BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ghafir Ayat 59-61

Tafsir Surah Ghafir Ayat 59-61

Tafsir Surah Ghafir Ayat 59-61 secara umum berbicara tentang perintah Allah agar senantiasa berdo’a dan beribadah kepada-Nya. Sebab, dengan dua ritual itu menunjukkan kehambaan seorang hamba, sekaligus mengisyaratkan kelemahannya dihadapan Allah Yang Maha Esa.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah GhafirAyat 57-58


Ayat 59

Setelah Allah menerangkan bukti-bukti adanya hari Kiamat dan hari kebangkitan, maka Dia menegaskan bahwa hari Kiamat itu pasti datang.

Pada waktu itu, seluruh manusia dihidupkan kembali, setiap mereka diperhitungkan amalnya dengan penuh keadilan di hadapan mahkamah Allah. Tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari pengadilan Tuhan itu.

Sekalipun hari Kiamat itu pasti datang, dan telah ditegaskan bahwa orang-orang kafir akan masuk neraka dan orang-orang yang beriman akan masuk surga, namun sedikit sekali manusia yang mau percaya dan beriman, bahkan mereka mendustakannya.

Ayat 60

Pada ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia berdoa kepada-Nya. Jika mereka berdoa niscaya Dia akan memperkenankan doa itu.

Ibnu ‘Abbas, ad-Dahhak, dan Mujahid mengartikan ayat ini, “Tuhan kamu berfirman, “Beribadahlah kepada-Ku, niscaya Aku akan membalasnya dengan pahala.” Menurut mereka, di dalam Al-Qur’an, perkataan doa bisa pula diartikan dengan ibadah seperti pada firman Allah:

اِنْ يَّدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلَّآ اِنَاثًاۚ وَاِنْ يَّدْعُوْنَ اِلَّا شَيْطٰنًا مَّرِيْدًاۙ

Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah in±£an (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka. (an-Nisa’/4: 117).

Dalam hadis, Nabi bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ. (رواه الترمذي عن النعمان بن بشير)

Doa itu ialah ibadah. (Riwayat at-Tirmizi dari an-Nu’man bin Basyir).

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa doa dalam ayat ini berarti “permohonan”. Sebenarnya doa dan ibadah itu adalah sama dari sisi bahasa. Hanya yang pertama berarti khusus sedang yang kedua berarti umum. Doa adalah salah satu bentuk atau cara dari ibadah. Hal ini berdasar hadis:

الدَّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ. (رواه الترمذي عن أنس بن مالك)

Doa itu adalah inti ibadah. (Riwayat at-Tirmizi dari Anas bin Malik)

Dan hadis Nabi saw:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعِبَادَةِ أَفْضَلُ فَقَالَ دُعَاءُ الْمَرْءِ لِنَفْسِهِ.

 (رواه البخاري)

Diriwayatkan dari “Aisyah, dia berkata; “Nabi saw ditanya orang, Ibadah manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Doa seseorang untuk dirinya.” (Riwayat al-Bukhari)

Berdasarkan hadis di atas, maka doa dalam ayat ini dapat diartikan dengan ibadah. Hal ini dikuatkan oleh lanjutan ayat yang artinya:

 “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk ke dalam neraka yang hina.”

Ayat ini merupakan peringatan dan ancaman keras kepada orang-orang yang enggan beribadah kepada Allah. Ayat ini juga merupakan pernyataan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka memperoleh kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Seakan-akan Allah mengatakan, “Wahai hamba-hamba-Ku, menghambalah kepada-Ku, selalulah beribadah dan berdoa kepada-Ku. Aku akan menerima ibadah dan doa yang kamu lakukan dengan ikhlas, memperkenankan permohonanmu, dan mengampuni dosa-dosamu”.


Baca Juga : Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 114: Ancaman Bagi Mereka yang Merusak Rumah Ibadah


Ayat 61

Pada ayat ini, Allah memerintahkan agar manusia beribadah kepada-Nya dengan alasan-alasan berikut ini:

  1. Yang memerintahkan agar beribadah kepada-Nya itu ialah Tuhan yang menjadikan malam sebagai waktu beristirahat, dan mempersiapkan tenaga baru agar dapat berusaha kembali esok harinya. Pada waktu malam, pada umumnya manusia tidur karena merupakan kebutuhan tubuh yang harus dipenuhi.
  2. Yang menjadikan siang bercahaya, yang menerangi alam semesta sehingga manusia dapat berusaha untuk mencukupi keperluan hidup.
  3. Karena Allah mempunyai karunia yang tidak terhingga banyaknya yang disediakan untuk seluruh makhluk-Nya, dan karunia itu tidak akan habis selama-lamanya.;Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa kebanyakan manusia tidak mau mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya. Mereka mengingkari nikmat, seakan-akan nikmat itu mereka peroleh semata-mata karena usaha mereka sendiri.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ghafir 62-65


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....