BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Fathir Ayat 32-34

Tafsir Surah Fathir Ayat 32-34

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa al-Quran adalah ajaran yang benar. Maka, pada Tafsir Surah Fathir Ayat 32-34 kali ini dijelaskan tentang tingkatan mukmin yang mengamalkan al-Qur’an, dan mereka termasuk dari golongan yang istimewa, sebaba dijanjikan ganjaran besar dari Allah Swt.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Fathir Ayat 28-31


Dikatakan dalam Tafsir Surah Fathir Ayat 32-34 bahwa mereka ini akan mendapatkan balasan berupa syurga ‘Adn dari Allah, sebagi tempat yang akan mereka diami. Selain itu, mereka juga akan dikenakan pakaian yang indah dan mewah yang terbuat dari perhiasan dan sutra, semua itu sebagai bentuk kemulian bagi mereka.

Ayat 32

Allah mewahyukan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad. Kemudian ajaran-ajaran Al-Qur’an itu diwariskan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Mereka itu adalah umat Nabi Muhammad, sebab Allah telah memuliakan umat ini melebihi kemuliaan yang diperoleh umat sebelumnya.

Kemuliaan itu tergantung kepada sejauh manakah ajaran Rasulullah itu mereka amalkan, dan sampai di mana mereka sanggup mengikuti petunjuk Allah. Berikut ini dijelaskan tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Al-Qur’an:

  1. Orang yang zalim kepada dirinya. Maksudnya orang yang mengerjakan perbuatan wajib dan juga tidak meninggalkan perbuatan yang haram.
  2. Muqta¡id, yakni orang-orang yang melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan larangan-larangannya, tetapi kadang-kadang ia tidak mengerjakan perbuatan yang dipandang sunah atau masih mengerjakan sebagian pekerjaan yang dipandang makruh.
  3. Sabiqun bil-khairat, yaitu orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh, serta sebagian hal-hal yang mubah (dibolehkan).

Menurut al-Maragi pembagian di atas dapat pula diungkapkan dengan kata-kata lain, yaitu:

  1. Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang menuruti hawa nafsunya, atau orang yang masih banyak perbuatan kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.
  2. Orang yang seimbang antara amal kebaikan dan kejahatannya.
  3. Orang yang terus-menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal kebaikan.

Para ulama tafsir telah menyebutkan beberapa hadis sehubungan dengan maksud di atas. Salah satunya adalah hadis riwayat Ahmad dari Abu ad-Darda’, di mana setelah membaca ayat 32 Surah Fathir di atas, Rasulullah bersabda:

فَأَمَّا الَّذِيْنَ سَبَقُوْا بِالْخَيْرَاتِ فَاُولَئِكَ الَّذِيْنَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ اَمَّا الَّذِيْنَ اقْتَصَدُوْا فَاُولَئِكَ الَّذِيْنَ يُحَاسَبُوْنَ حِسَابًا يَسِيْرًا وَاَمَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا اَنْفُسَهُمْ فَاُولَئِكَ الَّذِيْنَ يُحْبَسُوْنَ فِى ذَلِكَ الْمَكَانِ حَتىَّ يُصِيْبَهُمُ الْحَزَنُ فَيَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ. ثُمَّ تَلاَ: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ اَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ اِنَّ رَبَّنَا لَغَفُوْرٌ شَكُوْرٌ. (رواه احمد)

Adapun orang yang berlomba dalam berbuat kebaikan mereka akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan), sedang orang-orang pertengahan (muqtashid) mereka akan dihisab dengan hisab yang ringan, dan orang  yang menganiaya dirinya sendiri mereka akan ditahan dulu di tempat (berhisabnya), sehingga ia mengalami penderitaan kemudian dimasukkan ke dalam surga.cKemudian beliau membaca “al-hamdulillah al-ladzi azhaba ‘anni al-Hazana inna rabbana lagafurun syakur, (Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami, sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri). (Riwayat Ahmad).

Warisan mengamalkan kitab suci dan kemuliaan yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad itu merupakan suatu karunia yang amat besar dari Allah, yang tidak seorang pun dapat menghalangi ketetapan itu.


Baca Juga : Surah Ar-Ra’d Ayat 26: Rezeki adalah karunia Allah swt yang Harus Diusahakan


Ayat 33-34

Kemudian Allah menerangkan pahala yang akan diterima orang mukmin di atas yakni surga ‘Adn, tempat tinggal abadi buat selama-lamanya, yang akan mereka diami kelak di akhirat ketika mereka telah menghadap Allah. Mereka dianugerahi perhiasan dari emas dan pakaian dari sutra. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوُضُوْءُ. (رواه البخاري)

Sebagian dari orang mukmin itu akan memperoleh perhiasan (di surga) diletakkan pada anggota badan yang terbasuh (air) wudu. (Riwayat al-Bukhari)

 Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ أَبَا أُمَامَةَ حَدَّثَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ وَذَكَرَ حُلِيَّ أهلِ الْجَنَّةِ، فَقَالَ: مُسَوَّرُوْنَ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، مُكَلَّلَةٌ بِالدُّرِّ وَعَلَيْهِمْ اَكَالِيْلُ مِنْ دُرٍّ وَيَاقُوْتٍ مُتَوَاصِلَةٍ، وَعَلَيْهِمْ تَاجٌ كَتَاجِ الْمُلُوْكِ شَبَابٌ حُرْدٌ مُرْدٌ مُكْحَلُوْنَ.( رواه ابن أبي حاتم)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Abu Umamah meriwayatkan hadis bahwa Rasulullah mengatakan kepada para sahabat, dan menyebutkan perhiasan penghuni surga. Beliau berkata, “Mereka diberi gelang emas dan perak yang bertatahkan mutiara, mereka juga memakai mahkota dari mutiara yaqut yang bersambung. Mereka memakai mahkota seperti mahkota raja-raja. Mereka muda-muda, tidak berjenggot dan berkumis, dan mata mereka bercelak. (Riwayat Ibnu Abi Hatim).

Atas anugerah Allah yang berlipat ganda itu, mereka memuji kebesaran-Nya dan bersyukur atas keselamatan mereka dari kesedihan dan kepedihan. Ibnu ‘Abbas mengartikan kesedihan (hazan) itu dengan api neraka, karena kepedihan akibat dosa atau kepedihan akibat hebatnya siksaan di padang mahsyar.

Lepasnya mereka dari segala siksaan dan ketakutan adalah semata-mata karena ampunan Allah bagi orang yang berbuat kesalahan (dosa) dan balasan syukur bagi orang yang selalu menaati-Nya. Diriwayatkan dalam sebuah hadis dari Ibnu Umar dimana Nabi saw bersabda:

لَيْسَ عَلَى اَهْلِ لاَاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَحْشَةٌ فِى الْمَوْتِ فِى قُبُوْرِهِمْ وَلاَ فِى نُشُوْرِهِمْ وَكَاَنِّى بِأَهْلِ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ يَنْفُضُوْنَ التُّرَابَ عَنْ رُؤُسِهِمْ وَيَقُوْلُوْنَ: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ اَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ اِنَّ رَبَّنَا لَغَفُوْرٌ شَكُوْرٌ. ( رواه الطبراني عن ابن عمر)

Orang (yang selalu mengucapkan)“La ilaha illallah” tidak akan merasa kesepian di dalam kematiannya, di dalam kuburnya, dan juga pada hari Kebangkitan. Seolah-olah aku berada dengan mereka di mana mereka membersihkan kepalanya dari tanah/debu, dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah melenyapkan kedukaan dari kami! Sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Penerima syukur.” (Riwayat at-Thabrani dari Ibnu ‘Umar).

Ringkasnya, mereka terlepas dari segala ketakutan dan siksaan yang telah diancamkan pada orang-orang yang berdosa akibat bisikan dan rayuan setan ketika hidup di dunia ini.

 (Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Saba’ Ayat 35-36


 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...