Tafsir Surah At Takwir Ayat 19-29 kali ini akan berbicara mengenai maksud pengemukaan sumpah. Sumpah ini telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah At Takwir Ayat 10-18
Maksud sumpah yang disampaikan dalam Tafsir Surah At Takwir Ayat 19-29 ini adalah bahwa apa yang beritahukan oleh Nabi Muhammad saw adalah kebenaran yang hak. Hal itu perlu ditegaskan karena sebagaian orang kafir menuduh Nabi sebagai orang yang gila.
Ayat 19-21
Dalam ayat-ayat ini, Allah menjelaskan objek sumpah yang disebutkan dalam ayat 15-18 di atas, yaitu sesungguhnya apa yang diberitahukan oleh Muhammad saw tentang peristiwa-peristiwa hari Kiamat bukanlah kata-kata seorang dukun atau isapan jempol.
Akan tetapi, benar-benar wahyu yang dibawa oleh Malaikat Jibril dari Tuhannya. Allah telah menyifati utusan yang membawa Alquran tersebut, yaitu Malaikat Jibril, dengan lima macam sifat yang mengandung keutamaan:
- Yang mulia pada sisi Tuhannya karena Allah memberikan padanya sesuatu yang paling berharga yaitu hidayah, dan memerintahkannya untuk menyampaikan hidayah itu kepada para nabi-Nya diteruskan kepada para hamba-Nya.
- Yang mempunyai kekuatan dalam memelihara Alquran jauh dari sifat pelupa atau keliru.
- Yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy.
- Yang ditaati di kalangan malaikat karena kewenangannya.
- Yang dipercaya untuk menyampaikan wahyu karena terpelihara dari sifat-sifat khianat dan penyelewengan.
Ayat 22
Dalam ayat ini, Allah menyifati Nabi Muhammad dengan mengatakan bahwa Muhammad itu bukanlah orang gila, sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang kafir Mekah.
Kalimat “sahibukum” (temanmu) dalam ayat ini merupakan alasan untuk menerangkan kedustaan mereka. Sebab, setiap orang akan mengenal tabiat temannya yang sehari-hari bergaul dengannya.
Orang-orang Quraisy itu selalu bergaul dengan Nabi Muhammad semenjak beliau masih kecil dan mengetahui kejujuran beliau. Oleh karena itu, mereka memberikan julukan kehormatan kepadanya dengan kata-kata “al-Am³n” sebelum beliau menjadi nabi.
Beliau tidak pernah berdusta, menyalahi janji, atau berkhianat, sehingga apa-apa yang dituduhkan kepada Nabi Muhammad itu tentang sifat gila, tukang sihir, atau pendusta adalah bohong semata.
Ayat 23
Nabi Muhammad pernah melihat Jibril dalam bentuk yang asli dua kali dalam hidupnya. Pertama, ketika beliau berada di Gua Hira sebelum turunnya Surah al-Muddassir, dan kedua, ketika beliau mi’raj ke langit ketujuh. Firman Allah
وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ ١٣ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى ١٤
Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. (an-Najm/53: 13-14)
Ayat 24
Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang bakhil dalam menyampaikan seluruh wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepadanya. Di samping itu, beliau adalah seorang yang sangat dipercaya karena tidak pernah mengubah wahyu walaupun satu huruf dengan ucapannya sendiri.
Baca juga: Surah Al-Baqarah Ayat 129: 3 Harapan Nabi Ibrahim Untuk Figur Nabi Muhammad saw
Ayat 25
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Alquran bukanlah perkataan setan yang terkutuk, dan bukanlah perkataan yang diletakkan oleh setan di atas lidah Muhammad ketika mengganggu akalnya seperti yang dituduhkan oleh orang Quraisy.
Muhammad sudah terkenal sejak kecilnya dengan pikiran yang sehat dan tidak pernah berbuat khianat. Oleh karena itu, apa yang diterangkan oleh Muhammad tentang berita akhirat, surga, dan neraka bukanlah perkataan setan.
Ayat 26
Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang Quraisy itu telah sesat, jauh dari jalan kebenaran, dan tidak mengetahui jalan kebijaksanaan, sehingga Allah bertanya kepada mereka, “Maka ke manakah kamu akan pergi?”
Maksudnya ialah sesudah diterangkan bahwa Alquran itu benar-benar datang dari Allah dan di dalamnya terdapat pelajaran dan petunjuk yang membimbing manusia ke jalan yang lurus, ditanyakan kepada orang-orang kafir itu, “Jalan manakah yang akan kamu tempuh lagi?”
Ayat 27-28
Kemudian Allah menyatakan bahwa Alquran itu tiada lain hanya peringatan bagi semesta alam, bagi mereka yang mempunyai hati cenderung kepada kebaikan. Namun demikian, tidak semua manusia dapat mengambil manfaat dari Alquran ini.
Yang mengambil manfaat ialah siapa yang mau menempuh jalan yang lurus. Adapun orang yang menyimpang dari jalan itu, maka ia tidak dapat mengambil manfaat dari peringatan Alquran.
Ayat 29
Dalam ayat ini, Allah mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai kehendak sendiri untuk berbuat sesuatu yang dikehendakinya bilamana tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Infithar Ayat 1-6
(Tafsir Kemenag)