Selain merinci tentang apa yang dilakukan para penghuni syurga selama hidup di dunia sehingga mereka mendapatkan balasan kenikmatan yang luar biasa, Tafsir Surah At-Tur Ayat 26-30 ini juga mengisahkan tentang siksaan bagi orang-orang yang selama di dunia terbuai dengan kemewahannya, balasan tersebut adalah neraka Jahannam.
Kemudian, dalam dua ayat terakhir Tafsir Surah At-Tur Ayat 26-30 ini menceritakan tentang orang-orang kafir yang memfitnah Rasulullah sebagai tukang tenung dan memiliki penyakit epilepsy atau ayan.
Baca Juga: Perintah Menjaga Diri dan Keluarga dari Api Neraka
Ayat 26-27
Kemudian dalam ayat ini Allah swt merinci tanya jawab atas berbagai kesenangan yang mereka nikmati. Mereka berkata bahwa sesungguhnya mereka sewaktu di dunia, pada waktu itu di tengah-tengah keluarga mereka timbul rasa takut akan azab Allah dan siksanya. Kemudian Allah menghilangkan rasa takut itu dengan mengaruniakan nikmat-Nya kepada mereka yaitu mereka terpelihara dari api neraka yang disebut as-samum.
Perasaan takut mereka di dunia akan azab Allah mendorong mereka mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya meskipun ketika itu berada di tengah-tengah keluarga, mereka memperoleh ketenangan. Diriwayatkan bahwasanya ‘Aisyah berkata, “Andaikata Allah membukakan neraka di bumi ini seujung jari saja, maka akan terbakarlah bumi dan seluruh isinya.”
Ayat 28
Dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwa penghuni-penghuni surga itu telah memenuhi persyaratan seruan Allah dan Rasul-Nya sehingga mereka mendapat kemuliaan itu. Mereka berkata bahwa mereka dahulu menyembah Allah dan memohon kepada-Nya. Maka Allah memperkenan-kan dan mengabulkan permintaan mereka dan menerima ibadah mereka, karena Allah yang melimpahkan kebaikan, dan pemberi karunia, lagi Maha Penyayang.
Setiap orang yang beriman dan setiap orang kafir tidak akan pernah lupa terhadap apa yang telah mereka perbuat di dunia, kenikmatan orang-orang yang beriman akan bertambah bila mereka melihat bahwa mereka telah berpindah dari penjara dunia ke alam kesenangan akhirat, dan dari kesempitan kepada kelapangan. Sebaliknya bertambahlah siksa orang kafir bilamana ia melihat bahwa dirinya telah berpindah dari kemewahan dunia ke alam penderitaan, dan kesengsaraan neraka Jahannam di akhirat.
Baca Juga: Kajian Semantik Kata Surga dan Neraka dalam Al-Quran
Ayat 29-30
Pada Tafsir Surah At-Tur Ayat 26-30 khususnya dalam ayat 29 Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk tetap memberikan peringatan kepada kaumnya, dengan mengajarkan kepada mereka ayat-ayat Allah tanpa menghiraukan perbuatan-perbuatan mereka yang tidak mengandung kebenaran. Allah menegaskan bahwa hamba-Nya yang bernama Muhammad saw bukanlah tukang tenung dan bukan orang gila.
Adapun orang-orang kafir menuduh Nabi Muhammad saw sebagai tukang tenung, karena beliau banyak memberikan berita-berita gaib tentang masa lalu. Umat-umat yang diperjuangkan nabi-nabi sebelumnya juga memberikan berita hal-hal yang akan datang seperti hari Kiamat, hari Kebangkitan dan hari Pengadilan (yaumul-Hisab) dan tentang surga serta neraka. Berita-berita gaib ini merupakan sebuah kebenaran yang diterima dari Allah. Jadi jelaslah bahwa Nabi bukan tukang tenung yang menyampaikan hal-hal yang tidak benar.
Orang kafir juga menuduh Rasulullah sebagai orang gila, karena beliau menyatakan dan mengajarkan bahwa Tuhan itu hanya satu, sedangkan mereka menganggap Tuhan mereka yang berjumlah empat saja banyak persoalan dunia yang tidak selesai. Jika Tuhan hanya satu maka dunia tidak terpelihara lagi, kata mereka. Beberapa orientalis Barat menyatakan Nabi punya penyakit epilepsi (ayan) seperti ketika beliau menerima wahyu tiba-tiba diam dan tidak menghiraukan keadaan sekeliling seperti orang terjangkit penyakit ayan. Tetapi pada ayat 29 ini Allah menegaskan bahwa Muhammad saw tidaklah gila sebagaimana dituduhkan orang-orang kafir. Nabi Muhammad saw adalah hamba Allah yang diangkat jadi rasul, memiliki akal yang sehat, cita-cita yang tinggi, akhlak dan perilaku yang mulia.
Sedangkan Tafsir Surah At-Tur Ayat 26-30 khususnya pada ayat 30 menceritakan tentang orang-orang kafir yang masih menuduh Nabi sebagai penyair karena ayat-ayat Al-Qur’an sangat indah bahasanya, susunan kalimat dan pilihan katanya sangat luar biasa. Para penyair biasa memiliki kemampuan bahasa yang indah dan biasa menyusun kalimat dan memilih kata-katanya tidak seperti manusia biasa. Menurut mereka para penyair sering menemui kematian karena kecelakaan. Oleh karena itu mereka selalu menunggu-nunggu kecelakaan yang akan menimpa Muhammad saw.
Pada ayat ini Allah swt menegaskan bahwa Nabi bukanlah penyair. Bahasa yang indah, susunan kalimat dan pilihan bahasa yang luar biasa pada ayat-ayat Al-Qur’an karena ayat-ayat itu merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan Allah akan selalu melindungi Nabi-Nya. Firman Allah:
يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ ٦٧
Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (al-Ma’idah/5: 67)
(Tafsir Kemenag)
Baca Juga: Tantangan Alquran kepada Penentang Risalah Nabi Muhammad