BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Asy-Syura Ayat 12-13

Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 12-13

Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 12-13 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai kekuasaan Allah SWT. Kedua berbicara mengenai syariat yang diturunkan kepada manusia.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 11


Ayat 12

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi. Baik buruknya sesuatu ada di tangan Dia. Siapa saja yang dianugerahi rahmat, tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya.

Sebaliknya, siapa yang tidak diberi rahmat, tidak seorang pun yang dapat mendatangkan kepadanya. Dialah yang melapangkan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia pula yang membatasi rezeki kepada yang dikehendaki-Nya. Semua itu terjadi sesuai dengan kebijaksanaan-Nya berdasarkan kekuasaan-Nya yang luas dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu.

Agama Islam memerintahkan kepada para pemeluknya agar bekerja dan berusaha mencari nafkah untuk kehidupannya di dunia. Adapun hasilnya sesuai dengan kebijaksanaan Allah, ada yang berhasil memperoleh harta yang banyak sebagai ujian, tetapi ada yang memperoleh rezeki hanya sedikit sebagai cobaan bagi hidupnya. Abu Bakar al-Jazairi dalam kitab Tafsirnya Aisar at-Tafasir menyatakan:

اللهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ اِمْتِحَانًا وَيُضِيْقُ اِبْتِلاَءً

Allah meluaskan rezeki bagi siapa saja sebagai ujian, dan menyempitkannya sebagai cobaan.;


Baca juga: Mengenal 5 Prinsip Pendekatan Tafsir Ma’na Cum Maghza


Ayat 13

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah mensyariatkan agama kepada Muhammad saw dan kaumnya sebagaimana Dia telah mewasiatkan pula kepada Nuh dan nabi-nabi yang datang sesudahnya yaitu Ibrahim, Musa dan Isa.

Syariat yang diwasiatkan kepada Nabi Muhammad saw dan nabi-nabi sebelumnya memiliki kesamaan dalam pokok-pokok akidah seperti keimanan kepada Allah swt, risalah kenabian dan keyakinan adanya hari pembalasan atau hari Kiamat.

Sedangkan landasan agama yang menjadi misi utama para rasul tersebut adalah beribadah kepada Allah swt dan tidak menyekutukan-Nya. Allah berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ   ٢٥

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya’/21: 25)

Sedangkan perbedaan yang tidak mendasar di antara risalah para nabi adalah dalam bidang syariat yang bersifat furµ‘iyyah. Beberapa bentuk ibadah dan rinciannya sesuai dengan perkembangan masa, kebutuhan, dan kemaslahatan umat manusia. Allah berfirman:

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا

Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (al-Ma’idah/5: 48)

Hadis Nabi yang diriwayatkan Abµ Hurairah berbunyi:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي اْلأُوْلَى وَاْلاۤخِرَةِ قَالُوا كَيْفَ يَارَسُوْلَ اللهِ قَالَ اْلأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلاَّتٍ وَاُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ فَلَيْسَ بَيْنَنَا نَبِيٌّ. (رواه أحمد ومسلم)

Rasulullah saw bersabda, “Aku adalah manusia yang lebih utama daripada Isa bin Maryam di dunia dan akhirat.” Para sahabat bertanya, “Mengapa wahai Rasulullah?”Nabi menjawab, “Para Nabi merupakan bersaudara dari berbagai keturunan. Ibu mereka banyak, namun agama mereka hanya satu. Dan tidak ada antara kami (Nabi Muhammad dan Isa) seorang nabi pun.” (Riwayat Ahmad dan Muslim)

Allah hanya menyebut nama-nama nabi tersebut di atas karena posisi mereka yang lebih tinggi dibandingkan dengan nabi-nabi lain yang tidak disebutkan, mempunyai tanggung jawab yang besar dan berat, dan karena ketabahan mereka menghadapi cobaan dan kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh kaum mereka sehingga mereka itu mendapat julukan Ulul-Azmi dari Allah.

Dengan disebutkan nama Musa dan Isa diharapkan orang-orang Yahudi dan Nasrani bisa sadar dan tertarik kepada agama yang dibawa oleh Muhammad saw, agama Samawi yang banyak persamaannya dengan agama mereka, yang tertera jelas di dalam Kitab Taurat dan Injil terutama mengenai tauhid, salat, zakat, puasa, haji dan akhlak yang baik seperti menepati janji, jujur, menghubungkan silaturahim, dan lain-lain.

Allah memerintahkan agar agama Islam yang dibawa Muhammad saw itu dipelihara dan ditegakkan sepenuhnya; pengikutnya dilarang berselisih sesamanya yang dapat mengakibatkan perpecahan dan merusak persatuan. Firman Allah:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ   ١٠

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (al-Hujurat/49: 10)

Dan firman-Nya:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. (Āli Imran/3: 103)

Tampaknya berat bagi orang-orang musyrik untuk memeluk agama tauhid yaitu agama Islam yang dibawa oleh Muhammad saw dan melepaskan agama syirik dan menyembah berhala mereka yang telah diwarisi turun-temurun dari nenek moyang mereka; kekuatan mereka telah diabadikan di dalam Al-Qur’an.

اِنَّا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا عَلٰٓى اُمَّةٍ وَّاِنَّا عَلٰٓى اٰثٰرِهِمْ مُّهْتَدُوْنَ   ٢٢

Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka. (az-Zukhruf/43: 22)

Memang tidak semua orang dapat memenuhi seruan untuk memeluk agama Islam yang dibawa Muhammad saw itu, tetapi Allah menentukan hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka memeluk agama Islam.


Baca setelahnya:  Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 14


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...