BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al Infithar Ayat 1-6

Tafsir Surah Al Infithar Ayat 1-6

Tafsir Surah Al Infithar Ayat 1-6 berisi tentang keadaan hari kiamat. Pada hari kiamat itu ekosistem alam telah rusak. Gambarannya diungkapkan dalam ayat satu sampai tiga. Salah satunya adalah kacaunya sistem bintang-gemintang.


Baca juga: Tafsir Surah At Takwir Ayat 19-29


Dalam  Tafsir Surah Al Infithar Ayat 1-6 ini juga bebicara tentang manusia yang dibangkitkan dari kubur-kuburnya untuk mempertanggung jawabkan perilakunya semasa hidup di dunia, terlebih ketika mereka berbuat keburukan.

Ayat 1-3

Ayat-ayat ini menjelaskan kekacauan yang terjadi menjelang hari Kiamat dan kehancuran alam semesta. Gejala kehancuran alam digambarkan dengan keadaan langit yang terbelah sehingga formasi alam semesta berubah menjadi kacau. Bintang-bintang jatuh berserakan, tidak lagi pada posisinya.

Padahal Allah menginformasikan bahwa matahari memiliki posisi tertentu yang menjadi pusat rotasinya, dan begitu juga dengan bulan. Firman Allah:

فَانْظُرْ اِلٰٓى اٰثٰرِ رَحْمَتِ اللّٰهِ كَيْفَ يُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ لَمُحْيِ الْمَوْتٰىۚ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  ٥٠

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa) menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (ar-Rµm/30: 50)

Fenomena lainnya adalah lautan meluap menenggelamkan semua daratan. Air tawar bercampur dengan air asin, tidak ada lagi daratan yang bisa dihuni oleh makhluk hidup apalagi air laut yang meluap menjadi panas. Sungguh bumi telah berubah, bukan lagi bumi yang biasa dikenal oleh manusia.

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ   ٤٨

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa. (Ibrahim/14: 48)

Untuk telaah ilmiah Surah al-Infitar/82:1-3, lihat pula telaah ilmiah Surah al-Haqqah/69: 13-16; al-Ma’arij/70: 8, dan at-Takwir/81: 1-3.

Ketika terjadi proses ke arah Big Crunch itu, yaitu proses pemadatan atau penyusutan alam semesta, maka semua materi pecah kembali menjadi materi-materi fundamental seperti quark, elektron dan sebagainya, gaya-gaya seperti gaya gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir lemah mulai menyatu kembali.

Langit antariksa mulai lemah karena tidak ada topangan gaya gravitasi, dan mulai menyusut/mengerut dan retak/terbelah. Saat itulah benda-benda langit, termasuk bintang-bintang yang mulai kehilangan gaya-gaya gravitasinya, bertubrukan antar sesamanya.

Inilah gambaran bintang-bintang jatuh berserakan, karena kehilangan gaya-gaya gravitasinya, dan karena terurai kembali atau meluruh menjadi materi-materi fundamentalnya.

Menurut Bashiruddin, ketika matahari telah mencapai evolusi membengkak dan berwarna merah (red star) (lihat telaah ilmiah Surah at-Takwir/81: 1-3), maka suhu bumi akan meninggi, sampai air laut mencapai titik didihnya.

Panasnya bumi oleh radiasi matahari merah ini, sangat mungkin akan mencairkan gunung-gunung es di Artik (Kutub Utara) dan benua es Antartika (Kutub Selatan), sehingga samudera akan meluap secara dahsyat, menenggelamkan banyak pulau. Air laut ini kemudian akan mendidih dan menguap dan lenyap dari bumi.

Bumi menjadi tidak layak huni. Paul Davies mengatakan bahwa ketika alam semesta telah memadat sampai seper-seratus (1/100) dari luasnya yang sekarang ini, maka efek tekanannya akan mengakibatkan suhu yang meninggi sampai mencapai titik didih benda cair; dan bumi menjadi tempat yang tidak layak-huni lagi.


Baca juga: Tafsir Surat Al-Waqiah Ayat 1-6: Hari Kiamat itu Pasti, Inilah Visualisasinya


Ayat 4

Dan apabila kuburan-kuburan terbongkar sehingga keluarlah mayat-mayat yang berada di dalamnya setelah dibangkitkan dan dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di dunia di hadapan Allah Sang Pencipta. Hal ini ditegaskan kembali dalam firman Allah yang lain:

 اَفَلَا يَعْلَمُ اِذَا بُعْثِرَ مَا فِى الْقُبُوْرِۙ  ٩

Maka tidakkah dia mengetahui apabila apa yang di dalam kubur dikeluarkan. (al-‘Adiyat/100: 9)

Ayat 5

Manusia dibebani tanggung jawab untuk beramal di dunia, namun ada di antara mereka yang lalai dan tidak menjalankan kewajibannya, bahkan ada yang melakukan perbuatan yang dilarang.

Dalam ayat ini, Allah bersumpah demi kuburan-kuburan yang dibongkar dan mayat-mayat yang ada di dalamnya keluar, dibangkitkan, dan dihidupkan kembali untuk diadili dan dihisab amalnya selama hidup di dunia.

Pada hari kiamat itu, manusia mengetahui amal-amalnya, yang baik maupun yang buruk, yang dikerjakan maupun yang dilalaikan. Mereka mengetahui yang demikian itu dari kitab yang diserahkan kepada mereka, sebagaimana firman Allah:

وَكُلَّ اِنْسَانٍ اَلْزَمْنٰهُ طٰۤىِٕرَهٗ فِيْ عُنُقِهٖۗ وَنُخْرِجُ لَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ كِتٰبًا يَّلْقٰىهُ مَنْشُوْرًا  ١٣  اِقْرَأْ كِتَابَكَۗ  كَفٰى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيْبًاۗ  ١٤

Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung atas dirimu.” (al-Isra’/17: 13-14)

Ayat ini mendorong manusia untuk selalu menaati Allah, beramal saleh, dan meninggalkan semua perbuatan maksiat yang akan merugikan mereka di akhirat kelak.

Ayat 6

Dalam ayat ini, Allah mencela manusia-manusia yang kafir, teperdaya, dan berani berbuat hal-hal yang dilarang Allah. Padahal, Allah Maha Pemurah dengan berbagai karunia yang dianugerahkannya kepada manusia, seperti rezeki yang banyak, keturunan yang baik dan saleh, kesehatan tubuh, dan lain-lain.

Seharusnya mereka bersyukur sebagai balasan atas kemurahan Allah, bukan berbuat sebaliknya. Peringatan Allah untuk tidak teperdaya oleh apa pun sehingga tidak terdorong untuk berlaku sombong kepada-Nya disebutkan kembali dalam firman-Nya:

فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۗ وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللّٰهِ الْغَرُوْرُ

Maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah. (Luqman/31: 33)


Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Infithar Ayat 7-9


(Tafsir Kemenag)

Maqdis
Maqdis
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pegiat literasi di CRIS Foundation.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...