrah kejadiannya.
Mereka menunjukkan kepada kaumnya jalan yang hak dan yang batil, jalan yang baik dan yang buruk, serta mengingatkan kepada mereka azab yang akan menimpa bila mereka tidak mau meninggalkan kesesatan dan tidak mau tunduk kepada kebenaran yang dibawa rasul-rasul.
Tetapi nabi-nabi dan rasul-rasul itu ditentang, didustakan dan dimusuhi, bahkan ada di antara mereka yang dianiaya sampai dibunuh.
Kehadiran para rasul di tengah-tengah mereka itu dipandang sebagai gangguan bagi kemantapan kehidupan mereka, karena itu mereka tetap dalam kesesatan dan kegelapan.
Kesudahannya datanglah azab Tuhan menimpa mereka sebagaimana diterangkan Allah dalam firman-Nya:
فَاَمَّا ثَمُوْدُ فَاُهْلِكُوْا بِالطَّاغِيَةِ ٥ وَاَمَّا عَادٌ فَاُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍۙ ٦
Maka adapun kaum Samud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras, sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. (al-Haqqah/69: 5-6)
Ayat 73-74
Pada ayat ini Allah menyerukan kepada Rasulullah saw dan umatnya untuk memperhatikan nasib kaum-kaum yang mendustakan rasul-rasul itu.
Bekas-bekas kehancuran mereka itu masih dapat disaksikan berupa peninggalan purbakala.
Dengan memperhatikan sejarah umat dahulu, mereka akan memperoleh pelajaran untuk merenungkan peringatan-peringatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
Tidaklah semua orang yang berada dalam kaum itu mengingkari utusan Tuhan yang datang kepada mereka dan mengalami siksaan sebagai balasan terhadap keingkaran kaum itu.
Tetapi di antara mereka terdapat hamba-hamba Allah yang beriman kepada-Nya dengan setulus hati beramal saleh, menaati segala perintah dan larangan-Nya. Mereka diselamatkan dari siksaan dan dianugerahi kebahagiaan dunia dan akhirat.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah As-Shaffat 75-79